Perbandingan Karakter How to Train Your Dragon Live Action dan Animasi

Perbandingan Karakter How to Train Your Dragon Live Action dan Animasi

Mira Rachmalia - detikJatim
Minggu, 15 Jun 2025 05:30 WIB
Poster How To Train Your Dragon
How To Train Your Dragon Live Action Foto: Istimewa
Surabaya -

Kabar bahagia datang bagi para penggemar waralaba animasi How to Train Your Dragon. Setelah sukses mencuri perhatian sejak debutnya pada tahun 2010, kini kisah Hiccup dan Toothless hadir kembali dalam versi live action yang dirilis pada 13 Juni 2025.

Versi terbaru menawarkan pengalaman menonton yang lebih nyata melalui tampilan visual memukau, dan jajaran aktor berbakat yang menghidupkan karakter-karakter ikonik dalam bentuk manusia. Perubahan medium dari animasi ke live action, tentu saja ada beberapa penyesuaian yang dilakukan pada penampilan dan penggambaran karakter.

Hal ini menarik untuk disoroti, terutama bagi penonton setia yang sudah akrab dengan versi animasinya. Berikut ini adalah perbandingan karakter utama How to Train Your Dragon dalam versi live action dan animasi yang wajib kamu ketahui sebelum menonton!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perbandingan Karakter How to Train Dragons

How to Train Your Dragon kembali mencuri perhatian setelah diumumkan versi live action dari film animasi legendaris ini. Dengan karakter-karakter ikonik seperti Hiccup dan Toothless yang dulu lekat dengan gaya animasi DreamWorks, kini publik bisa melihat para tokoh tersebut dihidupkan aktor sungguhan dan efek visual nyata.

Lantas, sejauh mana perbedaan penampilan, kepribadian, dan dinamika antarkarakter versi animasi dan live action? Simak perbandingan menarik di antara keduanya-dari segi visual, pendalaman karakter, hingga atmosfer hubungan manusia dan naga.

ADVERTISEMENT

1. Hiccup Horrendous Haddock III

Dalam versi animasi, Hiccup digambarkan sebagai remaja kurus, canggung, dan tidak sesuai gambaran umum seorang Viking. Ia memiliki rambut cokelat gelap dan suara khas yang mencerminkan kepribadiannya yang lembut namun cerdas.

Pada versi live action, karakter Hiccup diperankan oleh aktor muda Mason Thames. Penampilannya sedikit berbeda, dengan rambut pirang terang yang cukup kontras dengan versi animasi.

Meski demikian, karakter Hiccup tetap mempertahankan identitasnya sebagai anak kepala suku yang cenderung berbeda dan lebih memilih akal serta empati ketimbang kekuatan fisik. Pemilihan Mason Thames sendiri dinilai berhasil menghadirkan aura Hiccup yang humanis, jujur, dan penuh semangat perubahan.

2. Astrid Hofferson

Astrid adalah karakter perempuan yang kuat, berani, dan menjadi salah satu pejuang paling andal di desa Berk. Dalam animasi, Astrid digambarkan berambut pirang, bermata tajam, dan memiliki sikap tegas. Ia merupakan rival Hiccup dalam pelatihan naga, sebelum akhirnya menjalin hubungan romantis dengannya.

Pada versi live action, Astrid diperankan Nico Parker. Meski penampilannya berbeda secara fisik, terutama warna rambut dan raut wajah, karakteristik Astrid tetap dipertahankan. Ia tetap menjadi sosok tangguh, cerdas, dan berdedikasi, serta memainkan peran penting dalam mendukung perjuangan Hiccup menghadapi konflik manusia dan naga.

3. Gobber the Belch

Gobber adalah karakter pendukung favorit dalam waralaba ini. Ia merupakan mentor Hiccup yang dikenal dengan gaya bicara ceplas-ceplos, selera humor unik, dan dedikasi tinggi dalam melatih generasi muda Viking. Dalam versi animasi, Gobber kehilangan kaki kanan dan lengan kirinya karena pertarungan melawan naga.

Menariknya, dalam versi live action, Gobber diperankan Nick Frost, aktor Inggris yang juga memiliki kekurangan fisik di dunia nyata. Di film ini, Gobber digambarkan kehilangan kaki kirinya, penyesuaian yang tidak hanya menghormati kondisi sang aktor, tapi juga menambah nuansa keaslian dan kedalaman karakter Gobber.

4. The Thorston Twins: Ruffnut dan Tuffnut

Dalam animasi, karakter kembar Thorston bersifat ceroboh, lucu, dan seringkali menjadi sumber kekacauan. Mereka digambarkan sebagai kembar identik dengan penampilan dan gaya bicara yang sangat mirip.

Di versi live action, karakter ini hadir, namun tidak sepenuhnya identik. Tuffnut diperankan Bronwyn James. Perbedaan mencolok terlihat dari postur tubuh dan warna rambut yang tidak lagi identik, namun dinamika komedi dan kebandelan khas mereka tetap menjadi warna dalam cerita.

Sinopsis How to Train Your Dragon

Baik versi animasi maupun live action, kisah How to Train Your Dragon berpusat pada Hiccup Horrendous Haddock III, seorang remaja dari desa Viking bernama Berk. Tidak seperti ayahnya, Stoick the Vast, yang gagah dan menjadi kepala suku, Hiccup justru dikenal sebagai anak yang lemah, kurus, dan canggung.

Ia lebih senang bereksperimen dengan alat-alat ketimbang bertarung layaknya Viking sejati. Di Desa Berk, naga dianggap sebagai ancaman besar. Anak-anak Viking dilatih untuk berburu dan melawan naga sejak usia muda.

Namun, semuanya berubah ketika Hiccup secara tak sengaja menangkap seekor naga langka berjenis Night Fury. Alih-alih membunuhnya, Hiccup memilih untuk merawat naga tersebut yang kemudian diberi nama Toothless karena tidak memiliki gigi yang terlihat.

Persahabatan antara Hiccup dan Toothless perlahan mengubah pandangan Hiccup terhadap naga. Ia mulai menyadari bahwa naga bukanlah musuh, melainkan makhluk yang dapat dijinakkan, bahkan bisa menjadi sahabat setia. Dengan tekad besar, Hiccup mencoba mengubah pemahaman warga desa agar tidak lagi membenci naga.

Perjuangan Hiccup tidak mudah. Ia harus menghadapi tantangan besar, termasuk melawan musuh-musuh baru yang lebih kejam dan ancaman masa lalu yang berbahaya. Namun, melalui kerja sama, keberanian, dan ikatan persahabatan, Hiccup dan Toothless berjuang menyelamatkan dunia mereka dari kehancuran.

Live Action vs Animasi: Mana yang Lebih Baik?

Pertanyaan ini sering muncul di kalangan penggemar. Live action menghadirkan nuansa baru yang lebih realistis dan memungkinkan penonton merasakan kedekatan emosional melalui akting para aktor. Visual efek naga yang dibuat dengan CGI modern juga membuat Toothless tampil lebih nyata dan ekspresif.

Namun, versi animasi tetap memiliki keunikan tersendiri. Dengan gaya visual yang khas dan desain karakter yang penuh warna, film animasi menawarkan kebebasan imajinasi yang lebih luas. Emosi, musik, dan alur cerita dalam animasi juga telah menciptakan standar tinggi yang cukup sulit ditandingi.

Keduanya memiliki keunggulan masing-masing. Live action How to Train Your Dragon adalah cara baru untuk menikmati kisah lama dengan sudut pandang segar. Sementara versi animasi tetap menjadi karya klasik yang tak lekang oleh waktu.




(ihc/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads