Dalam tradisi Jawa, weton atau hari kelahiran seseorang dipercaya memiliki pengaruh terhadap karakter, nasib, dan perjalanan hidupnya. Salah satu weton yang dianggap istimewa adalah Senin Kliwon, yang termasuk dalam weton Tulang Wangi.
Weton Tulang Wangi merujuk pada individu yang memiliki daya tarik spiritual kuat, dan aura khas yang membuatnya disukai tidak hanya oleh manusia, tetapi juga oleh makhluk tak kasat mata. Yuk, simak pengertian wetonTulang Wangi, kepribadian orang yang lahir Senin Kliwon, dan nasib serta rezekinya, dirangkum dari laman Primbon Jawa.
Apa Itu Weton Tulang Wangi?
Weton Tulang Wangi adalah kombinasi hari dan pasaran dalam kalender Jawa yang diyakini membawa aura spiritual kuat. Orang-orang dengan weton ini dipercaya memiliki kepekaan terhadap dunia gaib dan intuisi tajam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka juga sering mengalami mimpi-mimpi yang berkaitan dengan hal-hal supranatural. Selain itu, pemilik weton ini juga dikenal memiliki daya tarik yang memikat, baik bagi manusia maupun makhluk tak kasat mata.
Tak heran, orang yang lahir di bawah weton Tulang Wangi kerap dianggap memiliki "tuah" dalam hidupnya, baik dalam hal rezeki, hubungan sosial, hingga kepekaan batin. Namun, di balik pesona tersebut, mereka juga dikenal sebagai sosok yang sensitif, penuh pengabdian, dan menjunjung tinggi nilai kehormatan keluarga.
Watak dan Kepribadian Orang yang Lahir Senin Kliwon
Orang yang lahir Senin Kliwon memiliki neptu 12, hasil dari penjumlahan nilai hari Senin (4) dan pasaran Kliwon (8). Mereka dikenal memiliki kepribadian yang menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan. Mereka menjadikan kehormatan keluarga sebagai prinsip hidup yang utama.
Kesetiaan dan rasa tanggung jawab mereka terhadap orang tua, saudara, hingga kerabat sangat menonjol. Bahkan, mereka rela mengorbankan kepentingan pribadi demi melindungi dan membahagiakan keluarga.
Kepekaan terhadap asal-usul dan tanah kelahiran juga melekat kuat dalam diri mereka. Bukan hal yang aneh jika seseorang yang lahir pada Senin Kliwon sangat mencintai tradisi leluhur atau menunjukkan nasionalisme tinggi terhadap negeri tempat ia dibesarkan. Mereka menyerap nilai-nilai dari lingkungan dan budaya sekitarnya secara emosional.
Namun, di balik ketulusan tersebut, tersimpan jiwa yang sensitif. Orang Senin Kliwon mudah merasa tersinggung, terutama jika menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan harga diri atau keluarga.
Mereka bisa sangat emosional, meski biasanya tidak berlarut-larut. Setelah diberi ruang untuk menenangkan diri, mereka mudah luluh dan memaafkan. Sifat pemaaf ini menjadi kekuatan yang membuat mereka disukai dalam pergaulan sosial.
Salah satu kelebihan weton ini adalah kemampuan komunikasi. Mereka mahir merangkai kata dan memiliki kepekaan tinggi dalam menyampaikan pesan dengan cara menyentuh. Orang yang lahir Senin Kliwon cocok menjadi pembicara, penulis, jurnalis, guru, atau mediator. Mereka mampu mengutarakan isi hati dan pikiran secara elegan dan persuasif.
Dalam lingkungan sosial, mereka dikenal ramah, sopan, dan halus tutur katanya. Kelembutan sikap dan tutur bahasa membuat mereka disenangi banyak orang. Mereka bisa tampil sebagai sosok yang tenang, namun berwibawa. Tidak jarang pula, orang-orang ini dipercaya menjadi penengah konflik karena mampu menjaga keseimbangan emosi dan logika.
Baca juga: 11 Weton Tulang Wangi dan Kepribadiannya |
Nasib dan Rezeki Weton Senin Kliwon
Dalam perjalanan hidup, nasib dan rejeki seseorang mengalami pasang surut layaknya roda kehidupan. Pada masa balita, antara usia 1 hingga 6 tahun, nasib tergolong kurang beruntung. Rejeki berada di bawah garis normal, mungkin karena ekonomi keluarga yang pas-pasan atau gaya hidup hemat orangtua yang lebih fokus pada kebutuhan pokok.
Memasuki usia 7 sampai 12 tahun, keadaan mulai membaik. Anak tumbuh dalam perhatian orangtua, keinginan sering terpenuhi, dan masa kecil diwarnai keceriaan bersama teman-teman. Namun, ketika menginjak usia remaja, antara 13 hingga 18 tahun, hidup berjalan sederhana. Meski tidak mengalami banyak keberuntungan, tapi dibanding masa sebelumnya, ada sedikit peningkatan. Asalkan rajin belajar dan tidak bergaya hidup mewah, semuanya dapat dijalani dengan baik.
Pada usia dewasa awal, 19 hingga 24 tahun, seseorang mulai berpikir lebih dewasa, tentang pekerjaan dan jodoh. Sayangnya, masa ini bukan masa yang mudah-banyak rintangan dan kegagalan yang harus dihadapi. Namun bila tetap berusaha dan tidak menyerah, keberuntungan perlahan akan datang.
Saat memasuki usia 25 hingga 30 tahun, keberuntungan mulai berpihak. Banyak hal membaik secara mengejutkan, terutama di usia 26, di mana rejeki lancar dan usaha membuahkan hasil. Kepercayaan orang lain menjadi kunci kemajuan. Namun begitu, usia 31 hingga 36 tahun membawa tantangan baru. Rejeki mulai surut dan kegagalan kerap muncul, menuntut sikap waspada dan semangat yang tinggi.
Keadaan kembali membaik di usia 37 sampai 42 tahun. Rejeki mengalir tanpa diduga, dan hidup terasa lebih mudah. Namun, harus diingat untuk tetap rendah hati saat berada di atas, karena usia 43 hingga 48 tahun kembali membawa penurunan drastis. Kesulitan mencari nafkah menjadi tantangan utama, sehingga kehati-hatian dalam mengambil keputusan sangat dibutuhkan.
Untungnya, pada usia 49 hingga 54 tahun, keadaan membaik lagi. Rejeki mulai lancar dan hasil dari kesabaran serta kerja keras mulai terlihat. Bahkan pada usia 55 hingga 60 tahun, nasib mencapai puncak kejayaan. Meski mungkin sudah tidak aktif bekerja, rejeki tetap mengalir, dan rencana berjalan lancar.
Di usia 61 hingga 66 tahun, nasib cenderung stabil. Walau ada sedikit masalah keluarga, semuanya bisa diselesaikan dengan baik. Ini adalah waktu yang tepat untuk banyak beramal dan berbagi. Namun, di usia 67 hingga 72 tahun, nasib kembali menurun tajam. Usia lanjut membawa keterbatasan dan munculnya hambatan dalam hidup maupun usaha.
Masa sulit berlanjut di usia 73 hingga 78 tahun, di mana rejeki makin seret dan hidup dipenuhi masalah. Di sinilah pentingnya iman dan kedekatan dengan Tuhan, agar jiwa tetap kuat. Namun, memasuki usia 79 hingga 84 tahun, keberuntungan datang kembali. Hidup lebih tenang, berkat perhatian dan dukungan dari anak-anak yang sudah mapan.
Di usia 85 hingga 90 tahun, terjadi sedikit penurunan rejeki, tetapi tidak signifikan. Yang utama adalah fokus pada ketenangan batin dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Sayangnya, usia 91 hingga 96 tahun menjadi masa yang cukup berat. Rejeki sangat seret dan kesehatan menurun. Namun jika sabar dan tetap beriman, semuanya akan terasa lebih ringan.
Menariknya, bagi yang mencapai usia 97 hingga 102 tahun, keberuntungan seakan kembali hadir. Rejeki kembali lancar dan hidup diliputi rasa syukur atas umur panjang yang jarang dimiliki banyak orang.
Kepercayaan terhadap weton dan Primbon Jawa merupakan bagian dari budaya dan tradisi masyarakat Jawa. Informasi ini disampaikan sebagai pengetahuan budaya dan tidak dimaksudkan sebagai panduan ilmiah.
(hil/irb)