Musik patrol menjadi salah satu tradisi khas Ramadan yang digunakan untuk membangunkan warga sahur. Untuk melestarikan budaya ini, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan menggelar lomba patrol yang berlangsung meriah di Lapangan Gajah Mada, Sabtu malam (22/3/2025).
Sebanyak 25 tim dari berbagai kecamatan di Lamongan ikut serta dalam kompetisi ini.
"Lomba patrol ini kami gelar untuk menghidupkan dan melestarikan budaya lokal," kata Kepala Disparbud Lamongan, Siti Rubikah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setiap tim menunjukkan kekompakan dalam memadukan kentongan sebagai alat utama dengan berbagai instrumen lain, seperti gamelan dan drum.
Antusiasme tak hanya datang dari peserta, tetapi juga masyarakat yang berbondong-bondong menyaksikan dan mendukung tim favorit mereka.
"Ternyata antusiasme tidak hanya ada di peserta, tetapi juga masyarakat yang mendukung timnya masing-masing," ujar Rubikah.
Menurutnya, musik patrol telah menjadi kesenian rakyat yang hidup setiap Ramadan dengan ritme khas dan tanpa alat musik diatonik. Dalam lomba ini, juara pertama diraih oleh perwakilan dari Kecamatan Ngimbang berkat kekompakan, penampilan, dan kostum yang luar biasa.
"Juara pertama berhasil diraih oleh perwakilan dari Kecamatan Ngimbang yang penampilannya memang sangat layak untuk mendapatkan juara berkat kekompakan, penampilan dan kostum yang luar biasa," paparnya.
Rubikah berharap, ke depan agar lomba musik patrol semacam ini dapat terus digelar dan mendapat sambutan dan antusiasme yang sama dari peserta dan penonton. Tidak hanya itu, Rubikah menyebut, ke depan lomba semacam ini bisa juga diikuti oleh masyarakat umum dan juga lembaga pendidikan.
"Melalui lomba ini, kami berharap musik patrol dapat terus berinovasi dan menampilkan karya-karya terbaik, sehingga tumbuh kecintaan untuk melestarikan budaya lokal yang ada di Lamongan," pungkasnya.
(ihc/iwd)