Keistimewaan Jumat Kliwon dalam Tradisi dan Budaya Jawa

Keistimewaan Jumat Kliwon dalam Tradisi dan Budaya Jawa

Irma Budiarti - detikJatim
Kamis, 06 Feb 2025 07:30 WIB
A multi-colored pattern of blue smoke of a mystical shape in the form of a face and a ghosts head or a strange creature on a black isolated background. Abstract pattern in of waves and steam
Ilustrasi mistis. Foto: Getty Images/iStockphoto/Aleksandr Kondratov
Surabaya -

Jumat Kliwon, sebuah kombinasi unik antara hari Jumat dalam kalender Masehi dan pasaran Kliwon dalam sistem penanggalan Jawa, memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat Jawa. Keistimewaan yang terkandung dalam hari ini sering kali dikaitkan dengan berbagai ritual, kepercayaan, dan tradisi.

Keistimewaan ini tidak hanya berasal dari mitos, tetapi merupakan bagian dari filosofi dan spiritualitas yang telah diwariskan turun-temurun. Hari ini dianggap memiliki energi spiritual yang kuat, menjadikannya waktu yang sakral untuk berbagai ritual dan kegiatan penting.

Makna Jumat Kliwon dalam Budaya Jawa

Dalam tradisi Jawa, Jumat Kliwon dianggap sebagai waktu di mana dimensi dunia nyata dan gaib lebih dekat satu sama lain. Masyarakat percaya bahwa energi pada hari ini sangat kuat, sehingga sering dijadikan momen untuk melakukan berbagai ritual spiritual.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kombinasi antara hari Jumat yang sakral dalam Islam dan pasaran Kliwon yang dipercaya membawa energi kuat dalam kepercayaan Jawa, menciptakan harmoni unik antara spiritualitas Islam dan adat Jawa.

Ritual dan Tradisi Jumat Kliwon

Jumat Kliwon adalah waktu yang digunakan masyarakat Jawa untuk berbagai ritual yang bertujuan mencapai keseimbangan batin dan spiritualitas. Beberapa ritual yang sering dilakukan pada hari ini meliputi sebagai berikut.

ADVERTISEMENT

1. Meditasi dan Semedi

Banyak orang yang mendalami kejawen atau spiritualitas Jawa menggunakan Jumat Kliwon untuk semedi atau meditasi. Tujuannya untuk membersihkan diri dari energi negatif, mendekatkan diri pada Tuhan, dan mencapai ketenangan batin.

2. Ruwatan

Ritual ruwatan dilakukan untuk membersihkan diri dari kesialan atau halangan yang dianggap menghambat keberkahan. Biasanya, ruwatan dilakukan dengan doa bersama, membaca mantra, dan membakar dupa sebagai simbol pembersihan.

3. Ziarah Makam

Ziarah makam adalah tradisi yang dilakukan untuk mendoakan leluhur, terutama pada Jumat Kliwon. Masyarakat Jawa percaya bahwa hari ini adalah waktu yang baik untuk mendapatkan rahmat bagi arwah leluhur.

4. Larung Sesaji

Di beberapa daerah, seperti Yogyakarta dan Solo, masyarakat mengadakan tradisi larung sesaji di sungai atau laut. Ritual ini bertujuan untuk memohon keselamatan dan keberkahan bagi diri dan keluarga.

Mitos Jumat Kliwon

Selain ritual, masyarakat Jawa juga percaya pada berbagai mitos yang melingkupi Jumat Kliwon. Beberapa mitos yang terkenal tentang Jumat Kliwon adalah sebagai berikut.

1. Hantu Lebih Aktif

Pada malam Jumat Kliwon, dipercaya bahwa roh dan hantu lebih aktif. Banyak cerita horor yang berkaitan dengan kejadian supranatural yang konon terjadi pada malam ini, seperti arwah gentayangan yang membawa keberuntungan atau kesialan.

2. Arwah Leluhur Pulang ke Rumah

Masyarakat Jawa percaya bahwa pada malam Jumat Kliwon, arwah leluhur kembali ke rumah mereka. Beberapa keluarga masih melakukan ritual penghormatan dengan menyediakan makanan favorit leluhur.

3. Waktu untuk Santet

Jumat Kliwon dianggap sebagai waktu yang tepat bagi praktik ilmu hitam, seperti mengirimkan santet. Energi mistis pada malam ini dipercaya lebih kuat, sehingga banyak yang memanfaatkannya untuk tujuan tersebut.

4. Pencurian Tali Pocong

Salah satu mitos lainnya adalah mengenai pencurian tali pocong. Dikatakan bahwa tali pocong yang meninggal pada malam Jumat Kliwon memiliki kekuatan magis, dan harus dijaga agar tidak dicuri.

Pandangan Islam dan Kejawen terhadap Jumat Kliwon

Dalam Islam, hari Jumat adalah sayyidul ayyam atau penghulu segala hari. Pada hari ini, umat Islam dianjurkan untuk beribadah lebih khusyuk, seperti membaca surah Al-Kahfi dan memperbanyak doa. Bagi masyarakat Jawa yang mengintegrasikan nilai Islam dan tradisi kejawen, Jumat Kliwon menjadi momentum untuk memperkuat spiritualitas, baik dari sisi agama maupun budaya lokal.

Pandangan Islam dan Kejawen terhadap Jumat Kliwon menunjukkan harmoni antara nilai-nilai agama dan budaya lokal yang sudah lama berkembang di masyarakat Jawa. Dalam Islam, Jumat dianggap sebagai hari yang paling mulia.

Pada hari ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, termasuk membaca surah Al-Kahfi dan berdoa, untuk mendapatkan berkah dan rahmat Allah SWT. Hari Jumat bukan hanya menjadi waktu untuk berkumpul di masjid untuk salat Jumat, tetapi sebagai momen refleksi spiritual yang mendalam.

Sementara itu, dalam tradisi Kejawen, Jumat Kliwon memiliki keistimewaan tersendiri. Bagi masyarakat Jawa, pertemuan antara hari Jumat dan pasaran Kliwon dianggap sebagai waktu yang penuh energi spiritual.

Banyak orang percaya bahwa berbagai ritual atau upacara yang dilakukan pada hari ini akan memberikan hasil yang lebih maksimal. Oleh karena itu, banyak yang melaksanakan upacara adat, berdoa, atau melakukan kegiatan yang bertujuan untuk memperkuat hubungan dengan Tuhan dan menjaga keharmonisan hidup.

Hubungan nilai-nilai Islam dan Kejawen mencerminkan bagaimana masyarakat Jawa menjaga keseimbangan antara ajaran agama dan tradisi budaya lokal, menciptakan sebuah spiritualitas yang lebih menyeluruh. Jumat Kliwon, dengan segala maknanya, menjadi simbol perpaduan antara keyakinan agama dan warisan budaya yang saling melengkapi.

Jumat Kliwon tidak hanya sekadar hari biasa dalam penanggalan, tetapi menjadi momen refleksi spiritual yang mendalam bagi masyarakat Jawa. Baik dalam bentuk ritual atau kepercayaan, hari ini menjadi sarana untuk memperkuat hubungan dengan Tuhan, leluhur, dan dunia gaib.

Keistimewaan Jumat Kliwon, yang menggabungkan nilai spiritual Islam dan adat Jawa, tetap relevan dan dihargai dalam kehidupan modern masyarakat Jawa saat ini. Dengan menjaga tradisi ini, masyarakat Jawa tidak hanya melestarikan warisan leluhur, tetapi menghubungkan diri dengan energi dan kekuatan spiritual yang diyakini ada di sekitar.




(hil/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads