Museum Mpu Tantular, yang saat ini terletak di Sidoarjo, ternyata memiliki sejarah panjang dan perjalanan yang tidak mudah. Ternyata, museum ini sempat dipindah tiga kali sebelum akhirnya menetap di Sidoarjo.
Praktisi sejarah Begandring Soerabaia, Kuncarsono Prasetyo mengatakan, awalnya museum ini berdiri pada tahun 1933 di Jalan Pemuda, Surabaya. Museum ini atas prakarsa seorang kolektor benda-benda bersejarah asal Jerman bernama Godfried von Faber.
Von Faber mendirikan museum ini untuk memamerkan koleksi pribadinya berupa artefak budaya, keramik, dan benda-benda bersejarah yang ia kumpulkan dari berbagai daerah di Jawa Timur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Von Faber adalah tokoh penting dalam sejarah museum ini. Dia menginisiasi pendirian museum dengan tujuan agar generasi mendatang bisa mengenali kekayaan budaya Jawa Timur," ujar Kuncar saat dikonfirmasi detikJatim, Senin (30/12/2024).
Kuncar mengatakan, setelah kemerdekaan Indonesia, museum ini akhirnya dipindahkan ke lokasi lain di Surabaya pada tahun 1949. Pemindahan ini dilakukan untuk menyelamatkan koleksi yang mulai terancam kondisinya akibat kurangnya perhatian dan perubahan situasi politik.
"Pascakemerdekaan, museum membutuhkan tempat yang lebih memadai agar koleksinya bisa terus dijaga," katanya.
Namun, lokasi kedua di Surabaya pun belum sepenuhnya ideal. Keterbatasan ruang dan perkembangan kota yang pesat membuat museum sulit berkembang.
Akhirnya, pada tahun 1974, museum kembali dipindahkan ke Jalan Pemuda, Surabaya, di lokasi yang lebih strategis namun tetap memiliki keterbatasan ruang.
Baca juga: 10 Wisata Jatim Favorit Wisatawan Nusantara |
Sementara itu, Kepala UPT Museum Negeri Mpu Tantular, Sadari menambahkan, situasi ini mendorong pemerintah Jawa Timur untuk mencari lokasi yang lebih luas dan layak.
"Saat itu kami menyadari bahwa museum memerlukan ruang yang lebih besar agar koleksi bisa ditata lebih baik," ujarnya.
Pada tahun 1987, akhirnya diputuskan bahwa museum akan dipindahkan ke Sidoarjo, tepatnya di Jalan Raya Buduran. Proses pemindahan ini berlangsung bertahap hingga museum resmi dibuka untuk umum di lokasi baru pada tahun 2004.
Lokasi ini dipilih karena memiliki lahan yang luas dan akses yang lebih baik dibanding lokasi sebelumnya.
"Di sini kami memiliki ruang yang cukup untuk menata koleksi, menyelenggarakan pameran, dan memberikan fasilitas yang lebih baik bagi pengunjung," tandas Sadari.
(irb/hil)