KH Ali Mansur, Sosok Kiai Pencipta Selawat Badar Asal Banyuwangi

KH Ali Mansur, Sosok Kiai Pencipta Selawat Badar Asal Banyuwangi

Eka Rimawati - detikJatim
Kamis, 15 Agu 2024 14:23 WIB
Monumen Selawat Badar di Tuban
Monumen Selawat Badar/Foto: Istimewa (dok.FIB Unair)
Surabaya -

Bagi umat muslim, Selawat Badar menjadi bagian hidup sehari-hari yang kerap dilantunkan saat acara keagamaan. Bahkan menjadi tembang pengiring di kala senggang.

Tak sedikit musisi religi tanah air menggubah lirik Selawat Badar dengan berbagai aransemen musik. Mulai modern hingga tradisional.

Namun, tak banyak yang tahu pencipta lirik bahkan aransemen asli dari Selawat Badar adalah seorang kiai dari ujung timur Pulau Jawa, Banyuwangi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

KH Ali Mansur, adalah sosok di balik Selawat Badar yang populer dari masa ke masa. Melalui situs resmi IAINU Tuban dijelaskan, Selawat Badar dikarang oleh KH Ali Manshur sekitar tahun 1960-an. Ia memiliki garis keturunan berdarah ulama besar.

Dari sang ayah, Ali Manshur tersambung hingga Kiai Shiddiq Jember. Sedangkan dari sang ibu, ia tersambung dengan Kiai Basyar, seorang ulama di Tuban.

ADVERTISEMENT

"Abah dilahirkan di Jember pada 23 Maret 1921," kata putra kedua Kiai Ali, Kiai Syakir Ali.

Kiai Ali muda merupakan sosok yang haus ilmu. Ia belajar dari satu pesantren ke pesantren lain. Mulai dari Pesantren Termas Pacitan, Pesantren Lasem, Pesantren Lirboyo Kediri hingga Pesantren Tebuireng Jombang. Waktu kecil Kiai Ali juga pernah belajar di Tuban.

"Kiai Ali suka ilmu Arrudh (Ilmu Syair), dan belajar ilmu ini di Lirboyo. Ia sering diajak diskusi pengasuh masalah Arrudh. Menurut Gus Dur, Kiai Ali juga pernah belajar di Tebuireng," tambahnya.

Pada 1955, Kiai Ali terpilih sebagai anggota konstituante mewakili Partai NU Cabang Bali. 7 Tahun berselang, ia memutuskan pindah ke Banyuwangi dan dipercaya menjadi Ketua Cabang NU Banyuwangi.

Ada kisah yang menyita perhatian. Sesaat sebelum menulis Selawat Badar, Kiai Ali bermimpi didatangi orang berjubah putih yang diduga para ahli perang badar.

Dari sanalah lirik Selawat Badar hingga aransemennya tercipta. Ia tulis di tanah Blambangan, tempat Kiai Ali mengabdikan diri sebagai Ketua Tanfidziah di struktur PCNU Banyuwangi pada 1962. Diperkiraan pada tahun itu pula Selawat Badar tercipta.

Kiai Ali wafat pada 24 Maret 1971. Sebelum wafat, ia juga mengarang sebuah kitab akhlak dan mengumpulkan syair-syair indah.

Jasad Sang Kiai pun dikebumikan di Tuban, tanah tumpah darah mendiang Ibunda. Makam Kiai Ali berada di Desa Maibit, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban. Di sekitar makam ada Monumen Selawat Badar yang terbentang bertuliskan tinta keemasan.




(erm/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads