Begini Cara Masyarakat Surabaya Peringati 1 Suro

Begini Cara Masyarakat Surabaya Peringati 1 Suro

Ardian Dwi Kurnia - detikJatim
Rabu, 03 Jul 2024 15:00 WIB
Ilustrasi tumpeng
Ilustrasi tumpengan (Foto: Getty Images/Kadek Bonit Permadi)
Surabaya -

Surabaya telah menjadi wilayah kota sejak seabad lalu. Sebagai wilayah metropolis, arus modernisas tak bisa dibendung dan terus-menerus menerpa kota besar ini.

Namun, beragam tradisi dan entitas budaya tradisional masih terjaga di wilayah Kota Pahlawan ini. Salah satunya adalah tradisi untuk memperingati 1 Suro, tahun baru Jawa.

Pemerhati sejarah dari Surabaya Historical Community Nur Setiawan mengatakan peringatan 1 Suro adalah aspek penting bagi masyarakat di perkampungan Surabaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Biasanya, Setiap kampung memiliki caranya sendiri untuk memperingati pergantian tahun Jawa ini.

"Masyarakat Surabaya mengaplikasikan peringatan 1 Suro atau lebih familiar disebut Suroan sesuai tata cara di kampungnya yang telah dilakukan secara turun-temurun, mungkin sejak kakek nenek mereka," ujar pria yang akrab disapa Wawan, Rabu (3/7/2024).

ADVERTISEMENT

Menurut Wawan, meski terdapat perbedaan cara dalam memperingati Suroan, setiap kampung pasti menjadikan gotong royong sebagai tumpuan kegiatan sakral ini.

Sifat itu diperlukan agar kegiatan Suroan berjalan lancar dan menumbuhkan rasa solidaritas sesama warga kampung.

Sebagai momen sakral, peringatan 1 Suro dilakukan masyarakat dengan menggelar hajatan bernuansa spiritual dan religius. Ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur mereka.

"Karena 1 Suro dianggap hari suci, kebiasaan masyarakat Surabaya dalam memperingatinya dengan menggelar doa bersama sebagai wujud syukur kepada Tuhan sekaligus penghormatan kepada para leluhur dan alam," ujarnya.

"Biasanya doa bersama ini dilakukan di balai RT, perempatan jalan, atau di pepunden (Pemakaman) kampung dengan istilah barikan (dan) disertai sajian tumpeng," tambahnya.

Selain doa bersama, masyarakat juga menggelar kerja bakti untuk membersihkan makam dan rumah ibadah. Di sejumlah tempat, digelar pula kirab keliling kampung.

"Kaum pria akan melakukan kerja bakti merawat punden atau makam sesepuh pendiri kampung yang ada di lingkungannya, termasuk membersihkan tempat ibadah," terang Wawan.

"Para pemuda yang aktif di kegiatan langgar (musala) tak ketinggalan melaksanakan kirab keliling kampung. Mereka berjalan beriringan melantunkan doa demi keselamatan tempat tinggal mereka," imbuhnya.

Bubur Suro juga tak lupa tersaji di peringatan Suroan. Bagi keluarga yang punya rezeki lebih biasanya mereka akan membuat bubur ini dan membagikannya ke tetangga dan sanak saudara.

"Untuk warga perkotaan seperti Surabaya, peringatan 1 Suro merupakan warna budaya yang dapat merekatkan hubungan personal. Tradisi ini wajib dijaga keberadaannya karena mengandung nilai keberagaman serta gotong royong," pungkas Wawan.




(dpe/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads