Corak candi Panataran tak bisa dilepaskan dari ajaran Hindu yang sempat menguasai nusantara. Saat ini, candi dengan luas sekitar 12.946 m2 adalah tujuan wisata favorit di Jawa Timur.
Apa Corak Candi Penataran?
Candi Penataran adalah salah satu candi bercorak Hindu. Mengutip laman Disbudpar Kabupaten Blitar, nama aslinya adalah Candi Palah yang disebut dalam prasasti Palah.
Letak Candi Penataran adalah di sebelah lereng barat daya Gunung Kelud di ketinggian 450 mdpl. Seperti namanya, Candi Penataran berada di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Blitar, Jawa Timur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Candi Penataran
Candi Penataran dibangun pada tahun 1194 oleh Raja Kerajaan Kediri yang bernama Raja Srengga. Menurut buku Seri Bangunan Bersejarah Candi oleh Teguh Purwantari, awalnya Candi Penataran adalah sarana upacara pemujaan Hindu. Upacara ini bertujuan menangkal bahaya dari Gunung Kelud yang kala itu sering meletus.
Pada tahun 1286 Masehi, dibangun sebuah candi bernama Naga di dalam kompleks Candi Penataran. Candi Naga mempunyai relief sembilan orang yang menyangga naga. Makhluk mitologi naga merupakan lambang candrasengkala atau tahun 1208 Saka.
Dalam kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca dikatakan, Raja Hayam Wuruk yang saat itu memerintah Majapahit mengunjungi Candi Penataran. Tujuanya adalah untuk memuja Hyang Acalapat yang merupakan perwujudan Dewa Siwa sebagai Girindra atau Raja Penguasa Gunung.
Sementara itu dari sumber lain berupa kronik dari abad XV menjelaskan, Candi Penataran adalah tempat sarana belajar agama dan ziarah yang ramai pengunjung. Kronik ini mengisahkan perjalanan seorang bangsawan Kerajaan Sunda ke Candi Penataran yang di dalam kronik itu disebut sebagai Rabut Palah.
Penemuan kembali situs Candi Penataran terjadi pada tahun 1815 Masehi. Hal tersebut diketahui berdasarkan catatan seorang penjajah Inggris, Sir Thomas Stamford Raffles, yang menjadi Gubernur Jenderal Pemerintah Kolonial Inggris saat itu.
Hingga tahun 1850, candi ini tidak begitu dikenal orang dan cenderung diabaikan. Pada tahun 1995, candi ini sempat diajukan sebagai situs warisan dunia UNESCO. Selanjutnya, Candi Penataran mendapat perhatian dari pemerintah dan mengalami proses pemugaran. Sekarang, candi ini menjadi salah satu tujuan wisata unggulan di Jawa Timur.
Arsitektur Candi Penataran
Candi di Jawa Timur memiliki perbedaan arsitektur dengan yang berlokasi di Jawa Tengah. Pola susunannya cenderung linear dan tidak beraturan. Hal ini menjadi pola khas candi Jawa Timur, mulai dari Kerajaan Kediri sampai Majapahit.
Candi Penataran dikelompokkan menjadi bagian halaman depan, tengah, dan belakang. Pada halaman depan, terdapat dua buah arca bernama Dwarapala. Keduanya merupakan arca yang mengapit pintu gerbang, sehingga dikenal juga sebagai penjaga pintu.
Selain itu, ada sisa pintu gerbang, bale agung, pendopo teras, dan Candi Angka Tahun. Sisa pintu gerbang ada di sebelah timur Arca Dwarapala. Sementara, bale agung berlokasi menjorok ke depan, di sisi barat laut halaman depan candi. Bangunan ini digunakan sebagai sarana musyawarah bagi pendeta.
Pada halaman tengah terdapat dua Arca Dwarapala, enam sisa bangunan, Candi Naga, dan pondasi bata di sebelah timur halaman tengah. Arca di halaman tengah ini memiliki usia setahun lebih tua dari arca di bagian halaman depan.
Sementara,di halaman belakang terdapat arca, teras, dan sebuah prasasti bernama Prasasti Palah. Prasasti ini dibuat oleh Raja Srengga pada tahun 1119 Saka atau 1197 Masehi. Saat itu, bangunan ini berfungsi sebagai sarana penyembahan Batara Palah, sebagaimana tertulis di Prasasti Palah.
Itulah informasi mengenai corak Candi Penataran, sejarah, dan arsitekturnya. Apa kamu pernah mengunjungi candi di Jawa Timur ini?
(row/row)