- Puisi Hari Guru: 1. Pahlawan Yang Terlupakan 2. Tombak Keberhasilanku 3. Sang Guru 4. Guru Dalam Sandera 5. Sang Penerang Kebodohanku 6. Pembuka Jendela Dunia 7. Pesanku Untuk Guru 8. Pena Sang Guru 9. Pelita Cendikiawan 10. Kepada: Guruku 11. Bersamamu, Guruku 12. Sang Pengabdi 13. Pipit Kecil 14. Guru
Hari Guru Nasional jatuh pada tanggal 25 November setiap tahunnya. Berikut sederet contoh puisi untuk memperingati Hari Guru.
Hari Guru Nasional dilatarbelakangi peristiwa pembentukan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), dalam Kongres Guru Indonesia pada 24-25 November 1945 di Surakarta. Berdasarkan Kepres No. 78 Tahun 1994 Tentang Hari Guru Nasional, pada tahun 1994 Presiden Soeharto menetapkan tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional.
Baca juga: Sejarah Hari Guru Nasional dan Tujuannya |
Ada banyak cara yang dapat dilakukan dalam memperingati Hari Guru. Misalnya, dengan membuat atau membaca puisi tentang Guru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi detikers yang sedang mencari referensi, berikut contoh puisi untuk memperingati Hari Guru Nasional, dikutip dari buku Antologi Puisi: Puisi Pendidikan karya Rabiah dkk, buku Kitab Puisi karya OSIS SMA Ibrahimy Sukorejo, dan buku Aneka Profesi: Antologi Puisi karya Sutini, S.Pd. SD.
Baca juga: Kapan Hari Guru Nasional 2023 Diperingati? |
Puisi Hari Guru:
1. Pahlawan Yang Terlupakan
Karya: Ahmad Muslim Mabrur Umar
Cermatilah sajak sederhana ini, kawan
Sajak yang terkisah dari sosok sederhana pula
Sosok yang terkadang terlupakan
Sosok yang sering tak dianggap
Ialah pahlawan yang tak ingin disebut pahlawan
Terka lah kiranya siapa pahlawan ini
Ingatlah kiranya apa jasanya
Ia tak paham genggam senjata api
Ia tak bertarung di medan perang
Ucap, sabar dan kata hati menjadi senjatanya
Keberhasilanmu kawan, itulah jasanya
Cerdasmu dan cerdasku itu pula jasanya
Bukan ia yang diharap menang
Namun suksesmu dan suksesmulah menangnya
Dapatkah kiranya jawab siapa pahlawan ini
Karenanyalah kudapat tulis sajak ini
Karenanyalah kau dapat baca sajak ini
Juluknya ialah pahlawan tanpa tanda jasa
Mungkinkah telah teringat olehmu kawan
Mungkin telah kau terka jawabnya
Ialah pahlawan dan orang tua kedua
Ialah guru, sang pahlawan yang terlupakan
2. Tombak Keberhasilanku
Karya: Amanda Nurdhana D
Pena menari di atas kertasku
Menuliskan setiap kata yang kau ucapkan
Memberikan secercah cahaya dalam kegelapan
Menuntunku menuju jalan kesuksesan
Walau letih terlihat di awajahmu tak menghapus semangatmu
Kau selalu mendampingiku menuju cita-citaku
Mengajariku hal-hal baru
Dengan sabar kau membimbingku
Walau sikap nakalku terkadang mengganggumu
Sungguh besar pengabdianmu
Untuk mencerdaskan generasi mudamu
Terima kasih kuucapkan untukmu
Guruku.....
Kau adalah orang tua keduaku
Kan kukenang selalu jasamu
Sekali lagi kuucapkan terima kasih untukmu
Semoga selalu bahagia hidupmu
Kebaikan akan selalu menyertaimu
3. Sang Guru
Karya: Fitriana Munawaroh
Tentang kegelapan....
Tentang buta pada zaman dahulu kala....
Tentang kebodohan yang merajalela....
Dan tentang sosok penumpas itu semua....
Ialah sang guru....
Sosok yang ikhlas berbagi ilmu....
1,2,3,4 dan seterusnya....
Harapnya tetap tak lekang dimakan usia....
Tetap tak basi dari sebuah tradisi....
Dia tetap mulia....
Dengan segala wibawanya....
Masa depan?
Jangan kau tanyakan....
Aku dan kamulah sang harapan...
Menjadi lebih hebat daru apa yang ia ajarkan....
Maka genggamlah apa yang ia percayakan....
4. Guru Dalam Sandera
Karya: La Jumadin
Guru.....
Sosok insan yang begitu mulia
Ia rela menghabiskan waktunya demi anak bangsa
Tak mengenal lelah,
Hanya semangat, asa dan doa yang keluar dari bibirnya
Demi mencerdaskan anak bangsa
Namun.....
Kini ia telah disandera
Disandera akan beribu administrasi
Hingga.....
Ia jarak bercengkrama dengan siswa-siswanya
Ia hanyut bahkan tenggelam akan administrasi
Demi kesejahteraan yang ingin diraihnya
Guru.....
Kini ia telah disandera
Disandera akan berbagai aturan
Hingga ia segan untuk mendidik anak bangsa
Ia terbelenggu.....
Tak hanya itu, rayuan dilema merasuk dirinya
Ketika nurani berbisik untuk mendidik dengan ikhlas
Namun.....
Hati kecilnya pun berkata
"Tak takutkah engkau dengan jeruji besi???"
Oooh guru.....
Sampai kapankah engkau akan tetap disandera????
5. Sang Penerang Kebodohanku
Mendengarkan kata guru
Kata yang tak asing lagi bagiku
Siapa yang mengenali seorang guru
Mengingat seorang guru
Betapa besar pengorbananmu guru
Dengan sabar mendidikku
Sehingga aku paham akan suatu ilmu
Oh, guru
Setiap pagi, siang, dan malam dengan
Sabar kau menemani aku engkau
yang membimbing jiwa ragaku hanya
Untuk membahagiakan kedua
orang tuaku
Oh, guru
Betapa besar jasamu dan pengorbananmu
Takkan kulupakan dari benak hatiku
Terima kasih guru
Tanpamu apa jadinya aku
Fauzi, 2018
6. Pembuka Jendela Dunia
Karya: Lia Kencana
Raut wajah yang polos mencari isi dunia
Tapi matanya buta, tak tahu ingin ke mana
Hanya menadahkan tangan untuk meminta-minta
Mereka bagai kertas putih tanpa goresan tinta
Ada malaikat dikirim ke bumi
Sebagai wahana untuk mencerdaskan anak negeri
Jemari malaikat itu mulai menari-nari,
mengumpulkan huruf membentuk kata yang memiliki arti
Malaikat itu tak pernah mengharap kembali
Ia ikhlas mentransferkan ilmu kepada negeri ini
Rasa lelah, letih, gelisah tak pernah ia tunjukkan
Bagai orang tua memberi kasih sayang dan buaian
7. Pesanku Untuk Guru
Karya: Lisa Ardhian Widhia
Dalam lirih keluh di bibirku
Aku benar tak maksud membencimu, wahai guruku
Ego kami masih bangkitkan ragu
Kesal dan bosan terus menipu, hari ini larut membisu
Di relung terdalam, aku juga pernah sadar
Kelabunya di mataku, kau tetaplah pengajar
Mengalirkan bakti tanpa ingkar
Demi negeri agar tidak buyar
Guruku
Maksudku sampaikan rasa bukanlah untuk ungkap luka
Engkau adalah pelita terang, saat kau mampu berkelana
Merangkul seluruh siswa tanpa pilah cinta
Bercengkrama bak sohib dan tetap beretika
Terima kasih kuucapkan
Untuk seluruh pembangun insan cendekiawan
Si penutur ilmu dari guratan awan
Penuh kasih nan tulus selalu kau berikan
Guruku
Kau adalah jingga, sosok inspiratif dalam senja
Kau selayaknya surya, penerang untuk generasi bangsa
Dan kau ibarat gerimis kiranya
Yang nanti menangis melihat kami sukses dengan bangga
8. Pena Sang Guru
Karya: Masdiana, S.Pd
Pena guruku
Tak pernah bosan menari-nari di diriku
Menuliskan banyak warna di jiwaku
Coretan lembut, hangat menyentuh kalbuku
Pena guruku hebat
Karena penanya aku tak telat
Tugas-tugasku tak lambat
Walau panas matahari menyengat hingga hujan lebat
Pena guruku sangat mengagumkan
Aku pun terbuai angan
Dunia akan kuguncangkan
Menuju sebuah pencapaian
Kuingin penaku seperti miliknya
Menggoreskan, melukiskan dan mewarnai anak bangsa
Hasil penamu kan kujunjung penuh makna
Kaulah Sang penaku yang berjuang sepenuh jiwa
9. Pelita Cendikiawan
Karya: Mifthahul Nurzanah
Terbitlah aku dari sebuah
Pelita
Pelita yang menyulap gelap menjadi gemerlap
Pelita yang mampu mengorbankan api semangat membara
Membara, untuk membuktikan kepada dunia bahwa kami mampu menaklukkan luasnya sang samudra
Sosok polosm mampu kau rubah menjadi warna-warni pelangi yang tanpa ada satu pun celah abu-abu itu terlihat lagi.
Kamu yang dulu tak tahu apa-apa
Kini tlah mampu membebaskan mereka dari belenggu kebodohan
Pelita itu mampu membuat kami melihat indahnya sekolah setelah rumah
Ya indah, tak peduli tentang bangunan yang reyot dan tua.,
Tak peduli! Tentang genting yang bocor saat hujan tiba,
Tak peduli! Tentang gerutuan meja dan dinding saat kulit mereka tergores tulisan dari tangan-tangan nakal.
Semua kenang itu selalu menjadi kunang di kepalaku
Darimu kami mengenal indahnya sajak, syair, akar pangkat, logaritma dan apalah itu
Tanpa mu mampukah kami menorehkan warna di dalam cetakan sejarah?
Sanggupkah kami melewati fatamorgana dan liciknya dunia?
Guruku, engkau lentera yang takkan pernah memadamkan sumbumu
Engkau mentari yang tak akan meredupkan sinarmu
Dan engkau ombak yang tak akan pernah mensunyikan lautmu
Meskipun mungkin,, engkau sedang tertidur pulas di dalam, dan sedalam-dalamnya bumi Tuhan
Namun jasamu takkan pernah aku lupa
Engkau akan selalu kuceritakan di dalam sejarah retorika kehidupanku yang penuh liku di tiap perjalanannya.
Kuceritakan tentangmu, sebagai cerita yang paling bernuansa dan bersahaja di dalam sanubariku.
10. Kepada: Guruku
Karya: Winda Puspitasari
Kulihat kau berdiri di pelupuk mataku
Menyampaikan pesan waktu
Tatkala tatapan bertemu
Aku menangkap sejuta cahaya darimu
Cahaya ilmu kian merasuk ke benakku
Bahkan aku berharap ia menjadi segumpal daging
Kau pelita di hitam legamnya jiwaku
Laksana tetesan air di gersangnya gurun pasir
Duhai guruku
Kau taman Kehidupan
Berjuta ilmu kau tanamkan
Tanpa lelah dan putus asa
berjuang mencerdaskan generasi bangsa
Kau mempunyai laut yang terpenuhi dengan mutiara-mutiara Ilmu
Izinkanlah aku melayarinya, sehingga matiku penuh ketenangan
Hidupmu penuh perjuangan
Maka, tak berdosa jika aku memberimu gelar pahlawan
Yogyakarta, November 2017
11. Bersamamu, Guruku
Karya: Yoga Permana Wijaya
Ketika aku menatap langit
Tingginya takkan dapat kuraih berjinjit
Tapi tatkala aku menatapnya bersamamu, guruku
Aku dapat menggapai cita setinggi itu
Ketika aku memandang samudera
Hamparan luasnya takkan bisa kupeluk di dada
Tapi tatkala aku memandangnya bersamamu, guruku
Aku bisa merangkul mimpi seluas itu
Ketika aku melihat gunung
Beratnya takkan mampu kupikul di punggung
Tapi tatkala aku melihatnya bersamamu, guruku
Aku mampu mengangkat ilmu seberat itu
Itulah tinggi, luas dan beratnya jasa yang Kau berikan
Berkatmu, Kumenatap, kumemandang, kumelihat sisi lain dunia
Tuk mengubahnya menjadi bekal kehidupan
Maka setinggi langit, seluas samudera dan seberat gunung
Terhatur terima kasih untukmu, guruku
12. Sang Pengabdi
Karya: Zaniza
Setiap pagi kau susuri jalan berdebu
Berpacu waktu demi waktu
Tak hirau deru kendaraan lengkingan knalpot
Tak hirau dingin memagut
Kala sang penguasa langit tuangkan cawannya
Wajah-wajah lugu haus kan ilmu
Menari-nari di pelupuk mata menunggu
Untaian kata demi kata terucap seribu makna
Untaian kata demi kata terucap penyejuk jiwa
Ruang persegi menjadi saksi bisu pengabdianmu
Menyaksikan tingkah polah sang penerus
Canda tawa penghangat suasana
Hening sepi berkutat dengan soal
Lengking suara kala adu argumen
Ruang persegi menjadi saksi bisu pengabdianmu
Entah berapa tinta tergores di papan putih
Entah berapa lisan terucap sarat makna
Entah berapa lembaran tumpahan ilmu terkoreksi
Entah berapa ajaran budi kau tanamkan
Waktu demi waktu dijalani hanya demi mengabdi
Berserah diri mengharap kasih Ilahi
Ilmu kau beri harpa kan berarti
Satu per satu sang penerus silih berganti
Tumbuh menjadi tunas-tunas negeri
Kau tetap di sini setia mengabdi
Sampai masa kan berakhir nanti
13. Pipit Kecil
Karya: Zuarni, S.Pd
Awal jumpa kita Kami bukan siapa-siapa
Hanya pipit kecil dengan paruh menganga dan sayap setengah terbuka
Kami hanya berputar... berputar...
Dan hinggap di pundak ilmu guru-guru kami
Awal jumpa kita Kami bukan apa-apa
Hanya sobekan-sobekan kertas tak bermakna
Menunggu tangan-tangan kokoh dan jemari lentik guru kami
Merangkainya menjadi buku yang patut diperhitungkan
Guruku... lihatlah pipitmu
Kami telah seperkasa garuda, selincah merpati
Dengan ilmu dan petuahmu
Picing mata nanar telah sejelita mentari siang hari
Langkah seok... telah mantap menapaki jalan tajam beronak
Kini pipitmu...
Telah siap terbang... terbang memetik cita-cita kehidupan
Dan meninggalkan
Secuil sejarah hidup kami di sini
Langsa, 2 Mei 2017
14. Guru
Kau pahlawan kegelapan
Kau pahlawan masa depan
Kau pahlawan tanpa tanda jasa
Kau pahlawan yang tak mengharapkan balasan
Di saat kami tak pernah mendengarkanmu
Engkau tak pernah mengeluh dan menyerah
Untuk mendidik kami
Darimu kami mengenal banyak hal
Tentang mana warna yang indah
Tentang garis yang harus di lukis
Juga tentang kata yang harus dibaca
Engkau membuat hidup kami berarti
Guru...
Setiap waktu kau membimbingku
Agar kami tahu
Tiada kata yang pantas kami ucapkan
Selain terimakasih atas semua jasa-jasamu
Maafkan kami bila telah membuatmu kecewa
Jasa-jasamu akan kami semat abadi sepanjang hidup kami
Terimakasih guruku, engkau pahlawanku
Artikel ini ditulis oleh Savira Oktavia, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(sun/dte)