14 Puisi Hari Guru untuk 25 November

14 Puisi Hari Guru untuk 25 November

Savira Oktavia - detikJatim
Senin, 20 Nov 2023 10:22 WIB
Ilustrasi anak membaca puisi atau syair
Ilustrasi anak membaca puisi hari guru/Foto: Getty Images/iStockphoto/photosvit
Surabaya -

Hari Guru Nasional jatuh pada tanggal 25 November setiap tahunnya. Berikut sederet contoh puisi untuk memperingati Hari Guru.

Hari Guru Nasional dilatarbelakangi peristiwa pembentukan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), dalam Kongres Guru Indonesia pada 24-25 November 1945 di Surakarta. Berdasarkan Kepres No. 78 Tahun 1994 Tentang Hari Guru Nasional, pada tahun 1994 Presiden Soeharto menetapkan tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional.

Ada banyak cara yang dapat dilakukan dalam memperingati Hari Guru. Misalnya, dengan membuat atau membaca puisi tentang Guru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagi detikers yang sedang mencari referensi, berikut contoh puisi untuk memperingati Hari Guru Nasional, dikutip dari buku Antologi Puisi: Puisi Pendidikan karya Rabiah dkk, buku Kitab Puisi karya OSIS SMA Ibrahimy Sukorejo, dan buku Aneka Profesi: Antologi Puisi karya Sutini, S.Pd. SD.

Puisi Hari Guru:

1. Pahlawan Yang Terlupakan

Karya: Ahmad Muslim Mabrur Umar

Cermatilah sajak sederhana ini, kawan
Sajak yang terkisah dari sosok sederhana pula
Sosok yang terkadang terlupakan
Sosok yang sering tak dianggap

Ialah pahlawan yang tak ingin disebut pahlawan
Terka lah kiranya siapa pahlawan ini
Ingatlah kiranya apa jasanya
Ia tak paham genggam senjata api
Ia tak bertarung di medan perang

Ucap, sabar dan kata hati menjadi senjatanya
Keberhasilanmu kawan, itulah jasanya
Cerdasmu dan cerdasku itu pula jasanya
Bukan ia yang diharap menang
Namun suksesmu dan suksesmulah menangnya

Dapatkah kiranya jawab siapa pahlawan ini
Karenanyalah kudapat tulis sajak ini
Karenanyalah kau dapat baca sajak ini
Juluknya ialah pahlawan tanpa tanda jasa

Mungkinkah telah teringat olehmu kawan
Mungkin telah kau terka jawabnya
Ialah pahlawan dan orang tua kedua
Ialah guru, sang pahlawan yang terlupakan

2. Tombak Keberhasilanku

Karya: Amanda Nurdhana D

Pena menari di atas kertasku
Menuliskan setiap kata yang kau ucapkan
Memberikan secercah cahaya dalam kegelapan
Menuntunku menuju jalan kesuksesan
Walau letih terlihat di awajahmu tak menghapus semangatmu

Kau selalu mendampingiku menuju cita-citaku
Mengajariku hal-hal baru
Dengan sabar kau membimbingku
Walau sikap nakalku terkadang mengganggumu

Sungguh besar pengabdianmu
Untuk mencerdaskan generasi mudamu
Terima kasih kuucapkan untukmu
Guruku.....
Kau adalah orang tua keduaku

Kan kukenang selalu jasamu
Sekali lagi kuucapkan terima kasih untukmu
Semoga selalu bahagia hidupmu
Kebaikan akan selalu menyertaimu

3. Sang Guru

Karya: Fitriana Munawaroh

Tentang kegelapan....
Tentang buta pada zaman dahulu kala....
Tentang kebodohan yang merajalela....
Dan tentang sosok penumpas itu semua....
Ialah sang guru....
Sosok yang ikhlas berbagi ilmu....

1,2,3,4 dan seterusnya....
Harapnya tetap tak lekang dimakan usia....
Tetap tak basi dari sebuah tradisi....
Dia tetap mulia....
Dengan segala wibawanya....

Masa depan?
Jangan kau tanyakan....
Aku dan kamulah sang harapan...
Menjadi lebih hebat daru apa yang ia ajarkan....
Maka genggamlah apa yang ia percayakan....

4. Guru Dalam Sandera

Karya: La Jumadin

Guru.....
Sosok insan yang begitu mulia
Ia rela menghabiskan waktunya demi anak bangsa
Tak mengenal lelah,
Hanya semangat, asa dan doa yang keluar dari bibirnya
Demi mencerdaskan anak bangsa
Namun.....
Kini ia telah disandera
Disandera akan beribu administrasi
Hingga.....
Ia jarak bercengkrama dengan siswa-siswanya
Ia hanyut bahkan tenggelam akan administrasi
Demi kesejahteraan yang ingin diraihnya
Guru.....
Kini ia telah disandera
Disandera akan berbagai aturan
Hingga ia segan untuk mendidik anak bangsa
Ia terbelenggu.....
Tak hanya itu, rayuan dilema merasuk dirinya
Ketika nurani berbisik untuk mendidik dengan ikhlas
Namun.....
Hati kecilnya pun berkata
"Tak takutkah engkau dengan jeruji besi???"
Oooh guru.....
Sampai kapankah engkau akan tetap disandera????

5. Sang Penerang Kebodohanku

Mendengarkan kata guru
Kata yang tak asing lagi bagiku
Siapa yang mengenali seorang guru

Mengingat seorang guru
Betapa besar pengorbananmu guru
Dengan sabar mendidikku
Sehingga aku paham akan suatu ilmu

Oh, guru
Setiap pagi, siang, dan malam dengan
Sabar kau menemani aku engkau
yang membimbing jiwa ragaku hanya
Untuk membahagiakan kedua
orang tuaku

Oh, guru
Betapa besar jasamu dan pengorbananmu
Takkan kulupakan dari benak hatiku
Terima kasih guru
Tanpamu apa jadinya aku

Fauzi, 2018

6. Pembuka Jendela Dunia

Karya: Lia Kencana

Raut wajah yang polos mencari isi dunia
Tapi matanya buta, tak tahu ingin ke mana
Hanya menadahkan tangan untuk meminta-minta
Mereka bagai kertas putih tanpa goresan tinta

Ada malaikat dikirim ke bumi
Sebagai wahana untuk mencerdaskan anak negeri
Jemari malaikat itu mulai menari-nari,
mengumpulkan huruf membentuk kata yang memiliki arti

Malaikat itu tak pernah mengharap kembali
Ia ikhlas mentransferkan ilmu kepada negeri ini
Rasa lelah, letih, gelisah tak pernah ia tunjukkan
Bagai orang tua memberi kasih sayang dan buaian

7. Pesanku Untuk Guru

Karya: Lisa Ardhian Widhia

Dalam lirih keluh di bibirku
Aku benar tak maksud membencimu, wahai guruku
Ego kami masih bangkitkan ragu
Kesal dan bosan terus menipu, hari ini larut membisu

Di relung terdalam, aku juga pernah sadar
Kelabunya di mataku, kau tetaplah pengajar
Mengalirkan bakti tanpa ingkar
Demi negeri agar tidak buyar

Guruku
Maksudku sampaikan rasa bukanlah untuk ungkap luka
Engkau adalah pelita terang, saat kau mampu berkelana
Merangkul seluruh siswa tanpa pilah cinta
Bercengkrama bak sohib dan tetap beretika

Terima kasih kuucapkan
Untuk seluruh pembangun insan cendekiawan
Si penutur ilmu dari guratan awan
Penuh kasih nan tulus selalu kau berikan

Guruku
Kau adalah jingga, sosok inspiratif dalam senja
Kau selayaknya surya, penerang untuk generasi bangsa
Dan kau ibarat gerimis kiranya
Yang nanti menangis melihat kami sukses dengan bangga

8. Pena Sang Guru

Karya: Masdiana, S.Pd

Pena guruku
Tak pernah bosan menari-nari di diriku
Menuliskan banyak warna di jiwaku
Coretan lembut, hangat menyentuh kalbuku

Pena guruku hebat
Karena penanya aku tak telat
Tugas-tugasku tak lambat
Walau panas matahari menyengat hingga hujan lebat

Pena guruku sangat mengagumkan
Aku pun terbuai angan
Dunia akan kuguncangkan
Menuju sebuah pencapaian

Kuingin penaku seperti miliknya
Menggoreskan, melukiskan dan mewarnai anak bangsa
Hasil penamu kan kujunjung penuh makna
Kaulah Sang penaku yang berjuang sepenuh jiwa

9. Pelita Cendikiawan

Karya: Mifthahul Nurzanah

Terbitlah aku dari sebuah
Pelita
Pelita yang menyulap gelap menjadi gemerlap
Pelita yang mampu mengorbankan api semangat membara
Membara, untuk membuktikan kepada dunia bahwa kami mampu menaklukkan luasnya sang samudra
Sosok polosm mampu kau rubah menjadi warna-warni pelangi yang tanpa ada satu pun celah abu-abu itu terlihat lagi.
Kamu yang dulu tak tahu apa-apa
Kini tlah mampu membebaskan mereka dari belenggu kebodohan
Pelita itu mampu membuat kami melihat indahnya sekolah setelah rumah
Ya indah, tak peduli tentang bangunan yang reyot dan tua.,
Tak peduli! Tentang genting yang bocor saat hujan tiba,
Tak peduli! Tentang gerutuan meja dan dinding saat kulit mereka tergores tulisan dari tangan-tangan nakal.
Semua kenang itu selalu menjadi kunang di kepalaku
Darimu kami mengenal indahnya sajak, syair, akar pangkat, logaritma dan apalah itu
Tanpa mu mampukah kami menorehkan warna di dalam cetakan sejarah?
Sanggupkah kami melewati fatamorgana dan liciknya dunia?
Guruku, engkau lentera yang takkan pernah memadamkan sumbumu
Engkau mentari yang tak akan meredupkan sinarmu
Dan engkau ombak yang tak akan pernah mensunyikan lautmu
Meskipun mungkin,, engkau sedang tertidur pulas di dalam, dan sedalam-dalamnya bumi Tuhan
Namun jasamu takkan pernah aku lupa
Engkau akan selalu kuceritakan di dalam sejarah retorika kehidupanku yang penuh liku di tiap perjalanannya.
Kuceritakan tentangmu, sebagai cerita yang paling bernuansa dan bersahaja di dalam sanubariku.

10. Kepada: Guruku

Karya: Winda Puspitasari

Kulihat kau berdiri di pelupuk mataku
Menyampaikan pesan waktu
Tatkala tatapan bertemu
Aku menangkap sejuta cahaya darimu
Cahaya ilmu kian merasuk ke benakku
Bahkan aku berharap ia menjadi segumpal daging

Kau pelita di hitam legamnya jiwaku
Laksana tetesan air di gersangnya gurun pasir

Duhai guruku
Kau taman Kehidupan
Berjuta ilmu kau tanamkan
Tanpa lelah dan putus asa
berjuang mencerdaskan generasi bangsa

Kau mempunyai laut yang terpenuhi dengan mutiara-mutiara Ilmu
Izinkanlah aku melayarinya, sehingga matiku penuh ketenangan
Hidupmu penuh perjuangan
Maka, tak berdosa jika aku memberimu gelar pahlawan

Yogyakarta, November 2017

11. Bersamamu, Guruku

Karya: Yoga Permana Wijaya

Ketika aku menatap langit
Tingginya takkan dapat kuraih berjinjit
Tapi tatkala aku menatapnya bersamamu, guruku
Aku dapat menggapai cita setinggi itu
Ketika aku memandang samudera
Hamparan luasnya takkan bisa kupeluk di dada
Tapi tatkala aku memandangnya bersamamu, guruku
Aku bisa merangkul mimpi seluas itu

Ketika aku melihat gunung
Beratnya takkan mampu kupikul di punggung
Tapi tatkala aku melihatnya bersamamu, guruku
Aku mampu mengangkat ilmu seberat itu

Itulah tinggi, luas dan beratnya jasa yang Kau berikan
Berkatmu, Kumenatap, kumemandang, kumelihat sisi lain dunia
Tuk mengubahnya menjadi bekal kehidupan
Maka setinggi langit, seluas samudera dan seberat gunung
Terhatur terima kasih untukmu, guruku

12. Sang Pengabdi

Karya: Zaniza

Setiap pagi kau susuri jalan berdebu
Berpacu waktu demi waktu
Tak hirau deru kendaraan lengkingan knalpot
Tak hirau dingin memagut
Kala sang penguasa langit tuangkan cawannya
Wajah-wajah lugu haus kan ilmu
Menari-nari di pelupuk mata menunggu
Untaian kata demi kata terucap seribu makna
Untaian kata demi kata terucap penyejuk jiwa

Ruang persegi menjadi saksi bisu pengabdianmu
Menyaksikan tingkah polah sang penerus
Canda tawa penghangat suasana
Hening sepi berkutat dengan soal
Lengking suara kala adu argumen

Ruang persegi menjadi saksi bisu pengabdianmu
Entah berapa tinta tergores di papan putih
Entah berapa lisan terucap sarat makna
Entah berapa lembaran tumpahan ilmu terkoreksi
Entah berapa ajaran budi kau tanamkan

Waktu demi waktu dijalani hanya demi mengabdi
Berserah diri mengharap kasih Ilahi
Ilmu kau beri harpa kan berarti
Satu per satu sang penerus silih berganti
Tumbuh menjadi tunas-tunas negeri
Kau tetap di sini setia mengabdi
Sampai masa kan berakhir nanti

13. Pipit Kecil

Karya: Zuarni, S.Pd

Awal jumpa kita Kami bukan siapa-siapa
Hanya pipit kecil dengan paruh menganga dan sayap setengah terbuka
Kami hanya berputar... berputar...
Dan hinggap di pundak ilmu guru-guru kami

Awal jumpa kita Kami bukan apa-apa
Hanya sobekan-sobekan kertas tak bermakna
Menunggu tangan-tangan kokoh dan jemari lentik guru kami
Merangkainya menjadi buku yang patut diperhitungkan

Guruku... lihatlah pipitmu
Kami telah seperkasa garuda, selincah merpati
Dengan ilmu dan petuahmu
Picing mata nanar telah sejelita mentari siang hari
Langkah seok... telah mantap menapaki jalan tajam beronak

Kini pipitmu...
Telah siap terbang... terbang memetik cita-cita kehidupan
Dan meninggalkan
Secuil sejarah hidup kami di sini

Langsa, 2 Mei 2017

14. Guru

Kau pahlawan kegelapan
Kau pahlawan masa depan
Kau pahlawan tanpa tanda jasa
Kau pahlawan yang tak mengharapkan balasan
Di saat kami tak pernah mendengarkanmu
Engkau tak pernah mengeluh dan menyerah
Untuk mendidik kami
Darimu kami mengenal banyak hal
Tentang mana warna yang indah
Tentang garis yang harus di lukis
Juga tentang kata yang harus dibaca
Engkau membuat hidup kami berarti
Guru...
Setiap waktu kau membimbingku
Agar kami tahu
Tiada kata yang pantas kami ucapkan
Selain terimakasih atas semua jasa-jasamu
Maafkan kami bila telah membuatmu kecewa
Jasa-jasamu akan kami semat abadi sepanjang hidup kami
Terimakasih guruku, engkau pahlawanku


Artikel ini ditulis oleh Savira Oktavia, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(sun/dte)


Hide Ads