Wayang kulit purwa menjadi salah satu kesenian Jawa yang mendapat pengakuan dalam skala global sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity. Wayang ini sudah ada sejak zaman kerajaan Islam di Jawa. Wayang kulit purwa diciptakan Sunan Kalijaga sebagai media penyebaran Islam di Jawa.
Mengutip jurnal Perancangan Model Wujud Visual Tokoh Pewayangan dalam Pembentukan Identitas dan Watak Tokoh Sebagai Acuan Desain Karakter dalam Karya DKV oleh Toto Haryadi & Khamadi, wayang kulit merupakan seni pertunjukan menggunakan media wayang dari kulit kerbau, dimainkan dan dipimpin dalang.
Wayang Kulit Purwa:
Istilah purwa artinya mula-mula atau permulaan, diambil dari cerita yang bersumber dari kitab Ramayana dan Mahabarata asal India. Dengan begitu, wayang kulit juga dipengaruhi India, baik dari segi cerita maupun tokoh serta penokohannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Kategori Tokoh Wayang
Ada beberapa kategori tokoh wayang berdasarkan lakon induk atau tokoh besarnya. Berikut kategori tokoh wayang.
- Purwacarita yang membahas perihal asal-usul kehidupan para dewa yang dimainkan tokoh di dalamnya, seperti Batara Guru, Batara Wisnu, Batara Indra, dan sebagainya.
- Punakawan merupakan sekumpulan tokoh yang terdiri dari Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.
- Lokapala merupakan induk dari tokoh Ramayana terdiri atas Arjuna Sasrabahu, Sumantri, Parasurama, Sukesi, dan lain-lain.
- Ramayana merupakan cerita kepahlawanan Rama yang dimainkan beberapa tokoh, yaitu Rama, Sinta, Laksmana, Anoman, Rahwana, dan lain-lain.
- Mahabarata merupakan cerita konflik antara Pandawa dengan Kurawa dalam memperebutkan takhta kerajaan yang dimainkan beberapa tokoh, yaitu Pandawa, Kurawa, Kresna, Srikandi, Sengkuni, dan lain-lain.
2. Wujud Visual Tokoh Wayang Kulit Purwa
Ada beberapa tokoh wayang kulit purwa yang cukup populer bagi masyarakat Jawa. Berikut penjelasan dikutip dari sumber yang sama dengan sebelumnya.
Cakil
Cakil digambarkan sebagai sosok raksasa yang memiliki watak antagonis, suka menentang, tergesa-gesa, licik, sombong, beringas, lincah, dan gesit. Cakil dimainkan dalam perang melawan satria (perang kembang) yang ditantang melalui suaranya yang gegap dan bernada tinggi, serta dengan kedua kerisnya.
Kecerobohan tokoh ini digambarkan dalam pertunjukan wayang, yaitu mati karena kerisnya sendiri atau selalu mati dalam pertarungan melawan satria yang dijumpainya, sehingga tokoh ini memiliki umur pendek.
Wujud visualisasinya digambarkan dengan posisi anjujur atau kedua lengan lurus ke bawah yang menunjukkan bahwa karakter ini bebas bergerak sesuai dengan kemampuan sabet dalang yang memainkannya.
Bima
Bima dikenal sebagai tokoh wayang yang gagah dan memiliki perwatakan, seperti pendiam, tenang, siaga, tidak gentar, tidak banyak tanya, kuat, gagah, gesit, dewasa, tidak sombong.
Akan tetapi, ia mudah tersulut emosi dan tidak sabaran dalam melawan kemungkaran menggunakan senjatanya yang terkenal, yaitu gada rujakpolo dan kuku pancanaka.
Gaya bicara tokoh ini cenderung menyampaikan pernyataan pada intinya dengan suara besar dan berat. Penggambaran wujud visualisasinya yaitu posisi menenteng atau lengan depan diletakkan di pinggul.
Hal itu memperkuat watak Bima yang keras kepala dan sulit diajak bekerja sama. Tidak ada perhiasan (selain gelang dan kelat bahu) pada tubuhnya yang menunjukkan Bima sudah meninggalkan kehidupan duniawi.
Gatotkaca
Gatotkaca merupakan anak Bima yang memiliki ciri fisik yang hampir sama, khususnya pada bagian raut wajah dan dedeg, sehingga mewariskan beberapa sifat Bima, seperti kuat, berani, pendiam, tenang, dan gesit.
Tokoh ini juga memiliki emosi dan cenderung sedikit kasar dibandingkan satria. Hanya saja ia memiliki kelebihan, yaitu dapat terbang dengan posisi siaga.
Arjuna
Arjuna merupakan penengah Pandawa yang berwatak berbeda dengan Bima. Satria yang satu ini cenderung pendiam, tenang, sederhana, lemah gemulai, dan cerdas. Kelembutannya seringkali dimanfaatkan untuk memikat wanita didukung dengan gaya bicaranya yang santun, dan suara besar akan tetapi ringan.
Kesederhanaannya tampak pada ketiadaan perhiasan yang terpasang pada lengan, tangan, kaki, dan badan yang menunjukkan bahwa Arjuna telah meninggalkan kemewahan duniawi.
Abimanyu
Abimanyu adalah anak dari Arjuna dan Subadra. Keberaniannya tidak dapat diragukan lagi karena mewarisi watak Arjuna. Bahkan, ia disebut sebagai pahlawan dalam Bharatayuda, akan tetapi mati di usia 16 tahun ketika mematahkan formasi Chakrawyuha (formasi spiral).
Abimanyu dikenal dengan ketidakdewasaannya dan belum bisa meninggalkan nafsu dan kemewahan duniawi, akan tetapi di sisi lain tetap bersifat tenang, dan patuh.
Sinta
Sinta adalah salah satu tokoh dalam cerita Ramayana yang digambarkan sebagai istri Rama. Sinta memiliki watak yang setia dengan pasangannya dalam senang maupun susah. Selain itu, Sinta memiliki watak yang sabar, tenang, hati-hati, dan sederhana.
Anoman
Anoman merupakan tokoh dalam Ramayana. Dalam salah satu adegan diceritakan tokoh ini sedang berusaha mencari Sinta yang diculik Rahwana ke negeri Alengka.
Anoman juga muncul dalam cerita Mahabarata sebagai saudara tunggal Bayu dengan Bima. Sehingga memiliki beberapa kesamaan watak dengan kedua tokoh itu, yaitu kuat, gesit, bergerak cepat, dan siaga melaksanakan tugas.
Anoman juga tergolong ke dalam tokoh wayang khusus yang memiliki wajah dan tubuh berwarna putih yang melambangkan kesucian, kejujuran, dan utama.
Petruk
Petruk merupakan salah satu tokoh Punakawan yang dikenal dengan watak humoris layaknya saudaranya. Sebagai seorang abdi, Petruk mempunyai watak lainnya, seperti bijaksana, suka memberi petunjuk, berderma, sabar, berani, akan tetapi suka bercanda.
Artikel ini ditulis oleh Savira Oktavia, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/sun)