Hari ini merupakan Rabu terakhir di bulan Safar. Atau hari yang dikenal dengan nama Rabu Wekasan. Masyarakat Jawa menyebutnya Rabu Wekasan.
Rabu Wekasan sudah menjadi tradisi di sejumlah daerah. Hari yang dipercaya sebagai turunnya bala ini melekat pantangan-pantangan yang tidak boleh dilanggar.
Ada pantangan, maka ada juga amalan-amalan dan ritual yang dianjurkan dikerjakan di hari Rabu Wekasan. Apa saja hal-hal yang boleh dan tidak boleh dikerjakan di hari Rebo Wekasan?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rebo Wekasan
Dilansir dari situs resmi Nahdlatul Ulama (NU), bulan Safar dianggap sebagai bulan tidak baik sehingga ada pantangan-pantangan yang harus dihindari. Kepercayaan masyarakat bahkan menyebut Rebo Wekasan dekat dengan kesialan.
Padahal, Islam tidak mengenal hari atau waktu baik dan buruk. Sebab, semua keberuntungan dan kesialan yang terjadi bergantung pada kehendak Allah SWT dan datang dari-Nya.
3 Amalan yang Disarankan
Walaupun dalam Islam tidak ada hari baik atau hari buruk, ada amalan-amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan di hari Rebo Wekasan. Seperti berdoa, beristighfar, dan membaca Al-Qur'an.
Umat Muslim harus meniatkan semua amalan itu memohon ampunan dan perlindungan pada Allah SWT, bukan mengkhususkan ibadah untuk Rabu Wekasan.
1. Berdoa pada Allah
Umat dianjurkan memperbanyak doa di bulan Safar. Hadis menyebutkan keutamaan berdoa di bulan Safar ialah doanya akan dikabulkan Allah SWT. Berikut doa yang bisa dibaca di hari Rebo Wekasan.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ يَا شَدِيْدَ الْقُوَى وَيَا شَدِيْدَ الْمِحَالِ يَا عَزِيْزُ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيْعُ خَلْقِكَ اِكْفِنِيْ مِنْ جَمِيْعِ خَلْقِكَ يَا مُحْسِنُ يَا مُجَمِّلُ يَا مُتَفَضِّلُ يَا مُنْعِمُ يَا مُكْرِمُ يَا مَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا أَنْتَ اِرْحَمْنِيْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اللهم بِسِرِّ الْحَسَنِ وَأَخِيْهِ وَجَدِّهِ وَأَبِيْهِ وَأُمِّهِ وَبَنِيْهِ اِكْفِنِيْ شَرَّ هَذَا الْيَوْمِ وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ يَا كَافِيَ الْمُهِمَّاتِ يَا دَافِعَ الْبَلِيَّاتِ فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَحَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَصَلىَّ اللهُ تَعَالىَ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ الِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Artinya: Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang. Semoga Allah memberikan selawat kepada Sayyidina Muhammad dan keluarganya serta sahabat-sahabatnya. Ya Allah, wahai Yang Maha Kuat lagi Maha Mungkin, wahai Yang Maha Perkasa, segala makhluk tunduk kepada kemuliaan-Mu.
Cukupkanlah aku dari segala makhluk-Mu. Wahai Yang Maha Baik, Yang Maha Indah, Yang Maha Pemurah, Yang Maha Pemberi, Yang Maha Mulia, wahai Yang tiada Tuhan selain Engkau, berilah rahmat kepadaku dengan rahmat-Mu. Wahai Yang Maha Pemurah di antara yang pemurah.
Ya Allah, dengan rahasia Hasan, saudara kandungnya, kakeknya, ayahnya, ibunya, dan anak-anaknya, cukupkan aku dari kejahatan hari ini dan apa yang turun pada hari ini. Wahai Yang Maha Cukup untuk mengatasi semua urusan, wahai Yang Maha Menjauhkan bencana.
Allah akan cukupkan kamu dari mereka, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Cukuplah Allah sebagai pelindung kami, dan Dia adalah Pelindung yang terbaik. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Semoga Allah memberikan selawat kepada Sayyidina Muhammad dan keluarganya serta sahabat-sahabatnya.
2. Beristighfar
Membaca istighfar untuk memohon ampun kepada Allah SWT atas segala dosa dan kesalahan. Umat Muslim dianjurkan membaca istighfar atas dosa besar atau kecil, dosa yang disengaja atau tidak.
Hal ini seperti tertuang dalam Al-Qur'an firman Allah SWT dalam surat Hud (11) ayat 90.
وَاسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي رَحِيمٌ وَوَدُودٌ
Artinya: Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Mencintai.
Sementara, Nabi Muhammad SAW dalam riwayat Abu Hurairah RA mengatakan:
مَنْ أَكْثَرَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
Artinya: Barang siapa yang memperbanyak istighfar, niscaya Allah akan memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. (HR Ahmad).
3. Membaca Al-Qur'an
Membaca Al-Qur'an menjadi salah satu ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Banyak keutamaan dan pahala besar yang akan didapatkan orang yang membaca Al-Qur'an.
من قرأ حرفا من كتاب الله فله به حسنة والحسنة بعشر أمثالها لا أقول آلم حرف ولكن ألف حرف ولام حرف وميم حرف
Artinya: Siapa yang membaca satu huruf dari kitabullah (Al-Qur'an), maka baginya satu kebaikan. Dan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif laam mim itu satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, laam satu huruf, dan mim satu huruf. (HR Tirmidzi).
Rasulullah dalam hadis menyatakan orang yang banyak membaca Al-Qur'an tidak akan masuk ke dalam neraka.
من قرأ آيتين من القرآن لم يدخل النار
Artinya: Barang siapa yang membaca dua ayat dari Al-Qur'an, maka ia tidak akan dimasukkan ke dalam neraka.
3 Hal yang Pantang Dikerjakan
Karena dipercaya sebagai hari bala, banyak pantangan yang tidak boleh dilanggar di hari Rabu Wekasan. Beberapa di antaranya sebagai berikut.
1. Pantang Bepergian Jauh
Untuk menghindari marabahaya, masyarakat dilarang bepergian jauh. Sebagai gantinya, masyarakat akan berkumpul bersama dan membaca doa agar terhindar dari bala dan marabahaya di hari Rebo Wekasan.
Misalnya, masyarakat Cirebon yang memercayai tradisi Rabu Wekasan bisa menjauhkan diri dari malapetaka. Biasanya mereka akan menggelar salat sunnah 4 rakaat dengan membaca surat Al-Kautsar sebanyak 17 kali di rakaat pertama, Al-Ikhlas 5 kali di rakaat kedua, Al-Falaq di rakaat ketiga, dan Surat An-Nas di rakaat keempat. Serta diakhiri membaca doa Asyura.
2. Pantang Bekerja yang Berbahaya
Masyarakat Cirebon juga pantang bekerja bahaya di hari Rabu Wekasan. Tujuannya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Masyarakat lebih disarankan memperbanyak membantu orang lain, seperti sedekah dan mempererat tali silaturahmi.
Masyarakat Cirebon meyakini Sunan Kalijaga pernah berupaya untuk mencegah kemungkinan datangnya malapetaka Rabu Wekasan. Beliau mandi di Sungai Drajat pada saat berguru pada Sunan Gunung Djati untuk membersihkan diri dari bala di hari Rabu Wekasan.
Baca juga: Doa Rabu Wekasan dari KH Abdul Hamid |
3. Dilarang Menikah
Masyarakat Desa Gedangan, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang percaya bahwa di hari Rebo Wekasan tidak boleh menggelar pernikahan. Dalam penelitian Zainul Mustofa dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang pada 2017, dijelaskan larangan menikah muncul dari zaman Majapahit.
Kiai Istighfar menyebutkan ada Rabu Wekasan di bulan Safar yang dianggap hari sial. Asal muasal larangan menikah itu dari kepercayaan Rabu terakhir Safar adalah hari sial. Sampai saat ini tidak ada warga yang berani menikah di bulan Safar.
(irb/sun)