.webp)
Lagu Hari Merdeka yang juga dikenal lagu 17 Agustus diciptakan Husein Mutahar. Berikut ini biografi singkat dari sang komponis.
Selain lagu 17 Agustus, Mutahar juga memiliki sederet karya besar lainnya. Seperti lagu Syukur, Dirgahayu Indonesia, dan Gembira. Kemudian Himne Pramuka hingga Himne Universitas Indonesia.
Baca juga: Lirik dan Chord Lagu 17 Agustus Hari Merdeka |
Lagu Syukur sering dinyanyikan saat upacara bendera. Sementara lagu Hari Merdeka begitu identik dengan Hari Kemerdekaan Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setiap perayaan HUT RI pada tanggal 17 Agustus, lagu Hari Merdeka selalu dinyanyikan dan diputar. Lagu ini juga dikenal lagu 17 Agustus, karena lirik pada baris pertamanya Tujuh belas Agustus tahun empat lima.
Bagi detikers yang ingin mengenal lebih jauh Husein Mutahar, bisa menyimak biografi singkat berikut ini. Termasuk sejarah singkat penyelamatan Sang Saka Merah Putih.
Biografi Husein Mutahar
Mutahar lahir di Semarang pada 5 Agustus 1916. Nama lengkapnya Husein bin Salim bin Ahmad Al-Muthahar.
Dikutip detikJogja dari buku Hamid Algadri: Tokoh Pahlawan Perintis Kemerdekaan dan Tokoh-Tokoh Lain Penerusnya (2022) karya Hamid Algadri, Husein Mutahar adalah seorang sayyid atau habib.
1. Riwayat Pendidikan Husein Mutahar:
- Europeesche Lagere School (ELS) Semarang
- Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO)
- Algemene Middelbare School (AMS)
- Universitas Gadjah Mada (UGM) Fakultas Hukum (1946)
Di UGM, Mutahar hanya kuliah selama dua tahun. Sebab, ia bergabung dengan pemuda nasionalis dalam Revolusi Kemerdekaan Indonesia.
Bersama pemuda nasionalis, Mutahar ikut Pertempuran di Semarang selama 5 hari. Ia juga pernah mengabdi di Istana Presiden di Jogja.
2. Perjalanan Karier Husein Mutahar:
- Tahun 1945: Sekretaris Panglima Angkatan Laut RI di Yogyakarta
- Tahun 1947: Pegawai Tinggi Sekretariat Negara di Yogyakarta
- Tahun 1963-1973: Duta Besar RI di Vatikan
- Tahun 1974: Pejabat Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri
|
Penyelamatan Sang Saka Merah Putih
Salah satu jasa terbesar Mutahar untuk Indonesia adalah menyelamatkan Sang Saka Merah Putih. Berikut ini kisahnya.
Agresi Militer Belanda II terjadi pada 1948. Waktu itu, Mutahar dipercaya untuk menyelamatkan Sang Saka Merah Putih yang dijahit oleh Fatmawati.
Mutahar terpaksa memisahkan warna merah dan putih dari Sang Saka Merah Putih. Itu merupakan akal-akalan dia untuk mengelabui Belanda.
Bagian merah dari Sang Saka Merah Putih disembunyikan di pinggang. Sementara bagian putihnya disimpan di dalam koper. Mutahar lalu membawa dua bagian Sang Saka Merah Putih keluar dari Istana.
Pada 1950, Sang Saka Merah Putih dikembalikan ke Istana dan dijahit kembali oleh Ibu Fatmawati. Sebab, Kemerdekaan Republik Indonesia diakui kedaulatannya oleh Belanda dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada 1949. Sehingga Bung Karno bisa kembali ke Istana Yogyakarta.
Mutahar pensiun pada 1974. Ia kemudian wafat pada 19 Juni 2004 di usia 87, setelah menghabiskan masa tua di rumah salah satu anak angkatnya. Jasadnya dimakamkan di TPU Jeruk Purut Jakarta Selatan.
Hingga saat ini, Mutahar lebih dikenal sebagai komponis lagu nasional dan kepanduan. Sederet buah karya Mutahar dalam kepanduan antara lain lagu Gembira, Tepuk Tangan Silang-Silang, Mari Tepuk, S'lamatlah, Jangan Putus Asa, Tiba Saat Berpisah, dan Himne Pramuka.
Mutahar juga dikenal sebagai penggagas Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) di Istana Negara setiap 17 Agustus. Ia menerima Bintang Mahaputera Pertama dan juga Bintang Gerilya.
(sun/iwd)
