Ratusan pelajar mengikuti Festival Gerabah. Mereka siswa TK hingga SLTA di Kota 1001 Gua. Para seniman muda itu pun saling unjuk kebolehan melukis. Bukan di atas kertas, namun media yang digunakan berupa tembikar.
Di antara peserta yang menyemut ada Salma Febriyanti (15). Siswa yang masih duduk di kelas 10 SMA itu sibuk menggoreskan kuas. Sebuah cobek berdiameter 30 sentimeter yang semula polos berubah menjadi lukisan indah. Salma memilih tema abstrak.
Salma sengaja datang untuk menjadi bagian dari event budaya tersebut. Bahkan perempuan yang tinggal di Kecamatan Kebonagung itu tak datang sendiri. Beberapa rekan satu sekolahnya juga ikut berperan serta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini semua teman-teman saya," ujarnya sembari menunjuk beberapa temannya yang juga sama-sama melukis, Selasa (8/8/2023).
Melukis memang menjadi hobinya. Hanya saja ekspresi seni itu biasanya dia tuangkan di atas kertas. Sedangkan kali ini media yang digunakan berupa tanah liat yang dikeraskan. Tentu saja ini menjadi tantangan tersendiri.
Tak hanya tertantang, Salma dan beberapa peserta mengaku merasakan sensasi berbeda saat berkarya di atas gerabah. Hal itu meliputi tata cara melukis hingga teknik membuat cat melekat sempurna.
"Jadi bisa membangkitkan adrenalin kita untuk mencoba hal-hal baru. Ternyata lebih susah yang ini (melukis di atas gerabah) daripada pakai kertas," imbuh remaja berjilbab itu.
Dia berharap event serupa dapat digelar kembali di masa datang. Tentu saja kegiatan semacam ini tak hanya menjadi ajang kreativitas seni. Namun lebih dari itu bisa memberi kegiatan alternatif agar para remaja tak terlalu fokus bermain gawai.
Hal sama juga dirasakan Meisya. Siswa SMP di Kecamatan Kebonagung itu mengaku senang berkesempatan melukis bersama ratusan siswa lain. Meski tak gampang, dirinya justru mendapat pengalaman baru.
Sama-sama menggunakan media cobek, Meisya memilih pemandangan sebagai objek lukisan. Panorama laut Selatan dengan aneka warna digoreskan dengan cat air.
"Pacitan kan banyak objek wisatanya. Jadinya saya pilih melukis alam aja," ucapnya.
Ketua Panitia Rening Astuti menjelaskan ide awal digelarnya kegiatan karena ingin memperkenalkan gerabah kepada masyarakat luas. Seperti diketahui Desa Purwoasri Kecamatan Kebonagung yang merupakan tempat penyelenggaraan kegiatan merupakan sentra industri gerabah.
Selain itu, lanjut pengusaha muda tersebut agenda budaya yang digelar juga dirangkaikan peringatan HUT ke-78 Republik Indonesia. Ke depan acara ini dijadwalkan berlangsung rutin tiap tahun.
"Harapannya bisa memperkenalkan industri (gerabah) ini mulai dari usia anak-anak sampai dewasa. Nah, setelah tahu nantinya akan mencintai dan ikut melestarikan," ujarnya.
"Kenapa kita pakai nama 'Kundi Merdeka'? Kata Kundi berarti keseluruhan proses membuat gerabah. Makanya selain menggambar juga kita adakan workshop cara membuat gerabah," terang Mbak Ning, sapaan akrab Rening Astuti.
(abq/fat)