Menengok SD Berusia 110 Tahun di Sidoarjo, Sekolah Nonpriayi Zaman Belanda

Menengok SD Berusia 110 Tahun di Sidoarjo, Sekolah Nonpriayi Zaman Belanda

Amir Baihaqi - detikJatim
Selasa, 02 Mei 2023 17:30 WIB
SDN Ploso Krembung Sidoarjo peninggalan Belanda berusia 1 abad lebih
Foto: SDN Ploso Krembung Sidoarjo peninggalan Belanda berusia 1 abad lebih (Dok. Sidoarjo Tempo Doeloe)
Sidoarjo -

Kabupaten Sidoarjo menyimpan bangunan sejarah Sekolah Dasar (SD) yang telah berusia 110 tahun. Bangunan utama SD yang berada di Desa Ploso, Kecamatan Krembung ini diyakini masih sama saat pertama kali dibangun.

Dukut Imam Widodo dan Henri Nurcahyo dalam bukunya Sidoardjo Tempo Doeloe (2013) menerangkan bangunan SD tersebut telah ada sejak tahun 1913. Bangunan tersebut merupakan sekolah pertama di Krembung.

Bangunan tersebut dibangun pada zaman kolonial Hindia Belanda dengan nama Sekolah Ongko Loro. Baru pada zaman kemerdekaan, namanya berganti menjadi Sekolah Rakyat (SR) dan kini berubah menjadi SD Negeri Ploso.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bangunan utamanya masih dipertahankan. Begitu pula dengan kamar mandinya. Hanya gentingnya yang sudah diganti. Bangunan lain dan di sekitarnya adalah bangunan baru," terang Dukut dan Henri seperti dikutip detikJatim dalam bukunya.

Saat berubah nama menjadi SR, SDN Ploso terdiri dari lima kelas dengan ruangan besar. Sedangkan bangkunya gandeng dengan meja. Namun kini bangku dan meja tersebut sudah tak ada.

ADVERTISEMENT

SD Negeri Ploso tercatat berdiri di atas lahan seluas 2,408 meter persegi. Adapun status tanahnya adalah hak milik. Selain SDN Ploso, sekolah dengan usia tua yakni SD Negeri Krembung I dan SD Negeri Cangkring, namun bangunan utamanya sudah banyak yang tak utuh.

Menurut Dukut dan Henri, kebijakan pembangunan gedung-gedung sekolah pada era kolonial Hindia Belanda dimulai pada tahun 1893. Waktu itu, sekolah yang didirikan tak hanya diperuntukkan untuk anak-anak londo, tapi juga pribumi.

Meski demikian anak-anak pribumi yang bisa mengenyam bangku sekolah hanya dari kalangan priayi atau bangsawan saja. Sekolah untuk pribumi tersebut bernama Hollansche Indlansche School (HIS) yang berarti sekolah dasar kelas satu.

"Bagi yang bukan priayi, anak-anak bisa disekolahkan di sekolah angka dua atau yang lazim disebut Sekolah Ongko Loro," terang Dukut dan Henri.

HIS sendiri pada zaman dahulu dibagi kelasnya menjadi kelas I hingga VII. Bahasa pengantar yang dipakai adalah bahasa Belanda, kepala sekolahnya juga harus orang Belanda yang biasa disebut Djoeragan School atau Mantri Goeroe. Sedangkan untuk para guru disebut Toean Goeroe.




(abq/sun)


Hide Ads