Para pengamen sekaligus pelatih topeng monyet ikhlas menyerahkan monyetnya ke BKSDA Jatim. Sebanyak 22 orang pengamen topeng monyet di Desa Kertosari menyerahkan monyet milik mereka.
Total ada 23 ekor monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang diserahkan kepada BKSDA Jatim. Atas keikhlasan itu mereka mendapatkan uang tali asih Rp 3,5 juta untuk ganti profesi.
"Kita berikan kompensasi untuk alih profesi sebesar Rp 3,5 juta atas keikhlasan mereka menyerahkan monyet untuk kami lepas liarkan," ujar PLT Kabid I BKSDA wilayah Madiun Andik Sumarsono, Kamis (2/3/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyerahan uang santunan alih profesi kepada 22 pelaku topeng monyet itu dilakukan di kantor desa Kertosari. Penyerahan itu diketahui juga oleh tiga pilar baik Pemerintah Desa, Polri, dan TNI.
"Dapat. Kemarin dapat uang alih profesi Rp 3,5 juta tapi masih sedih kehilangan monyet yang sudah dianggap seperti keluarga," kata salah satu pengamen topeng monyet Sugito (50) kepada detikJatim.
Tidak hanya itu, dirinya sendiri mengaku masih bingung setelah ini akan kerja apa. Dia sudah mendapatkan arahan hendak beralih profesi di bidang apa, tapi menurutnya itu belum jelas.
"Sudah diberi tahu kemarin. Tapi belum jelas kapan bisa mulai kerja," kata Sugito.
Sugito pun menceritakan bahwa dirinya sudah menjadi pengamen sekaligus pelatih topeng monyet sejak tahun 1982 silam. Dia merawat monyet untuk dikaryakan dalam seni topeng monyet. Sejak 1982 itu dia mengaku sudah 4 kali ganti monyet yang dikaryakan karena sudah bertambah usia.
"Saya sejak 1982 main topeng monyet sampai sekarang. Mungkin sudah ganti 4 kali karena monyet sudah tua. Yang lama saya kasihkan ke kebun binatang Umbul, Madiun," ujar Sugito dengan suara lirih.
Kepala Desa Kertosari Sofia Ervan Susanto mengaku butuh waktu setahun untuk sosialisasi ke pelaku topeng monyet agar mau menyerahkan monyetnya ke BKSDA secara sukarela.
Melalui sosialisasi itu secara perlahan-lahan para pelaku topeng monyet yang pernah menjadi kesenian tradisional itu mengikhlaskan monyet mereka yang sudah dianggap seperti keluarga kepada BKSDA Jatim.
"Butuh waktu setahun untuk sosialisasi. Alhamdulillah akhirnya mereka mau menyerahkan dengan kompensasi ada santunan alih profesi Rp 3,5 juta untuk setiap pelaku," jelas Ervan.
Ia berharap warganya sudah tidak ada lagi yang berprofesi sebagai pelaku topeng monyet. "Harapan kami tidak ada lagi yang main topeng monyet karena dilarang," tandasnya.
Sebagai informasi, Desa Kertosari, Geger, Madiun adalah desa asal kesenian tradisional topeng monyet yang kemudian menyebar hingga ke berbagai daerah di Indonesia.
Data yang dihimpun detikJatim dari BKSDA, setiap tahun ada ribuan ekor primata (bangsa kera dan monyet) yang ditangkap dari hutan kemudian diperjualbelikan untuk menjadi objek eksploitasi topeng monyet.
Topeng monyet atau doger monyet (pengemis memanfaatkan monyet) sendiri sudah sangat menjamur di beberapa wilayah di Indonesia. Terutama di Provinsi Jawa Timur. Dari berbagai sumber, Desa Kertosari, Kecamatan Geger, Madiun memang merupakan desa asal topeng monyet sebagai kesenian tradisional.
Dari desa ini topeng monyet dikenalkan sebagai kesenian yang menghibur lalu menyebar ke berbagai daerah, hingga ke DKI Jakarta. Monyet ekor panjang atau Macaca fascicularis yang masih muda yang menjadi sasaran tangkapan dari hutan lalu dijual untuk dijadikan objek atraksi topeng monyet demi meraih keuntungan.
Karena itu BKSDA Jatim bersama sejumlah elemen termasuk LSM berupaya menghentikan praktik topeng monyet. Meski, sebagian monyet yang ditangkap itu juga dipelihara, bahkan juga dikonsumsi.
(fat/iwd)