Hymne Guru merupakan lagu yang biasa dinyanyikan saat memperingati Hari Guru Nasional. Lagu ini diciptakan oleh Sartono.
Siapa Sartono?
Sartono merupakan mantan guru seni musik yayasan swasta di Kota Madiun, Jawa Timur. Ia lahir di Madiun, 29 Mei 1963.
Sartono mendedikasikan diri pada bangsa lewat karya besar Hymne Guru. Hingga saat ini, lagu tersebut kerap dinyanyikan pelajar di Tanah Air.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak kecil, Sartono gemar bermain musik. Namun ia putus sekolah saat menginjak kelas 2 di SMAN 3 Surabaya. Ia terhimpit masalah ekonomi.
Sartono kemudian bekerja di Lokananta, perusahaan rekaman dan produsen piringan hitam. Ia lalu bergabung dengan grup musik keroncong milik TNI AU di Madiun.
Terciptanya Lirik Hymne Guru
Pada suatu hari di tahun 1980, Sartono menuju Perhutani Nganjuk untuk mengajar kulintang. Dalam perjalanan, ia tidak sengaja membaca pengumuman Lomba Cipta Lagu Hymne Guru.
Sartono berusaha keras menulis lirik. Sehingga tersurat kalimat 'pahlawan tanpa tanda jasa' di baris akhir.
Perjuangan Sartono belum berakhir. Ia tak punya uang saat hendak mengirim lirik lagu tersebut. Ia rela menjual jas agar lirik tersebut terkirim.
Hasil tak mengkhianati usaha. Sartono menjadi juara dalam lomba tersebut. Lomba Cipta Lagu Hymne Guru diselenggarakan Departemen Pendidikan Nasional. Yang kini menjadi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi).
Lirik Hymne Guru (Lagu Pahlawan Tanpa Tanda Jasa)
Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Pembangun insan cendekia
Terpujilah wahai ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa
Sartono meninggal pada 1 November 2015, saat dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun. Ia mengalami komplikasi di antaranya gejala stroke, sakit jantung, kencing manis, dan penyumbatan darah di otak.
Sang istri, Ignasia Damijati mengembuskan napas terakhir pada Selasa (20/9/2022) sekitar pukul 04.00 WIB. Sebelum berpulang, Damijati sempat menjalani perawatan di RS Clara Kota Madiun selama tiga hari, mulai 12 hingga 14 September 2022.
(sun/sun)