Malam satu Suro dirayakan oleh warga di lereng Gunung Raung dengan menggelar tradisi Baritan. Warga meminta agar diselamatkan dari mara bahaya, khususnya letusan Gunung Raung.
Warga menggelar tradisi Baritan di sepanjang jalan Desa Jambewangi, Sempu, Banyuwangi, Jumat malam (29/7/2022). Acara ini sebagai ritual tolak bala dalam tradisi adat di tanah Jawa di bulan Suro. Warga Jawa memanjatkan doa kepada Allah dengan tujuan memohon ampunan dan perlindungan dari segala bentuk kejahatan dunia dan marabahaya.
Mereka menggelarnya di depan pelataran kampung. Mirip dengan acara selamatan biasanya, masyarakat membuat takir (piring dari daun pisang) yang diisi dengan makanan sehari-hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jumlah takir ini, dibuat oleh masing-masing rumah dengan menyesuaikan jumlah anggota keluarganya. Semisal satu keluarga ada 5 orang, maka harus membuat 5 buah takir.
Takir tersebut dilingkari dengan janur kuning. Dalam istilah adat Jawa, sajian ini disebut takir plontang. Sedangkan janur, memiliki makna 'sejatine nur' yang artinya cahaya sebenarnya.
Setelah memanjatkan doa bersama, sajian yang dibawa selanjutnya ditukar dan dimakan bareng-bareng. Bentuk kerukunan bersama dalam kehidupan bermasyarakat.
Asmoro Sampir (80), tetua adat warga Jambewangi mengatakan kegiatan ritual Baritan ini dikhususkan agar masyarakat tidak tertimpa marabahaya. Khususnya erupsi Gunung Raung yang sempat terjadi Rabu kemarin.
"Kita berdoa agar erupsi Raung tidak terjadi berlanjut. Kita juga meminta kepada Tuhan agar juga terhindar dari kejahatan," ujarnya kepada wartawan.
Asmoro meyakini, doa pada malam satu Suro sangatlah bagus. Sehingga warganya pun sangat antusias menggelar acara setahun sekali ini.
"Kami yakin doa kami terkabul. Ini tidak hanya untuk masyarakat Jambewangi, tapi juga untuk seluruh masyarakat Banyuwangi," pungkasnya.
(iwd/iwd)