Ritual Tumpeng Sewu digelar di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi. Warga Kemiren keluar rumah dan membawa tumpeng untuk disantap di sepanjang jalan desa. Acara ini merupakan bersih desa, agar masyarakat terhindar dari mara bahaya.
Festival Tumpeng Sewu digelar masyarakat Desa Kemiren, Minggu (2/7/2022) malam. Sejak sore, warga Kemiren telah menggelar tikar di depan rumahnya masing-masing untuk persiapan gelaran even ini. Masyarakat pun duduk bersila sambil menikmati tumpeng sewu. Sementara jalan menuju Desa Adat Kemiren, mulai pukul 17:00 Wib ditutup.
Pada even ini ribuan masyarakat dari berbagai penjuru desa maupun wisatawann hadir di Desa Kemiren untuk menikmati ribuan Tumpeng Sewu yang disajikan berderet-deret di sepanjang jalan desa
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Iring-iringan barong pun melintas dan melakukan Ider Bumi. Beberapa panitia kemudian menyalakan beberapa obor yang ada di sepanjang jalan.
Baru sekitar pukul 18.30 Wib atau usai salat Magrib, ritual ini mulai dibuka. Usai dibacakan doa, ritual ini dimulai. Di bawah temaram api obor, semua orang duduk dengan tertib bersila di atas tikar maupun karpet yang tergelar di depan rumah.
Di hadapannya tersedia tumpeng yang ditutup daun pisang. Dilengkapi lauk khas warga Kemiren, pecel pithik dan sayur lalapan sebagai pelengkapnya.
![]() |
Menurut Suhaimi, sesepuh Desa Kemiren, Tumpeng Sewu merupakan tradisi adat warga Osing, suku asli masyarakat Banyuwangi, yang digelar awal Idul Adha.
"Kita terus lestarikan adat dan tradisi budaya ratusan tahun lalu. Semoga dengan kegiatan ini warga Kemiren dijauhkan mara bahaya," tambahnya.
Sebelum makan Tumpeng Sewu warga diajak berdoa agar desanya dijauhkan dari segala bencana dan sumber penyakit. Sebab, ritual Tumpeng Sewu diyakini merupakan selamatan tolak bala.
"Setiap rumah warga Using di Kemiren mengeluarkan minimal satu tumpeng yang diletakkan di depan rumahnya. Siapapun bisa makan dan tentunya ini gratis," pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi MY Bramuda mengatakan even ini tak lagi menjadi sebuah ritual, namun sudah menjadi atraksi yang menarik bagi wisatawan.
"Makanya pemerintah terus konsisten mengangkat even ini dalam sebuah festival. Mudah-mudahan gelaran ini juga bisa mengangkat ekonomi masyarakat Kemiren," katanya.
"Kekhasan semacam ini banyak diminati wisatawan. Ditambah lagi keramahtamahan masyarakatnya, even ini menjadi favorit bagi para wisatawan," tambah Bram.
(abq/fat)