Tradisi Puter Kayun kembali digelar oleh warga Banyuwangi setelah 2 tahun vakum karena pandemi COVID-19. Tradisi ini merupakan ritual keliling kota hingga Pantai Watu Dodol yang biasanya digelar pada hari ke-10 lebaran.
Tampak warga berbondong-bondong mengendarai dokar (delman) dari Kelurahan Boyolangu menuju Pantai Watu Dodol atau sejauh 15 kilometer, Rabu (11/5/2022). Dokar dihias dengan aksesoris yang menarik bak kereta kencana.
Puter Kayun adalah tradisi napak tilas masyarakat Suku Using Boyolangu, Kecamatan Giri Banyuwangi. Tradisi ini digelar setahun sekali, tepatnya di hari ke-10 lebaran atau di 10 Syawal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awalnya, kegiatan ini merupakan tradisi lebaran kusir dokar yang telah melayani jasa selama lebaran. Tujuannya menghibur keluarga yang ditinggalkan selama lebaran untuk berwisata ke pantai Watu Dodol.
"Di tahun sebelumnya tetap digelar, tapi sederhana dan tidak ada iring-iringan. Pasca kembali digelar, masyarakat banyak yang antusias," kata Abdallah, Ketua Adat Desa Boyolangu kepada wartawan.
Dia mengatakan, tradisi ini sudah dilakukan oleh leluhurnya sejak puluhan tahun silam. Tujuan tradisi ini sendiri adalah sebagai gambaran ungkapan wujud syukur kepada Tuhan.
Puter Kayun juga menjadi pengingat perjuangan dari leluhur setempat, yakni Buyut Jakso atau yang dikenal Ki Martojoyo. Buyut Jakso telah memberikan banyak peninggalan yang manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat hingga kini.
"Secara garis besar, tujuan dari perhelatan tradisi ini merupakan wujud syukur kami. Ini sudah dilakukan sejak dulu oleh leluhur kami yang meneruskan tradisi ini," ujarnya.
Sebelum ke puncak acara Puter Kayun, ada beberapa tradisi lain yang dilakukan oleh masyarakat. Yakni ziarah makam, tasyakuran, hingga pawai budaya.
Pada puncak acara, masyarakat beriringan menunggangi dokar menuju kawasan Watu Dodol. Di sana, warga kembali melakukan tasyakuran lalu kembali ke kediaman masing-masing.
"Ada 8 dokar, 3 dari Boyolangu, sisanya sewa. Sebagian warga ikut iring iringan menggunakan kendaraan pribadi," tandasnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi MY Bramuda mengatakan bahwa adat, tradisi, dan budaya Banyuwangi terus menjadi prioritas pelestarian Pemkab Banyuwangi.
"Kita tetap melestarikan tradisi dan budaya adat Banyuwangi. Oleh karena itu, kami terus mengupayakan kegiatan ritual adat dan tradisi terus berlanjut," tambahnya.
(hse/dte)