Buah Pelestarian Umah Using yang Harganya Semakin Mahal

Buah Pelestarian Umah Using yang Harganya Semakin Mahal

Ardian Fanani - detikJatim
Kamis, 07 Apr 2022 05:00 WIB
Rumah Adat Suku Using atau Umah Using di Banyuwangi
Rumah Suku Using Banyuwangi. (Foto: Ardian Fanani/detikJatim)
Banyuwangi -

Rumah adat Suku Using Banyuwangi hampir punah dari tanah kelahirannya. Tapi upaya pelestarian dilakukan berbagai pihak. Saat ini masyarakat mulai gandrung dengan Umah Using, sehingga harga membangun rumah kebanggaan masyarakat asli Banyuwangi ini semakin mahal.

Salah satu pelestarian umah Using khas Banyuwangi ini berada di Sanggar Genjah Arum, Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi. Di sini beberapa rumah Using khas Kemiren berdiri kokoh dengan berbagai ukuran.

Sanggar Genjah Arum ini dikelola oleh ahli kopi kelas internasional Setiawan Subekti. Tempat ini menjadi salah satu wisata kebanggaan Banyuwangi. "Sebenarnya nama Sanggar Genjah Arum muncul belakangan. Awalnya Saya ingin menjaga kelestarian rumah adat Using," ucapnya kepada detikJatim, Senin (4/4/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Awal mula, kata pria yang akrab disapa Iwan ini, dirinya mulai berburu rumah adat pada awal tahun 90an. Dia mulai mengumpulkan berbagai rumah khas Using untuk pelestarian.

"Mulailah saya berburu rumah ada di awal tahun 90-an. Saat itu rumah adat Using masih banyak dan memiliki kualitas yang bagus," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Niatan Iwan berburu rumah Using berkejaran dengan para pemburu rumah Using karena kayu yang kuat. Kebanyakan kayu tersebut digunakan untuk furniture. Dari Banyuwangi sendiri banyak truk-truk pembawa rumah Using menuju Bali. Tak hanya Bali, rumah adat ini juga sampai ke luar negeri.

"Suatu saat tahun 2000-an di Italia, Saya lihat rumah adat ini di sebuah kota di Italia. Saya tahu ini rumah adat Using," ceritanya.

Pelan tapi pasti, rumah adat Using mulai menunjukkan pesonanya. Banyak yang datang ke Iwan untuk menawarinya rumah adat. Namun karena keterbatasan lahan dirinya menolak. Tapi rupanya, kebiasaan Iwan ini ditiru oleh banyak orang. Karena semakin langka, rumah khas Using itu pun semakin mahal.

"Dulu Saya beli harganya di bawah Rp 5 juta. Kalau sekarang sudah Rp 50-60 juta per rumah," ungkapnya.

Tak sembarangan, rumah adat Using yang dibelinya harus memiliki syarat. Rumah itu haruslah masih asli tanpa dipotong.

"Karena waktu mereka menempati tanah kepemilikan tanahnya belum jelas. Jadi saat itu kalau mereka diusir, pindah ke tempat yang lebih kecil, maka rumahnya dipotong, diperkecil," ucapnya.

Setiap ujung batang rumah ada ornamennya, jika dipotong maka ornamennya hilang. Rumah ini juga punya 13 batang utama dan tiangnya 4. Ini harus kayu yang sama. Bayangkan, betapa sulitnya mencari rumah dengan panjang 10-12 meter dalam satu rumah.

Iwan juga menjelaskan bahwa rumah adat Using memang sangat unik. Ukurannya tidak seperti rumah sekarang.

"Mungkin mereka menggunakan jengkal. Jengkal setiap orang kan berbeda, jadi panjang rumahnya berbeda," lanjut Iwan.

Rumah adat Using menggunakan kayu bendo atau Artocarpus Elasticus. Biasa disebut kayu suku, kayunya ringan, ulet, tahan bentangan, dan tahan hama. Sehingga rumah ini bisa berdiri hingga usia ratusan tahun.

"Kebetulan basic saya kopi, jadi saya gabungkan dengan desa adat kesenian di kampung ini," kata Iwan.

Kini Sanggar Genjah Arum memiliki beberapa rumah adat Using. Ukurannya berbeda-beda, yang paling depan cukup kecil jadi tempat Iwan menyeduhkan kopi untuk tamunya. Iwan sendiri bekerja sama dengan Pemda untuk merehabilitasi 50 rumah. Rumah-rumah tersebut kini dibuat kembali dengan wajah rumah adat Using.

"Saya bersyukur saat ini sudah banyak orang yang sadar tentang pelestarian rumah Using. Tak hanya masyarakat, kafe, warung, hingga hotel pun saat ini sudah menerapkan konsep Rumah Using khas suku asli Banyuwangi," pungkasnya.




(dpe/dte)


Hide Ads