Ponorogo sebagai salah satu kabupaten di Jawa Timur memiliki luas wilayah mencapai lebih dari 1.300 km persegi. Tapi pernahkah terbersit di benak Anda, sebenarnya apa sih makna dan bagaimana asal-usul nama daerah Bumi Reog yang memiliki 21 kecamatan dan 305 desa/kelurahan itu?
Dalang sekaligus Pengamat Budaya Ki Purbo Sasongko menerangkan bahwa Kata Ponorogo berasal dari dua suku kata. Kata pertama adalah Pramana dan kata kedua adalah Raga. Menurutnya, dua suku kata pembentuk nama Ponorogo itu seperti termuat di dalam Babad Ponorogo.
"Kalau nama Ponorogo sendiri sumbernya dari Babad Ponorogo. Dari Pramana-Raga jadi Ponorogo," kata Purbo kepada detikJatim, Rabu (6/4/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pramana berarti daya kekuatan, rahasia hidup: permono/wadi. Sedangkan raga berarti badan atau jasmani.
"Pramana-Raga. Kalau di pentas saya, wayangan saya Batoro Katong Jumeneng, saya lebih kepada sosok Batoro Katong sendiri. Artinya pengetahuan yang sangat tinggi bisa dikatakan cendekiawan bagaimana bersikap, bagaimana menempatkan diri, awas terhadap dirinya sendiri," kata Purbo.
Jika kedua kata itu dimaknai bersama Purbo menyebutkan tafsirnya kurang lebih bahwa di balik badan, di balik raga manusia, tersimpan suatu rahasia hidup. Atau bisa juga bermakna "melihat diri sendiri" atau dalam kata lain disebut mawas diri.
Selain itu manusia yang memiliki kemampuan olah batin bisa menempatkan diri di mana pun dan kapan pun ia berada.
Seiring berjalannya waktu, Ponorogo lebih dikenal dengan sebutan Bumi Reog. Menurutnya, itu hanyalah julukan. Julukan yang sekaligus pengingat bahwa Reog merupakan kesenian khas asal Ponorogo.
"Kalau merujuk kerajaan yang pernah berdiri di Ponorogo, harusnya disebut Bumi Wengker. Sesuai nama kerajaannya, Kerajayaan Wengker. Tapi kemudian yang lebih dikenal Bumi Reog karena yang sangat terkenal dari Ponorogo, ya, reog," kata Purbo.
Purbo kembali mengingatkan setiap insan warga Ponorogo atau warga Jatim pada umumnya agar mengambil hikmah dari arti nama Ponorogo. Bahwa setiap orang harus mengerti tentang dirinya sendiri serta harus lebih bersabar. Kalau dalam istilah Jawa, 'Mulat Sariro Hangroso Wani'.
"Artinya harus mawas diri dan berani bertanggung jawab dengan mengedepankan sesuatu dengan menilai dirinya sendiri," pungkasnya.
(dpe/fat)