Pemkab Lamongan akan membenahi situs Makam Dewi Andongsari di bukit Gunung Ratu, di Dusun Cancing, Desa Sendangrejo, Kecamatan Ngimbang. Makam itu dipercaya merupakan makam ibu Gajah Mada.
Banyak cerita asal-usul Gajah Mada. Salah satunya bahwa Gajah Mada berasal dari Lamongan. Cerita tutur dilengkapi keberadaan makam Dewi Andongsari yang disebut-sebut merupakan ibunda Gajah Mada seolah bukti bahwa Gajah Mada memang benar berasal dari Lamongan.
Sebagai bagian dari situs sejarah yang menjadi jujugan wisatawan di Lamongan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) pun melakukan revitalisasi atau perbaikan Makam Dewi Andongsari. Terutama perbaikan di bagian cungkup atau atap yang menaungi pusara.
"Tahun ini ada beberapa situs sejarah yang akan dibangun, termasuk peletakan batu pertama situs Makam Dewi Andongsari ini," kata Kepala Disparbud Lamongan Siti Rubikah, Senin (28/3/2022).
Peletakan batu pertama situs Makam Demi Andongsari dilakukan langsung oleh Bupati Lamongan Yuhronur Effendi. Perbaikan Makam Dewi Andongsari itu, kata Rubikah, hanya akan dikhususkan pada cungkup makamnya saja.
"Pembangunan ini sebagai bentuk pelestarian situs sejarah yang penting. Artinya untuk menuju kejayaan Lamongan seperti di masa lalu," ujarnya.
Selain Makam Dewi Andongsari Pemkab Lamongan akan memfokuskan pembangunan empat bangunan atau situs cagar budaya lainnya. Yakni Makam Mbah Lamong, Petilasan Joko Tingkir, Makam Mbah Kinameng, dan juga penataan kawasan di situs Candi Patakan.
"Pembangunan beberapa situs sejarah dan cagar budaya di Lamongan akan diintegrasikan jadi pengembangan pariwisata. Baik wisata religi dan wisata alam, sehingga target kunjungan wisatawan dan peningkatan ekonomi masyarakat bisa tercapai," ujarnya.
Seperti diketahui, Masyarakat Dusun Cancing meyakini bahwa di puncak bukit Gunung Ratu itu terbaring ibunda Gajah Mada berdasarkan kisah lisan yang berkembang di masyarakat. Di lokasi itu ibunda Gajah Mada menjalani hari-harinya hingga melahirkan Joko Modo yang nama besarnya tak terpisahkan dari Majapahit.
Untuk menuju makam Dewi Andongsari di puncak bukit Gunung Ratu itu peziarah harus menaiki ratusan anak tangga selama kurang lebih 30 menit. Lokasinya sekitar 65 kilometer dari Kota Lamongan ke arah selatan. Mudah diakses karena kondisi jalannya sudah mendapatkan perbaikan.
Di bawah pohon besar dan dikelilingi tembok dengan atap tertutup, di sanalah makam Dewi Andongsari dilengkapi tiga payung warna emas dan berhias bendera merah putih. Tiga payung warna emas identik dengan Bali itu diberikan oleh orang yang pernah berziarah ke makam itu.
"Payung itu diberikan oleh orang yang katanya pernah bermimpi didatangi oleh Dewi Andongsari dan percaya kalau petilasan ini adalah benar-benar makam ibunda Gajah Mada meski tidak disebutkan dalam sejarah," kata Kabid Kebudayaan Disparbud Lamongan Miftah Alamuddin.
Selain makam Dewi Andongsari, di kompleks pemakaman di kawasan perbukitan itu juga ada 2 pusara lain yang berjajar yang dipercaya sebagai pusara dari 2 hewan peliharaan Dewi Andongsari.
Dua pusara itu dipercaya merupakan makam seekor kucing Condromowo dan Garangan (Musang) Putih yang merupakan peliharaan Dewi Andongsari. Kisahnya, ketika Dewi Andongsari sedang keluar untuk mencari air datanglah ular besar yang hendak mencelakai Jaka Mada yang masih anak-anak.
Melihat bahaya yang mengancam itu Kucing Condromowo dan Garangan Putih pun menghalau ular besar itu hingga terjadilah perkelahian sengit antara 2 hewan peliharaan Dewi Andongsari melawan ular besar itu.
"Saat pulang ke rumah, Dewi Andongsari kaget karena isi rumah berantakan dan mendapati 2 hewan kesayangannya berlumuran darah dan ia menduga kalau 2 hewan itu telah mencelakakan anaknya," tutur Miftah Alamuddin.
Simak Video "Video: Mengenal Dewi Themis, Patung Dewi Keadilan yang Ada di FH UGM"
(dpe/fat)