Ada Buyut Cungking, Sosok Sakti di Balik Tradisi Resik Lawon Banyuwangi

Ada Buyut Cungking, Sosok Sakti di Balik Tradisi Resik Lawon Banyuwangi

Ardian Fanani - detikJatim
Senin, 21 Mar 2022 08:07 WIB
Tradisi Resik Lawon Banyuwangi
Tradisi Resik Lawon di Petilasan Ki Wongso Karyo atau Buyut Cungking (Foto: Ardian Fanani/detikJatim)
Banyuwangi -

Petilasan Ki Buyut Wongso Karyo menjadi salah satu tempat berpijaknya orang sakti di Banyuwangi. Konon, petilasan ini bukanlah makam, namun tempat moksa leluhur yang kerap disapa Ki Buyut Cungking.

Ki Buyut Wongso Karyo disebut juga Ki Buyut Cungking. Karena dipercaya, semasa hidup, Ki Buyut Wongso Karyo memiliki ciri khas yakni memiliki kuncir di belakang. Cungking bisa diartikan sebagai kuncung wingking. Kuncung dalam bahasa Jawa ikatan rambut, sementara wingking adalah belakang.

Juru Kunci makam, Jam'i, bercerita, Buyut Cungking dipercaya sebagai orang sakti dan penasihat Prabu Tawangalun pada masa kerajaan Blambangan yang menjadi cikal bakal Banyuwangi. Buyut Cungking atau dikenal dengan Ki Buyut Wongso Karyo diperkirakan hidup pada tahun 1536 hingga 1580.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Beliau orang sakti di Banyuwangi. Banyak cerita kesaktian Buyut Cungking," ujarnya kepada detikJatim.

Semasa hidup, kata Jam'i, buyut Wongso Karyo dikenal sakti sejak usia anak-anak. Dia berasal dari wilayah Gunung Baluran, yang kini masuk Kabupaten Situbondo.

ADVERTISEMENT

"Petani biasa memasang tali di sawah untuk mengusir burung, buyut Wongso justru mengusir burung dengan berlari di atas tali," ungkap juru kunci makam generasi ke-9 ini.

Tradisi Resik Lawon BanyuwangiTradisi Resik Lawon Banyuwangi Foto: Ardian Fanani

Ketika beranjak dewasa, lanjutnya, Buyut Wongso lah yang pertama kali membabat hutan Cungking untuk dijadikan pemukiman warga hingga seperti sekarang. Saat sudah menetap di Cungking, kedigjayaannya justru makin kentara. Terutama dalam menggembalakan ternak kerbau.

Jarak berpuluh kilometer, antara Cungking menuju hutan Baluran, dapat ia tempuh bersama ternak kerbau kurang dari satu hari.

"Buyut Wongso berjalan kaki ke sana dan pulang ke Cungking lagi sore harinya tanpa kendaraan alias jalan kaki, sekarang orang naik motor saja butuh beberapa jam sekali jalan, apalagi pulang-pergi," katanya.

Selain itu, buyut Wongso juga dikenal sebagai sosok yang sangat terjaga dari perkara duniawi. Dia sangat menghindari wanita, bahkan selama hidup pernah beristri. Sedang nama Cungking sendiri, sejatinya berasal dari penampilan rambut Buyut Karyo, yang memiliki kuncir dibelakang. Kuncir dalam bahasa masyarakat lokal disebut kuncung, dan belakang adalah wingking.

"Cungking itu singkatan dari kuncung wingking," jelas Jam'i.

Sementara itu, tentang terus berdatanganya peziarah ke makam, disebut karena besarnya tuah atau kesaktian yang dimiliki sosok buyut Cungking. Bahkan, banyak yang percaya sebenarnya buyut Karyo masih hidup.

Maka jangan heran jika melihat warga, pejabat, pengusaha, dari dalam dan luar kota Banyuwangi sengaja datang hanya untuk menggelar selamatan dan doa di sekitar makam. Biasanya itu dilakukan setiap malam Jumat.

"Banyak yang mengatakan Buyut Cungking tidak meninggal dunia. Tapi moksa bukan wafat," pungkasnya.

Sebelumnya, masyarakat Banyuwangi menggelar tradisi Resik Lawon ini di Petilasan Ki Wongso Karyo atau biasa dikenal dengan Buyut Cungking, Jumat (18/3/2022). Ritual Resik Lawon ini harus diikuti para keturunan dari abdi dalem Buyut Cungking. Resik dalam bahasa Jawa memiliki arti bersih-bersih, sementara Lawon adalah sejenis kain mori atau kain kafan.

Ritual yang sudah dilakukan selama ratusan tahun secara turun temurun itu digelar mendekati bulan Ramadan untuk membersihkan diri.




(hil/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads