Sakralnya Perayaan Tawur Kesanga di Banyuwangi Meski Digelar Sederhana

Sakralnya Perayaan Tawur Kesanga di Banyuwangi Meski Digelar Sederhana

Ardian Fanani - detikJatim
Rabu, 02 Mar 2022 22:53 WIB
Rangkaian Perayaan Nyepi Tawur Kesanga di Banyuwangi
Umat Hindu di Banyuwangi membakar Ogoh-Ogoh setelah diarak di masing-masing Pura. Foto: Ardian Fanani/detikJatim
Banyuwangi -

Arak-arakan Ogoh-Ogoh dalam perayaan Tawur Kesanga untuk menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1944/2022 digelar di masing-masing pura di Banyuwangi. Aktivitas itu tidak digelar secara terpusat karena kasus COVID-19 di Banyuwangi masih relatif tinggi.

Biasanya, kegiatan arak-arakan Ogoh-Ogoh dipusatkan di Pura Agung Blambangan Muncar. Meski demikian, kegiatan yang digelar di asing-masing pura di Banyuwangi tetap melaksanakan kegiatan dengan sederhana dengan protokol kesehatan yang ketat.

Pemuda Hindu Desa Sumbersewu, Kecamatan Muncar, Budi Wiriyanto mengatakan, pada Tahun Baru Saka 1944 ini, perayaan Tawur Kesanga yang didahului dengan upacara Mecaru tetap sakral dalam setiap tahapan meski digelar sederhana di Pura masing-masing.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita mulai sore dimulai dengan upacara Mecaru pukul 17.00 WIB. Kemudian malam harinya perayaan Tawur Kesanga dengan mengarak Ogoh - ogoh," ujarnya kepada detikJatim, Rabu (2/3/2022).

Selama arak-arakan, gamelan ble ganjur ditabuh. Umat juga membawa obor untuk penerangan. Sepanjang arak-arakan, doa-doa suci dilantunkan. Ritual mengarak Ogoh-Ogoh diakhiri dengan membakarnya di perempatan jalan.

ADVERTISEMENT
Rangkaian Perayaan Nyepi Tawur Kesanga di BanyuwangiRangkaian Perayaan Nyepi Tawur Kesanga di Banyuwangi Foto: Ardian Fanani

Prosesi membakar Ogoh-Ogoh ini jadi simbol hilangnya marabahaya dan pengaruh buruk di dunia.

Tawur Kesanga adalah rangkaian perayaan Nyepi yang merupakan ritual untuk menetralisir sifat negatif manusia dan alam menjelang datangnya tahun baru Saka 1944. Sehingga, selama Tapa Brata Penyepian semua Umat Hindu bisa melaksanakan dengan khusyuk tanpa ada gangguan ataupun pengaruh negatif.

"Membakar Ogoh-Ogoh itu merupakan simbol peleburan sifat negatif, sebelum umat Hindu melakukan Tapa Brata Nyepi," tambah Budi.

Sebagai informasi, sebelum Tapa Brata Penyepian umat Hindu di Banyuwangi lebih dulu menggelar serangkaian upacara. Mulai Melasti, perayaan Tawur Kesanga, sampai akhirnya Catur Brata selama 24 Jam dengan ritual yang meliputi Amati Geni (Tidak menyalakan api), Amati Karya (Tidak bekerja), Amati Lelanguan (Tidak boleh bersenang-senang) dan Amati Lelungan (tidak bepergian).

Usai 24 jam, Ritual Nyepi ditutup dengan Upacara Ngempak Geni yaitu umat Hindu melakukan Dharma Shanti atau mengunjungi keluarga dan tetangga untuk saling memaafkan satu sama lain.




(dpe/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads