Gitaris Band Gigi, Dewa Budjana kolaborasi dengan Seniman Banyuwangi di Taman Gandrung Terakota. Dewa Budjana juga menciptakan 2 lagu. Lagu ini juga merupakan hasil kontemplasi selama seminggu di Banyuwangi.
Dua lagu ini adalah Mata Hati dan Kaja Angin. Lagu-lagu ini ditampilkan bersama Gandrung dan seniman Banyuwangi di Taman Gandrung Terakota, Sabtu (29/1/2022). Lagu-lagu ini mampu membius wisatawan yang hadir. Petikan gitar akustik dan iringan gamelan pun tak sedikit membuat pengunjung destinasi wisata dengan ratusan patung Gandrung itu terpesona.
"Saya seneng banget dengan musik tradisional walaupun saya tidak bisa main, walau kebanyakan karya saya itu lebih modern," ujarnya saat tampil diatas pentas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lagu instumental Mata Hati baru pertama kali ditampilkan. Lagu Mata Hati memiliki arti pengungkapan perasaan dan pandangan manusia. Semuanya bisa diwujudkan pada ketulusan yang hanya ada di mata hati.
"Mata hati kita semua manusia bicara itu mudah, tapi sulit mengungkapkan perasaan dan pandangan tapi yang penting ketulusan kita cuman ada di mata hati," tambahnya.
Sementara, Taja Angin, merupakan bahasa Bali yang memiliki arti Timur Laut. Dalam pemahamanya, Taja Angin seperti perjalanan dari Hulu dan Hilir, dengan konsep Parahyangan, Pawongan dan Palemahan.
"Ini yang biasa dipraktekkan oleh manusia. Inspirasi saya saat Pak Sigit memasang foto-foto Ijen. Parahyangan hubungan vertikal dengan Tuhan. Pawongan hubungan antar manusia sementara Palemahan ini alam. Luar biasa Jiwa Jawa ini. Selama seminggu ini saya mendapatkan hal itu," tambahnya.
Selama pandemi COVID-19 ini, kata Dewa Budjana, dirinya tak bisa berbuat banyak. Bahkan untuk rekaman album di Amerika Serikat pun, harus dilakukan dengan jarak jauh. Namun dirinya memahami karena kesehatan lebih penting dibandingkan dengan lainnya.
"Karena pandemi kami tak bisa apa-apa. Rekaman saja diremote dari sini. Memang musik dibutuhkan saat pandemi, namun kesehatan dan keselamatan lebih penting," tambahnya.
Kedua lagu itu juga diiringi tabuhan gamelan dan angklung Banyuwangi. Dewa Budjana mengaku hanya menggunakan 5 nada kord yang simple. Namun perpaduan dengan musik tradisional membuat lagu instrumental itu semakin hidup.
Seniman Banyuwangi, Haidi Bing Slamet mengaku bangga bisa berkolaborasi dengan Dewa Budjana. Selama seminggu, dirinya juga belajar dari seniman gitar Nasional ini.
"Tentu kami sangat bangga. Karena memang banyak ilmu yang kita dapat dari Mas Dewa Budjana. Kami harap lagu-lagu yang diciptakan di Banyuwangi bakal bisa dinikmati rakyat Indonesia," pungkasnya.
(fat/fat)