Pacitan Lekat dengan Sebutan 'Kota 1001 Gua', Ternyata Begini Ceritanya

Pacitan Lekat dengan Sebutan 'Kota 1001 Gua', Ternyata Begini Ceritanya

Purwo Sumodiharjo - detikJatim
Jumat, 14 Jan 2022 13:48 WIB
Pacitan Lekat dengan Sebutan Kota 1001 Gua, Ternyata Begini Ceritanya
Kabupaten Pacitan (Foto: Purwo Sumodiharjo/detikcom)
Pacitan -

Sebutan 'Kota 1001 Gua' melekat pada Kabupaten Pacitan. Tak lain karena banyaknya lubang alam yang masuk ke permukaan tanah di seantero wilayah. Ini salah satu ciri khas daerah karst (batuan kapur). Bagaimana asal muasal sebutan itu muncul hingga melegenda?

Istilah itu mulai muncul antara tahun 1999 hingga 2000. Konon pencetusnya almarhum S. Endro Waluyo. Namanya dikenal sebagai pejabat senior di lingkup Pemkab Pacitan. Endro pernah menjadi camat di beberapa wilayah. Di luar itu, almarhum juga dikenal sebagai perupa.

Suharjito (71), seorang sahabat Endro menuturkan mulanya sebutan 'Kota 1001 Gua' muncul tanpa sengaja. Wacana itu diutarakan pria bernama lengkap pria bernama lengkap Soerodo Djatiwasisto Endro Waluyo kala ngobrol bersama beberapa pejabat lain. Di antara mereka yang hadir ada pula Sekretaris Daerah Pacitan kala itu, Sudjiman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ya kalau ndak percaya, biar dihitung sendiri," ucap Endro dengan nada seloroh seperti ditirukan Suharjito kepada detikJatim, Jumat (14/1/2022).

Selain pakar seni rupa Endro juga memiliki sifat humoris tinggi. Di sela perbincangan dengan almarhum menjelang purna tugas, detikcom sempat menanyakan apa rencana berikutnya. Dia pun dengan enteng menjawab: "Pingin dodolan reco. Terus tak tunggoni karo silo neng pinggir dalan (Ingin jualan patung. Terus saya tunggui sambil duduk bersila di tepi jalan)". Kalimat itu pun disusul tawa lepas.

ADVERTISEMENT
Pacitan Lekat dengan Sebutan 'Kota 1001 Gua', Ternyata Begini Ceritanya(Alm) S. Endro Waluyo, pencetus jargon Pacitan 'Kota 1001 Gua'/Foto: Purwo Sumodiharjo

Kembali ke sebutan Kota 1001 Gua. Rupanya gagasan yang dilontarkan Endro langsung ditanggapi positif Sekda Sudjiman. Meski belum dibakukan secara hukum, namun jargon itu terus diperkenalkan di banyak kesempatan. Bahkan satu per satu tulisan juga terpampang di landmark kota.

Suharjito yakin dilontarkan ide tersebut bukan tanpa alasan. Endro yang saat itu masih menjabat Camat Punung ingin memopulerkan obyek wisata gua yang banyak terdapat di tiga kecamatan wilayah barat. Dua obyek yang pertama kali moncer adalah Gua Gong di Desa Bomo dan Gua Tabuhan di Desa Wareng. Keduanya di Kecamatan Punung.

Untuk diketahui, Gua Gong memiliki panorama khas berupa stalagtit dan stalagmit yang masih aktif. Bahkan keindahannya disebut-sebut teratas di Asia Tenggara. Sedangkan Gua Tabuhan memiliki kekhasan lain. Bebatuan di dalamnya jika ditabuh dapat menghasilkan harmoni layaknya musik gamelan.

Gayung bersambut. Pemkab Pacitan saat itu memiliki grup musik campursari 'Bahana Loka'. Tema seputar pariwisata dan keindahan alam pun banyak menghiasi lagu-lagu pada album yang ditelorkan. Satu di antaranya berjudul 'Gua Gong'. Tembang ini sarat gambaran keindahan ciptaan Tuhan yang mewujud pada lukisan alam di dalam gua.

"Selain Gua Gong ada juga lagu Pacitan Kutho Pariwisoto. Saat itu syutingnya di beberapa obyek wisata," kenang Yulia Candy, penyanyi yang suaranya banyak menghiasi lagu-lagu yang dirilis Bahana Loka.




(fat/fat)


Hide Ads