Chairman CT Corp Chairul Tanjung menjadi pembicara dalam Inspirational Speech pada hari kedua LPS Financial Festival 2025. Ia membagikan cerita hidupnya yang penuh lika-liku hingga meraih kesuksesan.
Di hadapan ratusan peserta, pria yang akrab disapa CT ini mengungkapkan bahwa jiwa bisnis atau dagangnya sudah tumbuh sejak ia masih anak-anak.
CT bercerita bagaimana ia sudah dilatih berjualan saat masih berada di sekolah. Kala itu, ia berjualan es mambo dan kacang, sebuah pengalaman yang menurutnya sangat membentuk karakter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya mengenal bertanggung jawab terhadap dagangan yang saya kuasai. Saya bertanggung jawab hitung sisa es mambo. Itu adalah sebuah proses yang akhirnya saya bisa memahami cara tanggung jawab, cara berjualan," ujar CT di Dyandra Convention Center, Kamis (7/8/2025).
Dirinya juga mengenang masa sulit saat itu yang membuatnya tak bisa mengikuti study tour bersama teman-teman sekolah.
"Saya pernah jadi panitia study tour sekolah ke Jogja, (biaya) berangkat uangnya cuma 15 ribu tapi saya gak bisa berangkat. Teman-teman saya banyak yang kaya, saya tinggal bilang. Tapi harga diri saya menyebabkan saya tidak mau. Saya cari alasan saya punya urusan keluarga sehingga tidak bisa berangkat," kenangnya.
Perjuangan CT berlanjut saat memasuki dunia perkuliahan. Ia berhasil lolos masuk Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (UI). Namun rupanya keluarganya saat itu sedang terkendala dalam keuangan.
CT mengungkapkan, biaya kuliah tahun pertama, termasuk uang pangkal hingga jaket almamater, sebesar Rp 75 ribu. Namun, kondisi keuangan keluarganya saat itu tidak memungkinkan. Orang tua CT sampai harus menggadaikan kain halus demi bisa membiayai kuliah putranya.
"Dulu kain halus bisa digadaikan di pegadaian. Setelah saya masuk (kuliah) saya baru tahu. Setelah saya tahu saya bersumpah tidak mau minta uang lagi. Itulah titik balik transformasi saya harus bisa hidup di atas kaki saya sendiri," ungkapnya.
Sejak saat itu, CT mulai membangun usaha kecil-kecilan. Seperti usaha fotokopi dengan menggandeng partnernya di kawasan kampusnya saat itu.
Ia pun selalu mengingat untuk mengelola keuangan hasil usaha dan keuangan pribadi dengan bijak. Menurutnya, hasil usaha seharusnya tidak habis untuk kebutuhan konsumtif, tapi dialokasikan kembali untuk modal.
Ia memberi gambaran, jika penghasilan usaha mencapai Rp 5 juta, maka yang digunakan untuk konsumsi hanya Rp 2 juta. Sisanya, sebesar Rp 3 juta, harus diputar kembali untuk memperbesar modal.
"Terus, terus begitu. Diakumulasi dengan sabar, jadi terus menanjak-menanjak (hasil yang didapatkan dari usaha)," katanya.
Meski latar belakang pendidikannya adalah dokter gigi, namun jalan hidup membawanya ke dunia bisnis hingga pernah dipercaya mengisi jabatan sebagai Menteri Koordinator Perekonomian.
"Jadi yang ingin saya sampaikan, semua melalui proses yang panjang dan melelahkan," pungkasnya.
(auh/abq)