Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Provinsi Jawa Timur mengalami deflasi sebesar 0,34% pada bulan Mei 2025. Harga sejumlah komoditas yang fluktuatif memicu terjadinya deflasi ini.
"Kita mengalami deflasi sebesar 0,34% (m-to-m). Deflasi ini masih di atas daripada deflasi nasional yakni 0,37%, jadi lebih dalam yang terjadi di nasional," ujar Kepala BPS Jatim Dr. Ir. Zulkipli saat konferensi pers di kantornya, Senin (2/6/2025).
Zulkipli pun menerangkan, dari 11 kabupaten/kota dengan indeks harga konsumen (IHK) di Jawa Timur, seluruhnya mengalami deflasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Deflasi terdalam di Kabupaten Sumenep sebesar 0,79% dan terendah di Kota Malang 0,21%," terangnya.
Adapun komoditas utama yang memicu terjadinya deflasi periode ini adalah cabai rawit dengan penurunan harga 47,12%.
"Kemudian beberapa komoditas lain seperti bawang merah juga mengalami deflasi 16,74%, bawang putih deflasi 7,68%, dan cabai merah turun 24,47%," jelasnya.
Zulkipli turut mengungkapkan bahwa itu sejalan dengan pasokan komoditas holtikultura yang cukup melimpah di bulan Mei 2025. Terutama komoditas produksi Jatim seperti cabai rawit, cabai merah, dan bawang merah.
"Pasokan bawang putih dari luar negeri juga cukup banyak di masyarakat. Sehingga harga beberapa komoditas holtikultura cenderung mengalami penurunan fluktuatif," ungkapnya.
Selain itu, harga emas perhiasan juga mengalami penurunan sebesar 1,40% sehingga memberi andil terjadinya deflasi bulan Mei 2025 di Provinsi Jatim.
"Harga emas global seperti diketahui dari awal tahun 2025 telrihat sangat fluktuatif. Di bulan Mei terlihat mulai mengalami penurunan dan ini akan mempengaruhi perkembangan harga di Jatim," beber Zulkipli.
Selain Jawa Timur, deflasi juga terjadi di 30 provinsi lainnya di Indonesia.
"Antar provinsi terlihat bahwa sebagian besar mengalami deflasi. Ada beberapa yang inflasi, tapi tidak terlalu signifikan. Seluruh provinsi di Pulau Jawa terlihat mengalami deflasi secara m-to-m," pungkas Zulkipli.
(irb/hil)