Berternak ayam petelur lalu menjualnya ke pasar sebagai pemasukan pribadi maupun kelompok, itu hal yang biasa. Yang luas biasa, bila masyarakat di satu desa memiliki peternakan yang dikhususkan untuk warga miskin dan warga rentan lainnya.
Di Desa Watukebo, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi peternakan ayam petelur dengan kapasitas cukup besar dikelola bersama oleh beberapa orang warga dengan tujuan agar hasilnya dibagikan untuk warga miskin atau pra sejahtera.
Bukan cuma telurnya, di desa yang berbatasan dengan Kabupaten Situbondo ini bila ayam petelur yang diternak sudah waktunya disembelih juga dijadikan sebagai tambahan gizi dalam program pangan bergizi gratis bagi lansia, ibu hamil, dan balita stunting.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Program ini digagas oleh warga Desa Watukebo sejak pertengahan 2024 melalui Dana Desa. Bahkan, program ini membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar kandang.
"Ini adalah salah contoh efektifitas penggunaan Dana Desa. Selain penguatan ketahanan pangan juga bisa menjadi salah satu cara pengentasan kemiskinan," kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, Jumat (9/5/2025).
Ipuk menyebut, program yang merupakan inisiatif produktif dari warganya itu sejalan dengan visi ketahanan pangan nasional yang tengah digalakkan pemerintah pusat.
"Sesuai arahan Presiden Prabowo, kami harus memastikan semua keluarga bisa mengakses pangan yang cukup dan bergizi. Semoga program seperti ini bisa menjadi inspirasi bagi desa lainnya," ujar Ipuk.
Inovasi warganya yang unik itu menurut Ipuk terintegrasi dengan program pemerintah daerah Banyuwangi yang mempraktikkan berbagai program ketahanan pangan. Salah satunya adalah Sister Say (Sistem Terintegrasi Ternak, Ikan, dan Sayur).
Program itu memadukan kegiatan peternakan, pertanian, dan perikanan dalam satu kawasan. Program ini melibatkan ibu-ibu rumah tangga dalam mengelola pekarangan rumah untuk kebutuhan konsumsi harian hingga tambahan penghasilan.
Sementara, Kepala Desa Watukebo Maimun Hariyono menjelaskan, inisiatif ini muncul dari keinginan menghadirkan program ekonomi produktif yang berdampak langsung pada masyarakat.
Sejak 2024, Pemdes Watukebo melalui program ketahanan pangan mengalokasikan dana desa untuk kegiatan beternak ayam petelur. Pemdes membangun kandang yang mampu menampung ribuan ayam. Mereka memulai dengan membeli bibit dan pakan lalu membesarkannya dengan pengawasan ahli.
![]() |
"Modal awal kita 20 persen dari Dana Desa, yakni sekitar Rp. 263 juta. Ini kita gunakan untuk membuat kandang, membeli bibit ayam, dan pakan sampai kita bisa panen," terang Hariyono.
Dalam pengelolaannya, Pemdes Watukebo melibatkan kelompok peternak ayam petelur dan warga sekitar. Tujuannya untuk peningkatan ekonomi sekaligus transfer ilmu.
Selain warga bisa mendapatkan penghasilan, mereka juga bisa belajar cara beternak ayam dari ahlinya, sehingga ke depan program peternakan ayam bisa terus berkembang di Desa Watukebo.
"Saat ini ada 8 orang yang kami libatkan untuk budidaya ayam di kandang. Memang masih sedikit, karena sistem kandang kami sudah semi moderen sehingga tidak semuanya harus manual," harapnya.
Saat ini ada 1.000 ayam petelur yang diternak. Ayam itu mampu menghasilkan telur berkualitas tinggi dengan potensi produksi mencapai 85%, atau rata-rata memproduksi 850 butir per hari.
Telur-telur yang dihasilkan dimaksimalkan untuk program ketahanan pangan di desa. Sisanya akan dijual ke pasaran. Rata-rata per bulan desa ini mampu membagikan 4.000-5.000 butir telur ke ratusan warga kelompok rentan. Seperti warga miskin, lansia, ibu hamil, hingga balita stunting.
"Masing-masing penerima akan mendapatkan 10 butir telur setiap bulannya. Pembagian dilakukan oleh masing-masing kader saat posyandu," urai Hariyono.
Selain kelompok rentan sebagai penerima wajibnya, tak jarang saat ada kegiatan besar di desa, Pemdes juga membagikan telur gratis kepada warga. Misalnya, saat kegiatan maulid nabi dan pengajian akbar lainnya.
"Begitu juga saat ada warga yang meninggal, biasanya desa ikut menyumbang telur untuk kegiatan pengajian di rumah duka," ujarnya.
Berjalan hampir satu tahun, program tersebut menunjukkan progress yang positif.
"Tahun ini sudah kami anggarkan kembali sebesar Rp 344 juta. Dana itu rencananya untuk penambahan kandang dan pembelian 1.500 bibit ayam petelur. InsyaAllah segera kami realisasi setelah Dana Desa cair," terangnya.
Program tersebut juga berdampak positif pada penurunan angka stunting di desa. Dari 57 balita stunting (2023) berkurang jadi 37 pada 2024.
(dpe/hil)