Bukan cuma sekali ini jamur Batang menyerang tanaman jeruk di Banyuwangi. Musim ini, sekitar 5.174 hektare lahan pertanian jeruk di Banyuwangi terancam gagal panen dengan perkiraan penurunan angka produksi hingga 95%.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi Ilham Juanda menyatakan potensi gagal panen jeruk di Banyuwangi pada musim ini mencapai 60%-95%. Demi meminimalisir kerugian dia sarankan petani menjual jeruk BL.
"Potensi gagal panen 60%-95%. Untuk menghindari resiko gagal panen, petani sebaiknya menjual jeruk peres/BL," kata Ilham, Senin (28/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ilham, penyakit yang tengah menyerang jeruk-jeruk di Banyuwangi adalah Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD) atau dikenal juga huanglongbing (HLB).
![]() |
Penyakit ini sistemik yang disebabkan oleh bakteri Candidatus Liberibacter asiaticus yang menyebar dalam bentuk jamur, sehingga pengendaliannya tergolong tidak mudah.
"Kami lakukan sosialisasi kepada petani terkait penyakit CVPD dan tindakan preventif dalam rangka pengendalian. Memang sulit karena serangannya CVPD yang penyebarannya disebabkan oleh jamur," lanjutnya.
Ia menyarankan agar petani memberikan fungisida secara teratur dan serempak pada seluruh lahan, bahkan ia merekomendasikan agar petani mengganti komoditas tanaman.
Data Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi menyebutkan pada 2024 luas jeruk di Banyuwangi 5.174 hektare dengan produktivitas 35,76 ton/ha. Namun jumlahnya bisa naik turun karena dipengaruhi umur tanaman.
Ada 7 kecamatan penghasil jeruk di Banyuwangi, di antaranya kecamatan Tegaldlimo seluas 404 hektare, Cluring seluas 705 ha, Bangorejo seluas 809 ha, Purwoharjo seluas 923 ha, Pesanggaran seluas 401 ha, Siliragung seluas 767 ha, dan Gambiran seluas 910 ha.
(dpe/iwd)