Menjelang bulan suci Ramadan, harga kebutuhan pokok di Ponorogo mulai merangkak naik. Salah satunya, telur ayam dari yang semula Rp 25 ribu per kilogram, kini naik menjadi Rp 29 ribu per kilogram.
Salah satu warga, Ria Andriani mengatakan untuk menyiasati harga telur yang naik, dia memilih membeli langsung ke peternak.
"Kalau di kandang, harganya Rp 27 ribu per kilogram. Lebih murah Rp 2 ribu dari pasar," tutur Ria, Selasa (25/2/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ria menambahkan dipastikan telur yang berasal dari kandang langsung, lebih fresh dibanding telur yang ada di toko kelontong.
"Di sini kan telurnya fresh atau baru, kalau di toko kan biasanya lebih lama," papar Ria.
Hal senada juga diungkapkan oleh warga lain, Tolip yang memilih membeli telur dengan cangkang retak. Lantaran, Tolip punya usaha warung makan sehingga telur selalu langsung diolah jadi makanan.
"Kalau yang cangkang retak lebih murah Rp 24 ribu per kilogram, saya kan biasanya langsung diolah telurnya, jadi tidak masalah," imbuh Tolip.
Menurutnya, cangkang retak tidak mengurangi kualitas telur. Bahkan harganya lebih murah. Sehingga bisa membawa keuntungan lebih untuk dirinya.
"Kalau yang pecah itu kualitasnya masih bagus, hanya pecah saja," tandas Tolip.
Sementara, pemilik kandang, Miftakhus Surur, warga Desa Mojomati, Kecamatan Jetis, mengaku, meski harga telur merangkak naik, dia tidak bisa menikmati sepenuhnya. Lantaran, jumlah telur saat ini seperti biasanya. Sedangkan permintaan terus meningkat karena banyaknya pembeli untuk membuat kue kering.
"Ini harga telur naik, karena permintaan saat ini banyak, tapi barangnya hanya segitu-segitu saja," kata Miftah.
Menurut Miftah, kenaikan harga telur ini terjadi sejak dua minggu lalu. Banyak warga lebih memilih membeli telur langsung ke kandangnya dibanding membeli telur di toko.
"Menjelang puasa dan hari raya pasti naik (harga), ya pemicunya karena stok telur hanya segitu-segitu saja, tapi permintaan banyak," pungkas Miftah.
(hil/iwd)