Kedok McDonald's Restoran Cepat Saji, Padahal Sejatinya Raksasa Properti

Kabar Bisnis

Kedok McDonald's Restoran Cepat Saji, Padahal Sejatinya Raksasa Properti

Danica Adhitiawarman - detikJatim
Minggu, 16 Feb 2025 17:48 WIB
Restoran cepat saji biasanya menjadi pilihan pertama saat perut keroncongan. Ini dia deretan 5 restoran McD terbesar yang pernah ada dari jumlah kursi.
Foto: Pool
Surabaya -

McDonald's adalah salah satu franchise fast food terkemuka di dunia. Tapi siapa sangka fast food hanyalah kedok saja bagi McD. Karena sejatinya McD adalah raksasa properti.

Ya, keuntungan terbesar McD bukanlah pada burger yang dijual, tetapi pada properti yang disewakan kepada pemegang waralaba. Strategi ini menjadi sumber penghasilan yang bahkan margin operasionalnya sebesar 45 persen pada 2024.

Setiap Big Mac yang terjual mungkin terkesan terlalu mahal, tetapi sebenarnya keuntungan restoran cepat saji ini ada pada biaya sewa dan royalti. Pada 2023, restoran ini mempunyai properti senilai US$ 27 miliar atau sekitar Rp 440,2 triliun (kurs Rp 16.305).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bangunan restorannya pun menjadi bagian dari kota-kota di mancanegara. Dengan portofolio yang luas, perusahaan ini tidak hanya menjadi pemasok makanan cepat saji tetapi juga pendukung stabilitas keuangan.

McDonald's memiliki rencana ekspansi yang ambisius pada 2027 mendatang. Mereka akan menambah dari 43 ribu menjadi lebih dari 50 ribu lokasi.

ADVERTISEMENT

Strategi ini diperkirakan akan meningkatkan pendapatan non-pangan McDonald's dengan pesat. Hal ini mendorong investor untuk melihat restoran itu sebagai landasan yang tangguh dalam portofolio mereka.

Banyak pemegang waralaba menikmati kesuksesan dari model bisnis McDonald's. Sering kali pemegang waralaba mencatatkan peningkatan kekayaan personal dan bisnis dengan mengikuti sistem McDonald's. Lokasi restoran dekat banyak pejalan kaki dan penempatan situs yang strategis.

Dibandingkan dengan perusahaan teknologi besar seperti Apple dan Tesla, aliran pendapatan McDonald's melalui waralaba dan real estat menawarkan stabilitas yang lebih baik. Namun, satu keterbatasannya adalah ketergantungan pada sewa dari pemegang waralaba. Model ini dapat berisiko jika terjadi penurunan signifikan dalam belanja konsumen.

Bagi yang ingin menjadi pemegang waralaba McDonald's, investasi awal berkisar US$ 1 juta hingga US$ 2,2 juta atau Rp 16,3 miliar hingga Rp 35,8 miliar. Tarif waralaba sekitar US$ 45 ribu atau setara Rp 733,7 juta. Lalu, biaya berkelanjutan terdiri dari pembayaran sewa ke McDonald's berdasarkan lokasi, penjualan, dan persyaratan sewa.

Meski sukses di bidang properti, model realestat McDonald's memiliki kontroversi terkait potensi pembatasan terhadap profitabilitas pemegang waralaba karena tingginya tarif sewa. Selain itu, para kritikus berpendapat bahwa model tersebut dapat mengurangi insentif untuk inovasi di tingkat pemegang waralaba.




(dhw/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads