Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, Provinsi Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,24% pada bulan November 2024 (month to month). Sementara secara tahunan, terjadi inflasi sebesar 1,41%.
Hal itu diketahui berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari kabupaten/kota se-Jawa Timur.
"Inflasi bulan ke bulan pada November khusus Provinsi Jatim tercatat 0,24% dibandingkan dengan Oktober 2024," ujar Kepala BPS Jatim Dr. Ir. Zulkipli dalam konferensi pers, Senin (2/12/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Zulkipli menjelaskan, penyumbang utama inflasi bulan November 2024 di Jatim secara m-to-m adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil sebesar 0,18 persen.
Sementara, komoditas yang berkontribusi mendorong inflasi November 2024 salah satunya bawang merah.
"Bawang merah mengalami penurunan produksi dan peningkatan harga cukup signifikan lebih dari 33,%. Kemudian ada tomat dengan kenaikan harga lebih dari 40%, dan ada bawang putih," jelasnya.
Rata-rata, kenaikan harga bawang merah sendiri Rp 37.183 per kilogram, kemudian bawang putih naik menjadi Rp 40.165 per kilogram, dan tomat naik menjadi Rp 15.650 per kilogram. Ketiga komoditas itu memberikan andil gabungan sebesar 0,17 persen terhadap inflasi umum.
Selain itu, komoditas lain seperti daging ayam ras yang saat ini kembali mengalami kenaikan mencapai Rp 35.701 per kg juga turut menyumbang inflasi di Jatim.
Jika dilihat pola perkembangan harga selama beberapa tahun terakhir, BPS memperkirakan kenaikan harga ini umumnya akan berlanjut hingga bulan Desember 2024.
Kendati demikian, Zulkipli menyebut Jawa Timur masih dalam posisi cukup stabil. Bahkan inflasi tahunannya masih berada di bawah target nasional yang sebesar 1,5%.
"Inflasi antar provinsi di bulan November 2024 ini ada 33 Provinsi mengalami inflasi dan 5 provinsi deflasi. Namun secara y-on-y semua provinsi inflasi. Jawa Timur posisi kita di tengah di antara 38 provinsi yang ada di Indonesia," pungkasnya.
(hil/iwd)