Lahan tidur di Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang dimanfaatkan untuk menanam buah melon. Kini kebun melon tersebut bisa menghasilkan 5 kuintal dalam sekali panen.
Pengelolaan lahan kas desa untuk menanam buah melon ini dilakukan Kelompok Masyarakat (Pokmas) setempat. Dalam kurun waktu 6 bulan, budidaya melon ini sudah dipanen sebanyak dua kali dengan jumlah produksi berkisar 700 kilogram sekali panen.
Sekitar 3 bulan lalu, Pemdes Pakisaji juga sukses memanen 4,6 kuintal dengan kondisi buah melon yang cukup bagus. Hasil panen ini lantas dijual kepada masyarakat dengan harga Rp23 ribu per kilogram sehingga bisa menyumbang Pendapatan Asli Desa (PADes).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rencananya, di akhir tahun 2024 ini Pemdes Pakisaji juga akan merealisasikan panen ketiga sebagai bentuk tanggung jawab program ketahanan pangan dan bentuk perhatian dalam rangka konvergensi stunting di Desa Pakisaji.
Hendri Yulianto, Pendamping Lokal Desa (PLD) Kecamatan Pakisaji menyampaikan budidaya melon golden intanon ini memanfaatkan media green house.
"Ini sebenarnya yang menjadi bidikan utama program ketahanan pangan yang semestinya dan idealnya bisa berkelanjutan," ungkap Hendri kepada wartawan, Sabtu (12/10/2024).
Terpisah Mochamad Bilal pengelola green house menjelaskan bahwa dengan media green house menjadi salah satu sarana budi daya tanaman pangan yang diandalkan masyarakat. Sebab, waktu produksinya tidak tergantung cuaca. Panennya juga relatif lebih cepat.
Umumnya, kata dia, buah melon yang dikembangkan dengan metode konvensional baru bisa dipanen setelah berumur tiga bulan. Sedangkan melon yang dikembangkan di dalam green house tersebut sudah bisa panen dalam 2,5 bulan.
"Panen pertama saat pertengahan tahun lalu dapat sekitar 460 kilogram. Sedangkan panen kedua bisa diprediksi mencapai 500 kilogram," ucap Bilal.
Menurut Bilal pada panen kedua buah melon yang diproduksi ukurannya lebih besar. Satu buah rata-rata memiliki berat sekitar 1 kilogram. Dengan demikian, omzetnya produksi juga akan lebih besar.
"Karena harga jualnya juga berbeda. Kalau yang pertama itu Rp 20 ribu per kilogram. Kemudian panen kedua Rp 23 ribu per kilogram," kata Bilal.
Selain untuk operasional, Bilal mengatakan, hasil panen tersebut juga dimanfaatkan untuk penanganan stunting di Desa Pakisaji.
Setidaknya, Rp 1 juta akan diberikan kepada kader stunting untuk dapat digunakan membeli telur dan daging. Sehingga, green house-nya juga dapat berkontribusi untuk mewujudkan ketahanan pangan.
(dpe/iwd)