Panasnya Surabaya Bawa Berkah Bagi Tukang Servis AC

Panasnya Surabaya Bawa Berkah Bagi Tukang Servis AC

Aprilia Devi - detikJatim
Jumat, 11 Okt 2024 07:30 WIB
Tukang servis AC di Surabaya
Tukang servis AC di Surabaya saat melakukan pekerjaannya/Foto: Istimewa
Surabaya -

Cuaca di Kota Surabaya akhir-akhir ini terasa sangat panas dan dikeluhkan oleh masyarakat. Namun, rupanya hal itu justru membawa keuntungan bagi tukang servis air conditioner (AC).

Salah satu tukang servis AC di Surabaya, Handoko (27) mengatakan, permintaan perawatan AC maupun instalasi baru akhir-akhir ini meningkat pesat.

"Kebanyakan yang meningkat akhir-akhir ini cuci AC sama isi freon atau bahan pendingin AC. Mulai ramai dari September kemarin," ujar Handoko kepada detikJatim, Jumat (11/10/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika biasanya ia hanya mendapatkan keuntungan sekitar Rp 300.000 per hari, namun saat cuaca panas, bisa meningkat hingga tiga kali lipat yang mencapai Rp 900 ribu.

"Kalau cuaca panas gini per hari bisa banyak lokasi, untuk biaya servisnya beragam mulai Rp 100.000 untuk freon," tutur warga Tambaksari, Surabaya ini.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, pengusaha servis AC lainnya, Pramono (29) dari CV Rizky Teknik Service, juga mengatakan hal serupa.

Per hari, warga Kenjeran, Surabaya ini bisa mendapat omzet mencapai Rp 1 juta dari usaha servis AC yang dijalankan di wilayah Surabaya.

"Biasanya ngerjain di rumah atau di gedung. Tapi lebih banyak keuntungannya kalau ngerjain di rumah. Saya juga ada tim teknisi yang ikut servis AC bareng. Kalau lagi ramai gini rata-rata per hari ada orderan di 8 titik," jelasnya.

Pramono bersyukur dengan ramainya pesanan servis AC di tengah musim kemarau ini. Meski, ia juga dihadapkan dengan tantangan paparan panas.

"Sebenarnya berisiko juga karena pas kerjain di bagian luarnya kan otomatis kena panas langsung. Bisa sampai pusing keliyengan, tapi alhamdulillah rezeki disyukuri aja," ungkapnya.

Cuaca panas terik saat ini memang sedang dirasakan di kawasan Surabaya dan sekitarnya. Salah satu penyebabnya yakni puncak kemarau dan fenomena kulminasi yang terjadi di Jatim.

Untuk awal musim hujan sendiri diperkirakan baru akan terjadi di wilayah Jatim pada bulan November 2024.




(hil/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads