Tiga calon wakil presiden (cawapres) beradu gagasan dalam debat Pilpres 2024. Debat bertema ekonomi kerakyatan dan digital, keuangan, investasi, pajak, perdagangan, pengelolaan APBN-PBD, hingga pembangunan kontribusi infrastruktur dan kawasan urban (perkotaan) itu berlangsung panas.
Dosen Program Studi (Prodi) Ekonomi Pembangunan FEB UMM Setyo Wahyu menilai, ketiga calon wakil presiden memiliki kapasitas masing-masing. Itu tergambar dalam visi dan misi masing-masing calon. Mulai dari bidang hukum, kesehatan, kemakmuran, dan lainnya.
Pemilu 2024, menurutnya juga menarik karena akan didominasi oleh masyarakat jenjang usia produktif yang memiliki wawasan luas dan keahlian digital. Aspek ini memudahkan masyarakat untuk menentukan profil pimpinan di Pemilu 2024 yang sesuai dengan hati nurani masyarakat Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah, menurutnya, debat kali ini menjadi panggung keoptimisan atas proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, juga sebagai panggung serta janji terbuka atas program yang diusung masing-masing cawapres.
Dia pun memulai tanggapannya atas apa yang telah disampaikan cawapres nomor urut 01 Muhaimin Iskandar yang menjelaskan mengenai prioritas dalam pembangunan fiskal melibatkan investasi swasta. Salah satunya tentang rencana pembangunan 40 kota selevel Jakarta.
Menurut Setyo, pemerataan wilayah sebaiknya dilakukan dengan konsisten dan memerlukan sasaran yang tepat. Utamanya dalam penggunaan kebijakan fiskal dalam bentuk belanja fiskal melalui penguatan investasi terukur.
"Dalam jangka pendek, pembangunan fisik dapat mendorong kegiatan ekonomi melalui investasi infrastruktur di wilayah tertentu dan sekitarnya, mendorong perdagangan antarwilayah, serta penciptaan kesempatan kerja. Prioritas alokasi dana fiskal yang tepat sasaran, terencana, terukur dan syarat atas evaluasi kinerja juga diperlukan," ujar Setyo kepada wartawan, Sabtu (23/12/2023).
Setyo juga mengomentari istilah SGIE atau State of the Global Islamic Economy yang sempat membuat debat semakin panas. Menurutnya, SGIE merupakan bentuk dari keberanian Indonesia dan lompatan positif didalam pengembangan ekonomi Islam di Indonesia. Mulai sektor modest fashion, islamic finance, dan moslem friendly travel. Namun, sektor lainnya seperti makanan, media recreation, farmasi, dan kosmetik dirasa belum cukup di pasar global.
Setyo pun menyinggung Gibran yang menyoal pertumbuhan ekonomi berkualitas hingga hilirisasi berkelanjutan. Begitupun dengan IKN dan peran anak muda dalam perekonomian.
Dia jelaskan bahwa dalam proses migrasi ekonomi akan ada perpindahan. Tidak hanya penduduk dan manusia, tapi juga faktor-faktor ekonomi lain seperti modal, tenaga kerja, dan teknologi.
"Apalagi Indonesia kini mengalami bonus demografi usia produktif. Sehingga diharapkan mendorong penggunaan IPTEKS sebagai syarat atas keterlibatan kemajuan teknologi dalam perekonomian," katanya.
Ia setuju bahwa percepatan ekonomi dengan keberadaan IKN akan memunculkan investor baru yang turut andil dalam pengembangan pengoperasian dan komersialisasi wilayah IKN.
Misalnya, di dalam percikan ledakan ekonomi yang menciptakan kawasan sentral ekonomi hingga percepatan kawasan inti modal. Ke depan, kawasan urban fringe juga akan merasakan dampak percepatan ekonomi. Kawasan ini memiliki karakteristik daya dukung kawasan inti.
Dalam debat itu, Setyo juga memperhatikan Prof Mahfud Md yang menjabarkan program unggulan Paslon nomor urut tiga yakni dengan berupaya menciptakan rasa aman berekonomi dengan menciptakan lapangan pekerjaan.
Tidak hanya itu, juga tentang upaya peningkatan taraf hidup masyarakat, peduli atas kesehatan, hingga menguatkan program sarjana dalam satu keluarga miskin, kesetaraan gender serta disabilitas, hingga peningkatan kualitas buruh dan UMKM.
(dpe/dte)