Pada akhir tahun ini sejumlah harga bahan pokok mengalami kenaikan yang bisa berimbas pada terjadinya inflasi. Pemkot Surabaya berupaya mengendalikan inflasi melalui aplikasi Cek Harga Kulak Bahan Pokok (Cak Bapok).
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi telah berdiskusi dengan seluruh jajarannya di Pemkot Surabaya dalam upaya mengendalikan harga bahan pokok. Dia tegaskan bila harga bahan pokok naik yang akan dijadikan solusi biasanya adalah subsidi.
"Kalau harga pokok dari produsen naik, maka di Surabaya harus tetap pakai harga produsen sehingga inflasinya bukan inflasi daerah tetapi inflasi dari harga produsen," kata Eri di Ruang Kerjanya, Sabtu (9/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan (Dinkopumdag) Surabaya Dewi Soeriyawati menjelaskan bahwa Cak Bapok adalah inovasi e-Commerce yang mempertemukan pedagang dengan penyedia barang untuk semua komoditi.
Penyedia barang itu meliputi distributor maupun kelompok petani dan peternak dari daerah penghasil bahan pokok yang sebelumnya telah bekerja sama dengan Pemkot Surabaya.
"Cak Bapok kami desain sekali klik. Artinya dengan satu kali klik nanti akan muncul semua komoditi kebutuhan bahan pokok sehingga pedagang dapa pilihan informasi barang dan harga paling kompetitif. Ini akan memutus mata rantai yang terlalu banyak dan memastikan harganya lebih murah," ujar Dewi.
Menurutnya, dengan memutus mata rantai itu dirinya bisa mengendalikan harga pasar dan menekan inflasi di Surabaya. Bahkan hal ini bisa berdampak pada UMKM saat kulak barang dengan harga murah lalu dijual dengan harga yang kompetitif. Sehingga transaksi akan lebih cepat dan menambah omzet.
"Alhasil, UMKM Surabaya bisa naik kelas karena perputaran barang yang terjual juga semakin banyak. Jadi aplikasi ini selain bisa mengendalikan inflasi juga bisa meningkatkan kelas UMKM Surabaya," katanya.
Di dalam Cak Bapok ada tools untuk pedagang pasar, pedagang toko kelontong, dan distributor yang penggunaannya memiliki fungsi berbeda-beda. Bahkan ada juga tools IKP atau Indeks Kecukupan Pangan.
"Contohnya kalau kita berbicara komoditas beras, maka di dalam aplikasi ini kita bisa tahu kebutuhan beras berapa dan ketersediaan hingga saat ini berapa. Sehingga kami bisa bilang ketersediaan pangan beras di Surabaya aman karena kami sudah punya data riil di dalam aplikasi itu," ujarnya.
Distributor besar yang sudah tergabung sementara ini baru ada RPH, Pasar Induk Sidotopo Surabaya (PISS), Bulog, serta Koperasi Bina Raharja. Ke depan distributor akan terus ditambah, termasuk para petani binaan DKPP Surabaya.
Sedangkan yang bisa memanfaatkan atau yang bisa membeli di aplikasi ini adalah semua pelaku usaha di Surabaya. Namun, prioritas yang didahulukan ialah para pedagang pasar dan pelaku usaha toko kelontong binaan Pemkot dari keluarga miskin.
Menariknya, para pedagang bisa kulakan tanpa harus keluar rumah atau keluar pasar lagi. Karena barang yang sudah dibeli akan dikirimkan oleh jasa ekspedisi yang diambil dari warga miskin yang telah terdata di internal Pemkot.
"Jadi, kita sekalian pemberdayaan masyarakat. Sehingga ini juga bisa membuka lapangan kerja bagi warga miskin. Kami berharap dengan jadi kurir di Cak Bapok mereka bisa menambah penghasilan lebih bahkan bisa terangkat dari garis kemiskinan. Ini sejalan dengan program pemkot mengentas kemiskinan,"ujarnya.
(dpe/dte)