.webp)
Beberapa pedagang di Surabaya mulai mengeluhkan pedasnya harga cabai di pasaran. Para pedagang ini mengungkapkan bahwa kenaikan harga cabai tentu berdampak pada usaha yang mereka jalankan.
Kebanyakan para pedagang yang terdampak tentu pedagang makanan. Tirta, seorang pedagang Batagor di Jalan Dinoyo mengungkapkan bahwa akibat kenaikan harga cabai membuat keuntungan yang diperoleh makin tipis.
"Kemarin sempat beli harganya Rp 85 ribu/kilo. Mulai kerasa sih untuk buat sambel aja modalnya gede, untungnya jadi makin tipis," ujar Tirta kepada detikJatim, Selasa (7/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya Tirta, keluhan juga datang dari pedagang sambal kemasan rumahan Talitha Zaidah. Kepada detikJatim Talitha menyampaikan dia sampai harus mengurangi jumlah produksi sambal karena khawatir dengan harga cabai yang terus melambung karena tidak berani menaikkan harga jual.
 Pedagang kuliner di kawasan Rungkut Surabaya yang mengeluhkan harga cabai yang pedas. (Foto: Aprilia Devi/detikJatim) |
"Nggak berani naik turunin harga, produksinya turun sekarang. Untungnya juga makin tipis. Yang awalnya bisa produksi 70 botol sambal, sekarang jadi cuma berani produksi 30 botol. Per botol aku jual sekitar 20 ribu," kata Talitha.
Pantauan detikJatim di Pasar Soponyono, Rungkut, harga cabai rawit per hari ini menyentuh Rp 90 ribu/kg, sedangkan harga cabai merah di harga Rp 70 ribu/kg.
Harga cabai ini terus mengalami kenaikan. Seperti diungkapkan Zaenab, pedagang sayur di Pasar Soponyono. Dia mengaku 3 hari terakhir di pasar Soponyono harga cabai rawit yang tadinya Rp 60-70 ribu/kg naik jadi Rp 90 ribu/kg. Sedangkan harga cabai merah dari Rp 40 ribu/kg jadi Rp 70 ribu/kg.
Para pedagang tentu berharap agar harga cabai bisa stabil dan tidak lagi mengganggu aktivitas jual beli di pasar. Mereka juga berharap bisa memperoleh keuntungan seperti sediakala.
(dpe/fat)
