Pertamina Dorong Asa Swasembada Pangan Petani Sangasanga Lewat TANTE SISCA

Pertamina Dorong Asa Swasembada Pangan Petani Sangasanga Lewat TANTE SISCA

Erliana Riady - detikJatim
Rabu, 25 Okt 2023 12:48 WIB
Pertamina TANTE SISCA
Peternakan sapi yang dikelola petani Sangasanga. (Foto: Erliana Riady/detikJatim)
Surabaya -

"Di mana ada rumput, di situlah ada kehidupan. Mau tanam apa saja kalau tanahnya gersang, jadi malas. Tapi kalau sudah tumbuh rumput, itu tanda tanaman lain juga bisa hidup. Filosofi rumput, mau dibabat, mau dibakar, akan tetap kembali tumbuh."

Itulah keyakinan yang menjadi semangat bagi petani di Kecamatan Sangasanga untuk menggarap sirkular pertanian di atas lahan bekas industri. Program Pertanian Terpadu Sistem Inovasi Sosial Kelompok Setaria (TANTE SISCA) yang digulirkan Pertamina Eksplore Produksi (EP) menyatukan semangat petani merevitalisasi lahan bekas industri menjadi lahan pertanian untuk mencapai swasembada pangan.

Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi yang banyak mengalami alih fungsi lahan pertanian di wilayahnya. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Timur menjelaskan Struktur perekonomian Provinsi Kalimantan Timur tahun 2020 didominasi kawasan industri yang memiliki peranan sebesar 41,43% dalam peningkatan perekonomian di Kalimantan Timur. Meskipun memiliki dampak signifikan bagi perekonomian di Kalimantan Timur, keberadaan industri ini berimbas pada lingkungan di sekitarnya, terutama aktivitas industri yang tidak ramah lingkungan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu Kabupaten di Kalimantan Timur yang wilayahnya dikelilingi oleh kawasan industri adalah Kutai Kartanegara. Padahal sebelumnya, pada tahun 1980-an, kabupaten tersebut mengandalkan sektor agraris dan sempat dinobatkan sebagai lumbung padi Kalimantan Timur (Sidik, 2021). Sayangnya, pada tahun 2020 tercatat bahwa sektor pertanian hanya menyumbang 14,92% dari PDRB Kabupaten Kutai Kartanegara (BPS Kutai Kartanegara, 2020). Data BPS Kutai Kartanegara tahun 2020 menjelaskan sektor industri juga menjadi penyumbang tertinggi pada PDRB Kutai Kartanegara dengan persentase 59,81%. Data-data tersebut mengindikasikan adanya transisi dominasi sektor andalan untuk kegiatan ekonomi yang signifikan di Kutai Kartanegara dari yang awalnya sektor pertanian menjadi sektor ekstraktif.

Pada skala yang lebih spesifik, terdapat keseragaman kondisi transisi pada tingkat Kecamatan, dalam hal ini adalah wilayah Kecamatan Sangasanga. Pada tahun 2009, luas panen pertanian di Kecamatan Sangasanga mencapai 312 hektare (BPS Kutai Kartanegara, 2010). Sementara itu, pada tahun 2018 terjadi penurunan luas panen pertanian menjadi 161,5 hektare (BPS Kutai Kartanegara, 2019). Secara statistik, perbandingan antara luas panen pertanian di Kecamatan Sangasanga pada tahun 2009 dengan tahun 2018 menunjukkan adanya penurunan sekitar 48,2% dalam kurun waktu 8 tahun. Sementara itu, berdasarkan kajian Thamrin dan Raden (2018), terdapat informasi bahwa luas izin industri di Kecamatan Sangasanga mencapai 8.226,72 hektare atau setara dengan 77,6% dari keseluruhan luas kecamatan. Persentase izin lahan industri tersebut menjadi akumulasi luas yang signifikan dalam komposisi kegiatan pemanfaatan sumber daya alam di Kecamatan Sangasanga.

ADVERTISEMENT

Perkembangan industri-industri di Kecamatan Sangasanga di satu sisi membantu membuka lapangan kerja bagi warga setempat. Namun, di sisi lain terdapat dampak lingkungan akibat maraknya kegiatan industri yang tidak bertanggung jawab, sehingga menyebabkan degradasi lahan dan bencana alam di Kecamatan Sangasanga (Thamrin dan Raden, 2018). Penurunan kualitas tanah dan timbulnya potensi bencana alam secara langsung mengancam keberlanjutan dari kegiatan pertanian di Kecamatan Sangasanga. Padahal, hasil pertanian merupakan salah satu aspek dalam pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Oleh karena itu, perlu ada upaya sinergis untuk menjamin keberlanjutan kegiatan pertanian yang menjadi salah satu penopang kebutuhan pokok masyarakat.

Program TANTE SISCA merupakan serangkaian kegiatan pemberdayaan masyarakat yang mencoba melakukan harmonisasi antara kegiatan pertanian dengan upaya pelestarian lingkungan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan pertanian organik terpadu untuk merevitalisasi lahan bekas industri. Tindakan yang kurang bertanggung jawab kepada pelestarian lingkungan tersebut memicu permasalahan lingkungan hidup seperti degradasi lahan hingga berpotensi memicu bencana alam. Apabila tidak dilakukan intervensi yang tepat, potensi masalah tersebut dapat menjalar menjadi risiko yang mengganggu taraf hidup masyarakat. Oleh karena itu, Pertamina EP Sangasanga Field bersinergi dengan berbagai pemangku kepentingan menginisiasi Program TANTE SISCA . Salah satu aktivitasnya berupaya untuk merevitalisasi lahan bekas industri melalui kegiatan pertanian terpadu. Penerima program ini adalah Kelompok Tani Setaria di Kelurahan Sarijaya sejak akhir tahun 2019. Program ini sebagai inisiasi untuk mengupayakan keberlanjutan kegiatan pertanian, sekaligus peningkatan kualitas lingkungan.

"Pertama mengajukan nama ke kelurahan saya kasih nama Rumput. Saat itu bu lurah menolak. Lalu saya googling nama latin rumput itu apa, saya cari nama yang orang lain nggak tahu. Akhirnya nemu Setaria. Saya balik ajukan proposal dan ditok, sah! Ketika bu lurah tanya, apa artinya Setaria, saya jawab rumput. Lha kok rumput lagi, kata bu lurah. Kenapa nggak pilih nama sejahtera atau swasembada. Saya jawab, di mana ada rumput, di situlah ada kehidupan. Mau tanam apa saja kalau tanahnya gersang, jadi malas. Tapi kalau sudah tumbuh rumput, itu tanda tanaman lain juga bisa hidup. Filosofi rumput juga saya pegang. Rumput itu mau dibabat, mau dibakar, akan tetap kembali tumbuh," urai Sutrimo, Ketua Kelompok Setaria, memulai cerita , Selasa (24/10/2023).

Pertamina TANTE SISCAProgram TANTE Sisca yang wujudkan asa swasembada pangan petani Sangasana Foto: Erliana Riady/detikJatim

Dengan semangat itulah, Sutrimo mulai mengumpulkan anggotanya. Setiap anggota ditanya apa keinginan yang akan dikerjakan. Sebab, program ini akan menerapkan pertanian ramah lingkungan yang terintegrasi dengan peternakan dan pengolahan limbah menjadi pupuk organik. Pupuk itu nantinya akan diaplikasikan ke tanaman untuk memaksimalkan hasil panennya. Dari 16 anggota, kemudian dibagi menjadi empat divisi. Yakni divisi pertanian, divisi peternakan, divisi pupuk organik, dan divisi pengembangan.

"Saya minta anggota memilih, mana pekerjaan yang disukainya, karena bekerja tanpa dasar suka, nanti akan terasa berat. Dengan komitmen saling mengisi. Bahan baku saling ngisi, tujuannya satu sub kegiatan menjadi sub kegiatan lain. Saling berbagi dan memberi. Saling menguatkan, karena pekerjaan ini berat. Kalau dikerjakan bersama-sama dengan rasa suka, maka akan terasa ringan," ungkapnya.

Peternakan sapi merupakan salah satu kegiatan yang telah dijalankan oleh kelompok Tani Setaria pada awal pembentukan kelompok. Kelompok Setaria membesarkan sapi untuk dijual. Dengan sistem ekonomi sirkular, divisi peternakan tidak hanya membesarkan sapi untuk dijual, tetapi juga sebagai penghasil limbah peternakan yang menjadi bahan baku utama untuk divisi produksi pupuk. Selain itu, dikembangkan pula peternakan unggas. Kelompok membesarkan ungags juga untuk dijual. Tetapi tidak hanya berhenti di situ. Hasil dari kotoran unggas juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk organik.

Sedangkan divisi pupuk organik, punya misi pelestarian lingkungan. Adanya limbah dari peternakan sapi merupakan salah satu aspek yang dapat memicu perubahan iklim karena menghasilkan Gas Rumah Kaca (GRK). Untuk meminimalisasi terjadinya penguapan GRK ke atmosfer secara terbuka, Kelompok Setaria mengolah limbah ternak sapi menjadi pupuk organik. Tidak hanya limbah kotoran ternak sapi saja yang diolah, tetapi limbah kotoran unggas juga diolah agar tidak ada limbah yang tersisa dari aktivitas peternakan yang dilakukan. Kelompok ini kemudian mengembangkan proses produksi pupuk organik yang dikombinasikan dengan sekam bakar. Pada awal tahun 2020, muncul inovasi Destilasi Asap Sekam Bakar (DAMKAR).

"Kesuburan tanah di Kalimantan jauh dibandingkan Jawa. Jawa punya sumber kesuburan dari tanah gunung meletus. Di Kalimantan nggak ada. Makanya kami mikir harus menciptakan gunung meletus. Jadi kami bikin pupuk harus dicampur sekam bakar untuk memperbaiki tanah yang rusak. Paling tidak kualitas tanah sedikit di bawah tanah hasil gunung meletus. Jadi sekam kami bakar. Dulu kami bakar sekam ini di lahan. Jejer pakai trobong, akhirnya timbul polusi udara. Tetangganya pada protes. Lalu kami diskusikan dengan Pertamina EP, mereka merancang alat yang lebih ramah lingkungan dan dari alat itu, ada produk turunan berupa asap cair. Tambah penghasilan. Asap cair itu juga kami semprot di sekeliling kandang untuk mengurangi bau kotoran ternak," tuturnya.

Pertamina EP Sangasanga Field mengerahkan salah satu staf pada fungsi Reliability, Availability, and Maintenance (RAM) untuk melakukan transfer pengetahuan dalam merancang alat DAMKAR secara employee volunterism. Pada saat percobaan penggunaan alat, staf dari fungsi RAM memberikan edukasi mengenai sistem kerja alat DAMKAR sekaligus memberikan pelatihan penggunaan melalui praktik langsung mengolah asap sekam bakar menjadi asap cair. Pengolahan asap sekam bakar menjadi asap cair ini sebagai upaya meminimalisasi emisi karbondioksida. Ini kemudian menjadi aktivitas kunci dari pemanfaatan alat DAMKAR yang selanjutnya menghasilkan produk turunan baru.

Sekam bakar yang dihasilkan selanjutnya dicampur dengan kotoran sapi untuk meningkatkan nilai tambah produk pupuk organik serta dijual eceran per kilogram. Sementara itu, asap cair menjadi campuran pembuatan pupuk organik cair (POC) yang dikombinasikan dengan urine sapi. Dari 405 kg sekam padi, menghasilkan sebanyak 135 kg sekam bakar dan 15 liter asap cair. Lantaran kapasitas produksi pupuk meningkat sebanyak satu ton per pekan, kelompok tani Setaria kemudian mengemas dan menjual pupuk organik itu ke petani-petani dari daerah lain. Mereka menjualnya seharga Rp 30.000 setengah karung. Petani lain yang enggan beli karena dinilai harga pupuk organik itu mahal, Sutrimo tidak segan membagikan ilmunya agar petani itu bisa membuat pupuk organik sendiri.

Pertamina TANTE SISCAPupuk organik dari limbah ternak yang diolah oleh petani Sangasanga. Foto: Erliana Riady/detikJatim

Perubahan yang dihasilkan melalui proses penerapan alat DAMKAR pada Program TANTE SISCA terjadi pada beberapa aspek . Meliputi peningkatan keterampilan anggota kelompok, transisi perilaku, pemanfaatan bahan baku asap cair, dan kondisi lingkungan kerja yang lebih aman untuk kesehatan. Penerapan alat DAMKAR yang dilakukan Kelompok Setaria secara langsung meningkatkan kompetensi anggota dalam memanfaatkan teknologi ramah lingkungan pada kegiatan pertanian terpadu. Adanya kompetensi baru tersebut kemudian mendorong terjadinya perubahan perilaku. Dari yang awalnya melakukan pembakaran secara tradisional dan polutif menjadi lebih ramah lingkungan.

Sedangkan divisi pertanian mengembangkan pembibitan tanaman. Pada tahun 2020, produk pupuk organik hasil olahan Kelompok Tani Setaria sudah mulai dikenal masyarakat luas. Permintaan konsumen berkembang tidak hanya dari pupuk organik saja, namun juga berkembang pada bibit tanaman, khususnya sayuran. Hal tersebut salah satunya akibat kebijakan untuk beraktivitas di dalam rumah guna mengantisipasi penyebaran COVID-19. Merespona adanya peluang pasar pada penyediaan bibit tanaman sayuran tersebut, maka Kelompok Tani Setaria merasa perlu untuk mengembangkan usaha pembibitan. Selain itu, rumah pembibitan juga dapat digunakan untuk menyemai bibit yang akan ditanam di lahan pertanian. Anggota kelompok mempelajari pembibitan tanaman secara otodidak dan melakukan pembangunan sarana prasarana pendukung usaha pembibitan yaitu Rumah Pembibitan. Dibangun pada April 2020, Rumah Pembibitan memiliki luas sebesar 8x6 meter.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh kelompok untuk merevitalisasi lahan pascatambang batubara adalah dengan melakukan kegiatan penanaman. Jenis tumbuhan yang ditanam adalah sereh wangi. Pemilihan sereh wangi ini, selain mudah dari segi parawatan dan kecepatan pertumbuhannya, tanaman ini juga dapat diolah menjadi berbagai produk turunan. Tanaman sereh wangi juga merupakan jenis tanaman parenial sehingga meskipun telah dipanen berkali-kali, tanaman ini dapat terus tumbuh. Kegiatan penanaman ini dilakukan secara swadaya oleh kelompok dan memanfaatkan pupuk organik hasil pengolahan limbah ternak pada kandang Kelompok Setaria.

"Sereh wangi ini juga kami suling jadi minyak atsiri. Limbah sereh kami olah lagi menjadi pakan ternak silase. Pertamina EP kemudian membuatkan rumah penyulingan sereh tahun 2020 lalu. Luasnya 8x8 meter. Nah dari situ, divisi pengembangan berinovasi lagi bikin handsanitizer sereh wangi. Pas pandemi COVID-19 kan, ya banyak yang pesen. Dapat duit lagi...," cerita Sutrimo lalu tersenyum senang.

Pada tahun 2021, fokus kegiatan dititikberatkan pada upaya transfer pengetahuan kepada masyarakat luas dan optimalisasi produksi. Transfer pengetahuan dilakukan sebagai upaya untuk meyebarluaskan ilmu dan keterampilan dalam pengelolaan pertanian organik terpadu yang selama tahun 2019- 2020 telah diakumulasikan kelompok, sehingga dapat bermanfaat dan diterapkan oleh masyarakat luas. Sementara itu, kegiatan optimalisasi produksi dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan sumber daya yang ada pada kegiatan bisnis Kelompok Tani Setaria. Sejauh ini, per bulan Agustus 2023, kegiatan-kegiatan pemantapan Program TANTE SISCA yang telah berhasil diimplementasikan meliputi, transfer pengetahuan ke Kelompok Wanita Tani Margo Lestari.

Kelompok Tani Setaria pada tahun 2020 telah memperoleh pelatihan pengembangan usaha pembibitan tanaman yang difasilitasi oleh Pertamina EP Sangasanga Field. Dalam rangka menyebarluaskan pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh, Pertamina EP Sangasanga Field memfasilitasi kegiatan transfer pengetahuan kepada Kelompok Wanita Tani (KWT) Margo Lestari yang berada di Kecamatan Samboja. Kegiatan transfer pengetahuan ini dilakukan bertepatan dengan akan dikembangkannya KWT Margo Lestari sebagai salah satu kegiatan dari Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) Pertamina EP Sangasanga Field di Area Samboja. Selain itu, kegiatan transfer pengetahuan ini juga merupakan upaya agar ilmu dan keterampilan yang telah dikembangkan oleh Kelompok Tani Setaria tidak hanya dimanfaatkan oleh anggota kelompok saja. Namun, dapat bermanfaat bagi masyarakat luas juga. Kegiatan ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2021 dan diikuti oleh sebanyak 22 anggota KWT Margo Lestari.

"Kami nanam Toga (Tanaman Obat Keluarga), seperti jahe, sirih hitam, sirih merah, sirih hijau. Kami menjualnya buat jamu, apalagi pas musim COVID-19 itu banyak yang mau. Ada yang datang, kadang kami setor juga ke pasar. Kalau cabai sama sayur kami tanam di polybag. Ahamdulillah nggak belanja lagi. Jadi pengiritan. Kami jadi nggak tahu pas cabai mahal apa murah. Semua tinggal metik saja di pekarangan sendiri," tutur Hasanah, seorang anggota KWT Margo Lestari.

Pertamina TANTE SISCAPengolahan sereh wangi yang dikerjakan petani Sangasanga. Foto: Erliana Riady/detikJatim

Kegiatan ini ditindaklanjuti pada Februari 2022 dengan memberikan peralatan untuk mengolah produk turunan Bunga Telang. Seperti nasi Bunga Telang dan es Bunga Telang. Dengan adanya pengembangan produk dari kelompok tani Setaria, terutama yang berbahan dasar bunga telang, menjadi salah satu alternatif baru untuk bersaing di pasar yang lebih luas. Selain itu juga menyediakan pilihan bagi konsumen dalam menghadapi pandemi COVID-19 dengan adanya produk yang memiliki khasiat menambah imunitas tubuh. Kemudian pelatihan pemutakhiran produk handsanitizer. Pelatihan ini bekerja sama dengan Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman agar pengetahuan yang disampaikan bersumber dari praktisi yang terpercaya dan relevan dengan pengembangan produk turunan sereh wangi.

Lalu, pembangunan fasilitas penjemuran pupuk organik. Fasilitas penjemuran pupuk dibangun menggunakan material atap fiber transparan bergelombang dengan teknologi UV Protection. Penggunaan atap fiber transparan tersebut mampu mengoptimalkan penyerapan sinar matahari, sehingga proses penjemuran dapat dilakukan secara lebih efisien. Teknologi UV Protection pada atap tersebut juga melindungi anggota kelompok yang bekerja di fasilitas penjemuran pupuk sehingga dapat terhindar dari penyakit kulit yang dapat disebabkan oleh paparan sinar UV berlebih. Dengan adanya fasilitas penjemuran pupuk tersebut, durasi penjemuran yang awalnya memerlukan waktu selama 3 minggu dapat dipersingkat menjadi 3-4 hari saja.

Selain itu, fasilitas ini juga dilengkapi dengan kipas angin, sehingga apabila cuaca mendung dan kondisi malam hari, proses penjemuran pupuk dapat dilakukan dengan kipas angin tersebut. Selain itu, pengembangan Sistem Pemanen Air Hujan Terintegrasi. Salah satu aspek optimalisasi produksi dalam kegiatan pada tahap pematangan Program TANTE SISCA adalah efisiensi penggunaan air.

Efisiensi tersebut tidak hanya ditujukan untuk menghemat pengeluaran biaya air . Namun juga sebagai upaya konservasi air selaku sumber daya alam yang vital untuk mencukupi berbagai kebutuhan manusia pada umumya dan kegiatan bisnis Kelompok Tani Setaria pada khususnya.

Biasanya, air yang digunakan untuk kegiatan produksi di Kelompok Tani Setaria adalah air PDAM yang berbayar. Untuk lebih menghemat, anggota kelompok memanfaatkan air hujan. Air hujan merupakan salah satu sumber air yang berpotensi dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan produktif. Beberapa
pemanfaatan air hujan dapat dilakukan untuk keperluan perikanan, sanitasi, dan pertanian. Instalasi pengairan tadah hujan kemudian dibuat. Air hujan yang tertampung pada instalasi ini selanjutnya dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan, sanitasi, dan pertanian.

"Dengan CRS Pertamina EP ini kami merasa terbantu. Dampaknya sudah kami rasakan sekarang. Pertanian kami lebih ramah lingkungan, tanah lahan kami semakin subur. Peternakan, kami nggak beli pakan mahal karena bisa nanam sendiri. Pendapatan kami naik dari jualan pupuk organik. Ini membantu Program Pak Jokowi mengurangi dampak pemanasan global. Ke depan harus makin bersatu. Kalau kerja bersama-sama akan terasa ringan. Kami sudah kumpulkan semua elemen masyarakat. Cita-citanya sama semua, pengen jadi tempat wisata edukasi agar ekonomi warga merata berputar dengan baik," tegasnya Sutrimo.

Pertamina TANTE SISCAPetani Sangasanga wujudkan swasembada pangan dengan dorongan Pertamina. Foto: Erliana Riady/detikJatim

Program TANTE SISCA berhasil mengubah kegiatan usaha pertanian yang awalnya menerapkan metode konvensional kemudian bertransformasi ke metode yang lebih berwawasan lingkungan. Transformasi tersebut berdampak pada efisiensi produksi, sehingga berdampak pada optimalisasi pendapatan anggota kelompok. Sebagai contoh, sebelum program diterapkan anggota kelompok perlu membeli pupuk kimia untuk bertani yang mengeluarkan biaya hingga jutaan rupiah. Saat ini kelompok sama sekali tidak mengeluarkan biaya pembelian karena memiliki cukup pupuk dari hasil olahan limbah peternakan. Anggota kelompok justru memperoleh pendapatan tambahan dari penjualan pupuk organik yang dibeli oleh masyarakat sekitar.

Dampak sosial dari kegiatan Setaria dapat dilihat dari tanggapan masyarakat sekitar terhadap keberadaan kelompok. Masyarakat sekitar mulai menganggap eksistensi Kelompok Tani Setaria sebagai entitas bisnis yang dapat dijadikan sebagai inspirasi dan rujukan untuk pengembangan kelompok-kelompok masyarakat lain di sekitarnya. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya beberapa kesempatan yang melibatkan anggota Kelompok Tani Setaria sebagai narasumber kegiatan yang berkaitan dengan manajemen organisasi dan pengelolaan pertanian. Sejauh ini Kelompok Tani Setaria telah melakukan replikasi pengetahuan mengenai manajemen pertanian terpadu kepada 5 kelompok tani lain di Kecamatan Sangasanga dan 1 kelompok tani di Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara. Replikasi pengetahuan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan perubahan perilaku pada kelompok tani lain agar beralih dari pertanian konvensional menjadi pertanian terpadu secara organik.

Program TANTE SISCA telah membantu Kelompok Tani Setaria untuk merevitalisasi salah satu lahan pascatambang batubara di Kelurahan Sarijaya, Kecamatan Sangasanga. Luas area pascatambang batubara yang telah direvitalisasi diperkirakan mencapai 1,61 hektare. Revitalisasi lahan dilakukan melalui pertanian organik menggunakan pupuk yang diproduksi sendiri oleh Kelompok Tani Setaria. Penerapan teknologi yang ramah lingkungan juga diterapkan pada kegiatan produksi pupuk organik. Salah satu komposisi pada produk pupuk organik adalah sekam bakar. Pembuatan sekam bakar tersebut awalnya dilakukan dengan pembakaran terbuka yang menghasilkan polusi CO2. Sebagai upaya menangani polutan ini Pertamina EP Sangasanga Field menerapkan alat Destilasi Asap Sekam Bakar (DAMKAR) yang dapat mendestilasi asap menjadi asap cair sehingga mereduksi pencemaran udara. Menurut kajian Firmansyah (2020), penerapan alat DAMKAR dapat mereduksi karbondioksida sebanyak 7,76 ton CO2eq/tahun.

"Kalimantan Timur akan jadi IKN. Orang dari luar akan masuk, lengkap dengan modal, ilmu dan mental. Jadi jangan salahkan kalau orang lokal nggak siap, hanya jadi penonton saja. Saya ingin yang muda-muda bergerak mulai sekarang. Daripada menyesal belakangan, kita harus persiapkan sekarang juga," pungkasnya.




(hil/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads