Menjadi salah satu pusat kulak sayur, Pasar Keputran Surabaya kondisinya cukup memprihatinkan. Kondisi pasar yang kurang bersih membuat aroma tak sedap kerap mengganggu. Pemkot Surabaya secara bertahap mulai merapikan pasar grosir tersebut.
Dari pengamatan detikJatim, tak terlihat penjual di trotoar yang sudah diberi line pembatas. Aroma tak sedap tercium menyengat hidung karena di depan pasar terdapat Tempat Penampungan Sementara (TPS).
Di lantai bawah, ada beberapa pikap yang hendak menurunkan sayuran. Ada pula kuli panggul menurunkan sayur untuk dibawa ke bagian dalam Pasar Keputran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat naik ke lantai 2 Pasar Keputran, kondisinya kurang bersih dan tak rapi. Pedagang pun tak seramai seperti di lantai dasar, namun masih ada beberapa yang berjualan.
![]() |
Suasana tawar menawar antar pembeli dan pedagang juga tak terlihat di lantai 2. Di ujung bagian belakang Pasar Keputran, ada pedagang yang memilah-milah sayuran yang layak untuk dijual.
Terlihat pula banyak lapak yang diberi line tape dan tertempel tulisan 'dilarang tidur di dalam stand'. Lapak yang ada di Pasar Keputran lantai 2 sendiri biasanya digunakan sebagai tempat tinggal atau hunian. Dan Pemkot Surabaya telah melarang itu.
Ketika menyusuri lebih jauh ke belakang, ada satu lapak tanpa line tape, terdapat handuk, pakaian hingga mukena yang dijemur. Tak lama, ada seorang laki-laki yang membuka bagian bawah lapak untuk berganti pakaian.
Orang tersebut adalah Ardi, pedagang sayur yang lapaknya ada di lantai dasar. Ia mengaku tidak menjadikan lapak di lantai 2 sebagai tempat tinggal, tetapi hanya tempat untuk penyimpanan barang seperti baju dan lainnya.
"Orang saya tidur di kampung, pulang setiap hari di Juwingan. Butuh lokasi stan untuk menaruh barang. Jual di bawah, jual kubis," kata Ardi saat ditemui detikJatim di Pasar Keputran lantai 2, Minggu (27/8/2023).
Begitu pula dengan Naweri (52), penjual kentang di lantai 2 yang mengaku tidak tidur di dalam pasar. Naweri mengaku selalu pulang meski di dalam lapaknya terdapat pakaian hingga radio. Ia juga membenarkan jika dulu lapak di lantai 2 dijadikan tempat hunian.
![]() |
"Saya pulang. Setuju (penertiban tempat tinggal di dalam pasar) ngapain harus di pasar. Dulu ada yang tinggal, sekarang sudah gak ada," kata Naweri.
Ia juga setuju ketika Pasar Keputran dirapikan dan ditata agar nyaman bagi pedagang dan pembeli. Namun seharusnya di pasar lain pun dilakukan penertiban.
"Kalau disini ditertibkan, semua (pasar) juga. Seharusnya kalau bersihin ya semua," ujarnya.
Kepala Satpol PP Surabaya M Fikser telah menggerakkan sejumlah Perangkat Daerah (PD) untuk melakukan pembersihan sampah. Termasuk tempat hunian di dalam pasar.
"Karena di dalam ada yang dipakai tempat tinggal, itu kita bongkar. Kemudian kita membuka akses-akses masuk, ada delapan tangga akses masuk itu kita buka, kita bersihkan dari tumpukan-tumpukan sampah," kata Fikser.
![]() |
(esw/iwd)