Bupati Sumenep Achmad Fauzi akan menghidupkan kembali penerbangan domestik dari Bandara Juanda Surabaya ke Bandara Trunojoy Kabupaten Sumenep. Hal ini untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke kabupaten di ujung timur Pulau Madura tersebut.
"Ini lagi kami upayakan kembali agar bisa terbang karena harga minyak dunia menurun. Dan kemungkinan biaya tiket bisa lebih murah, sehingga dalam waktu dekat bisa terbang lagi," kata Fauzi dalam keterangan yang diterima detikJatim, Selasa (30/5/2023).
Dalam waktu dekat Fauzi akan berkomunikasi dengan maspakai Wings Air yang beroperasi di rute tersebut. Menurutnya, selain wisatawan, karyawan perusahaan migas di Sumenep dan sektor pemerintahan berpotensi untuk memaksimalkan okupansi penerbangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Festival Paralayang Sumenep 2023 Besok! |
"Kalau mereka setuju untuk terbang kembali, kami akan mencoba komunikasikan dengan potensi penumpang yang ada agar okupansi pesawat bisa terpenuhi. Biasanya maskapai swasta meminta jaminan okupansi minimal 70 persen," tambahnya.
Ketua DPC PDIP Sumenep ini menyebut, harga tiket penerbangan rute Surabaya-Sumenep nantinya berkisar di angka Rp 350 ribu. Besaran itu dinilai masih mampu dijangkau oleh penumpang, baik kalangan wisatawan, pekerja migas, maupun masyarakat di Sumenep.
"Daya belinya masyarakat tidak terlalu berat mungkin di harga Rp 350 ribu," imbuhnya.
Fauzi optimistis rute penerbangan Surabaya-Sumenep akan ramai, karena kunjungan wisata ke wilayahnya mulai meningkat. Apalagi, Pemkab telah mempunyai kalender event wisata Sumenep 2023.
"Kenapa coba kita terbangkan kembali, karena kita telah mengadakan kalender event 2023. Wisatawan juga bisa menikmati event yang kita laksanakan. Tujuannya sebenarnya ini, mereka selain menikmati wisata, juga menonton kalender event yang kami selenggarakan," tambahnya.
Fauzi memprediksi rute penerbangan tersebut kembali dibuka pada Juli 2023 mendatang. Untuk itu, kata dia, pihaknya akan melakukan persiapan dengan berkomunikasi dengan maskapai dan perusahaan yang ada di Sumenep.
"Kalau dulu sebelum pandemi okupansinya mencapai 60 persen penerbangannya," tukasnya.
(hil/dte)