Pemerintah bersama pelaku usaha penggilingan padi menyepakati harga pembelian gabah dan beras jelang masa panen raya bulan Maret 2023 naik sekitar 8-9 persen. Pedagang pasar di Surabaya pun mengeluh, karena saat ini harga beras sudah naik.
Seperti Fatimah, penjual sembako di Pasar Pucang Srabaya mengeluh kesusahan jika harga beras dinaikkan lagi. Namun ia akan tetap menjual, karena beras merupakan kebutuhan pokok masyarakat.
"Ya repot kalau naik terus, kasian orang yang kecil. Terus jualnya juga susah. Sulit, bingung seng mau jual. Mau ga mau ya gimana lagi, harus tetap jualan. Mahal terpaksa beli. Kalau bisa jangan sampai naik, kalau mahal tetap dibeli karena bahan pokok, kebutuhan. Mungkin tambah naik lagi kalau mau hari raya, tapi ndak tahu itu kebijakan pemerintah," kata Fatimah kepada detikJatim, Selasa (21/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini kebanyakan pembeli memilih beras Bulog yang lebih murah. Kemudian pembeli juga menurun, jika harga beras naik akan semakin merugikan pedagang.
"Sekarang saja ada penurunan. Biasanya 10 orang sekarang 5-6. Kebanyakan sekarang cari beras Bulog murah meriah. Beras premium biasanya orang-orang yang biasa beras enak. Terakhir ambil masih naik Rp 300. Mudah-mudahan ndak naik," ujarnya.
Sama halnya dengan Asak, pedagang bahan pokok di Pasar Genteng. Sebagai pedagang akan lebih rugi jika harga beras terus naik.
Baca juga: Sinyal Jokowi Akan Impor Beras |
"Jangan naik-naik terus nanti mahal. Jangan naik, kasian orang kecil. Ya rugi kalau naik terus, lakunya kan lambat. Sekarang Rp 63 ribu per 5kg, mahal. Harusnya dulu Rp 53 ribu, kalau Bulog Rp 45 ribu per 5kg. Sekarang kebanyakan cari Bulog, orang kan cari murah. Kalau mahal tetap jual tapi sedikit," jelas Asak.
Berbeda dengan Ida, pedagang di Pasar Genteng. Ia lebih mengikuti harga yang ditetapkan pemerintah, karena pedagang hanya bisa menjual.
"Beras sudah naik, biasanya Rp 13.500, dulu Rp 13 ribu. Mengikuti harganya. Kalau dulu biasa saja, kalau sekarang naik-naik terus meningkat," pungkasnya.
(esw/fat)