Dear Pak Jokowi, Kata Bank Dunia Beras Indonesia Termahal se-Asean!

Kabar Nasional

Dear Pak Jokowi, Kata Bank Dunia Beras Indonesia Termahal se-Asean!

Anisa Indriani - detikJatim
Senin, 06 Feb 2023 17:41 WIB
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan  Pemerintah akan terus menjaga  stabilitas harga dan pasokan beras nasional.
Ilustrasi. Mendag Zulkifli Hasan saat meninjau beras Bulog. (Foto: Dok. Kemendag)
Surabaya -

Harga beras di Indonesia disebut paling mahal di Asean. Bank Dunia (World Bank) menyatakan harga beras di Indonesia jauh di atas beberapa negara tetangga seperti di Filipina, Vietnam, hingga Thailand. Hal itu menjadi salah satu pendorong kenaikan inflasi harga pangan domestik.

"Harga eceran beras Indonesia secara konsisten adalah yang tertinggi di ASEAN selama (satu) dekade terakhir," demikian bunyi laporan Bank Dunia 'Indonesia Economic Prospect (IEP) December 2022' dilansir dari detikFinance, Senin (19/12/2022).

Harga beras di Indonesia, menurut Bank Dunia 28% lebih tinggi dari harga di Filipina, serta lebih mahal dunia kali lipat dari harga di Vietnam, Kamboja, Myanmar, dan Thailand.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penyebab tingginya harga beras di Indonesia menurut Bank Dunia karena dukungan harga pasar bagi produsen pertanian. Baik pembatasan perdagangan melalui tarif impor, monopoli impor BUMN untuk komoditas utama, dan tindakan non-tarif lainnya.

"Rantai pasokan yang panjang dan biaya distribusi yang tinggi, sebagian karena geografi negara yang kompleks, juga menaikkan harga pangan bagi konsumen di negara tersebut," jelas Bank Dunia.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga beras kualitas bawah hari ini Rp 10.600/kg, beras jenis medium Rp 11.700 per kg, dan beras kualitas super Rp 13.550/kg.

Tak hanya persoalan beras, Indonesia juga menghadapi tantangan dari sisi keterjangkauan bahan pangan dan kecukupan gizi. Oleh karena itu, Bank Dunia menyarankan pentingnya meningkatkan produktivitas serta mengurangi hambatan impor pertanian.

"Kebijakan untuk mendorong diversifikasi pangan yang lebih bergizi (ternak, buah dan sayuran) dan mengurangi distorsi kebijakan yang saat ini berpihak pada produksi beras dapat meningkatkan kecukupan gizi," kata Bank Dunia.




(dpe/iwd)


Hide Ads