Petani Banyuwangi Belajar Bikin Minyak Goreng dari Bekatul

Petani Banyuwangi Belajar Bikin Minyak Goreng dari Bekatul

Ardian Fanani - detikJatim
Selasa, 20 Sep 2022 02:31 WIB
bekatul jadi minyak goreng di banyuwangi
Mesin yang mampu mengekstrak bekatul menjadi minyak goreng (Foto: Ardian Fanani)
Banyuwangi -

Petani Banyuwangi mendapatkan ilmu baru pembuatan minyak goreng dari bahan sisa penggilingan padi atau bekatul. Hal ini bisa meringankan beban ekonomi masyarakat.

Warga Desa Kalibaru Wetan, Kecamatan Kalibaru Banyuwangi mencoba hal baru yang diajarkan oleh tim pengabdian masyarakat, Universitas PGRI Banyuwangi, Senin (19/9/2022). Para petani di wilayah itu dibekali ilmu memaksimalkan pemanfaatan sisa penggilingan padi atau bekatul menjadi minyak goreng. Inovasi ini diproyeksikan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Untuk melengkapi inovasi tersebut, para dosen memberikan mesin pengekstrak minyak bekatul.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Inovasi ini kita gulirkan melalui program kemitraan masyarakat petani di Desa Kalibaru Wetan," ujar Ketua tim pengabdian masyarakat Uniba, Megandhi Gusti Wardhana, Senin (19/9/2022).

Proses pembuatan minyak bekatul mula-mula dilakukan dengan memanaskan bekatul hingga suhu 120 derajat Celcius hingga didapati hasil kering maksimal.

ADVERTISEMENT

Bahan kemudian dimasukkan ke dalam mesin extruder presisi tinggi. Di dalam mesin, bahan akan mengalami proses press, sembari terus diputar.

"Dalam beberapa menit, minyak akan keluar dari jalur output yang telah tersedia pada mesin. Sementara padatan akan secara otomatis terpisah dan keluar lewat jalur tersendiri," bebernya.

Menurut Megandhi, Banyuwangi sebagai lumbung padi nasional. Ini didasari fakta bahwa Banyuwangi memiliki surplus beras 300 ribu ton per tahunnya.

Hanya saja, hal itu belum didukung manajemen dan teknologi mengolah hasil pertanian yang maksimal.

Sebagai contoh adalah petani di sekitaran Desa Kalibaru Wetan, Kecamatan Kalibaru, Banyuwangi. Areal persawahan di kawasan tersebut mencapai luas total 900.125 hektar yang diperuntukkan bagi pertanian, persawahan, dan perkebunan.

Dari luas tersebut, ada lima hektar lahan pertanian miik kelompok tani untuk lahan tanam padi yang menghasilkan rata-rata 8 hingga 9 ton per herktar.

Di sana mereka hanya memproduksi padi dan dedak saja. Padahal, bekatul bila dimanfaatkan bisa memiliki nilai ekonomis.

Bekatul merupakan salah satu hasil samping yang diperoleh dari proses penggilingan gabah padi menjadi beras selain sekam dan dedak padi.

Oleh sebab itu tim pengabdian masyarakat Uniba, kata Megandhi, langsung turun gunung memberikan inovasi berupa mesin pembuat minyak dari bahan dasar Bekatul. Langkah ini sebagai upaya alternatif bagi masyarakat pengguna minyak goreng selain minyak kelapa sawit

"Bekatul halus kurang lebih satu kilogram kg bisa menghasilkan minyak bekatul kurang lebih 200-500 mililiter. Harga per satu liter dijual Rp 10 ribu. Teknologi ini dapat dikembangkan untuk menaikkan nilai jual dari bekatul yang hanya dijual Rp 500 - 1.000 rupiah per kilogramnya," ujar Megandhi.




(iwd/iwd)


Hide Ads