Isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) belum berdampak terhadap transaksi di SPBU sepanjang jalan nasional Mojokerto. Jauh sebelum isu tersebut beredar, para pengelola SPBU rupanya sudah melakukan pembatasan solar bersubsidi.
Pantauan detikJatim siang sampai sore tadi, transaksi di semua SPBU di sepanjang jalan nasional Mojokerto masih terlihat normal. Tidak ada antrean panjang angkutan barang maupun kendaraan pribadi di pompa bensin. Mulai dari SPBU Jatipasar, Gemekan, Jampirogo, Balongmojo, Meri, sampai Lengkong.
Harga BBM di SPBU sepanjang jalan nasional Mojokerto juga masih tetap. Yaitu Pertamax 92 Rp 12.500, bio solar Rp 5.150, Pertamina Dex Rp 18.900, Dexlite Rp 17.800, serta Pertalite Rp 7.650.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kenaikan harga BBM mulai 1 September 2022 rupanya masih sebatas isu. Sebab para pengelola SPBU belum menerima pemberitahuan dari Pertamina. Seperti yang dikatakan Supervisor SPBU Jampirogo Yudi Firtanto.
"Wacana ada, tapi kapan belum tahu. Kan menunggu keputusan Presiden," kata Yudi kepada wartawan di kantornya, Jalan Bypass Mojokerto, Desa Jampirogo, Sooko, Rabu (31/8/2022).
Terkait pembatasan pembelian bio solar, Yudi mengaku menerapkannya sejak 4 bulan lalu. Yaitu sejak Pertamina menetapkan jatah solar bersubsidi untuk SPBU Jampirogo menjadi 400 kiloliter (Kl) per bulan. Sebelum itu, penjualan bio solar di tempatnya rata-rata mencapai 500 Kl per bulan karena tidak dibatasi.
Ketika stok bio solar di SPBU Jampirogo masih melimpah, lanjut Yudi, pembatasan pembelian berpedoman pada Surat Keputusan Kepala BPH Migas nomor 4 tahun 2020 tentang Pengendalian Penyaluran BBM Jenis Tertentu. Yaitu mobil pribadi maksimal 60 liter per hari, kendaraan angkutan umum dan barang roda 4 maksimal 80 liter, kendaraan roda 6 ke atas maksimal 200 liter.
Lain halnya saat stok bio solar di SPBU Jampirogo mulai menipis yang biasa terjadi di atas tanggal 25 setiap bulan. Pembelian dibatasi maksimal Rp 200 ribu untuk mobil pribadi, angkutan umum dan barang roda 4. Sedangkan kendaraan roda 6 atau lebih dibatasi maksimal Rp 300 ribu.
"Karena jatah 400 Kl tidak cukup untuk penjualan satu bulan. Pembatasan kami lakukan dengan mencatat nomor polisi dan jenis kendaraannya," terangnya.
Pembatasan sejauh ini belum dilakukan terhadap pembelian Pertalite. Karena penjualan bensin bersubsidi di SPBU Jampirogo tak terlalu besar. Rata-rata pompa bensin ini menjual 150 Kl per bulan.
Sebagai pengelola SPBU, Yudi berharap pemerintah tidak menaikkan harga BBM bersubsidi. Khususnya bio solar. "Karena akan mengurangi omzet kami. Orang-orang kan ekonominya jelas lesu, harga barang-barang naik semua, daya beli masyarakat turun," jelasnya.
Kabar kenaikan harga BBM juga belum diterima Pengawas SPBU Meri, Kota Mojokerto, Galuh. Seperti SPBU Jampirogo, pihaknya juga membatasi pembelian bio solar sejak 4 bulan lalu. Karena jatah alokasi solar bersubsidi dari Pertaminan 120 Kl per bulan. Yaitu turun 30 Kl dari sebelumnya 150 Kl per bulan.
"Kami juga membatasi pembelian. Kendaraan roda 4 maksimal Rp 200 ribu sekali beli, roda 6 ke atas maksimal Rp 300 ribu. Kami catat pelat nomornya secara digital sehingga tidak bisa beli lagi," ungkapnya.
Sementara itu, pembelian Pertalite di SPBU Meri belum dibatasi. Pompa bensin ini rata-rata menjual 10 Kl Pertalite setiap bulannya. Sedangkan jatah dari Pertamina mencapai 15-20 Kl per bulan.
Galuh berharap pemerintah tidak menaikkan harga bio solar. Karena kenaikan harga solar bersubsidi itu bakal membuat omzet penjualan BBM di SPBU Meri anjlok.
"Kalau bisa tidak perlu dinaikkan. Karena harga barang-barang akan ikit naik. Omzet kami juga pasti turun seiring turunnya daya beli masyarakat," tandasnya
(iwd/iwd)