Startup pertanian Durian Garden dari Desa Bayu Kecamatan Songgon menjuarai kompetensi bergengsi di Banyuwangi itu. Kumpulan anak muda itu berhasil menyisihkan lebih dari ratusan tim yang ikut berlaga di ajang inovasi pertanian bagi kalangan anak muda itu dan berhak mendapatkan bantuan modal senilai Rp 50 juta.
Hal itu diumumkan langsung dalam awarding di Pendopo Sabha Swagata Blambangan, Kamis (16/6/2022). Ketua Tim Durian Garden Songgon Syva Dila Kharisma menyebutkan usaha rintisannya dimulai sejak 2018 usai merampungkan kuliah. Ia bersama kawannya memanfaatkan media sosial untuk melakukan penjualan si raja buah itu secara online.
"Kami menjualnya hingga ke luar kota. Dengan memanfaatkan media sosial dan market place, kami berhasil menjual durian hingga ke Jakarta dan luar kota lainnya," ungkap Syva.
Tak sebatas menjual online, Durian Garden juga berupaya memberdayakan para petani durian. Selama ini, durian kerap dibeli tengkulak secara grosir. Sehingga harganya lebih murah. Namun, melalui Durian Garden itu, pembelian bisa dilakukan per biji.
"Dengan cara penjualan demikian, petani bisa untung hingga 300 persen," terang Syva.
Lebih jauh Syva menyebutkan jika Durian Garden juga melibatkan masyarakat sekitar dalam pengembangan bisnis. Selain membuka destinasi wisata berbasis durian di kampung, ia juga memberdayakan warga membuat beragam jenis olahan durian.
"Kami juga melibatkan masyarakat untuk membuat beragam kue berbahan dasar durian," jelasnya.
![]() |
Berbagai upayanya itulah yang membuat dewan juri kepincut. Kukuh Roxa Putra juru bicara dewan juri menjelaskan ada tiga keunggulan dari Durian Garden Songgon. Mulai dari sustanability bussines (keberlanjutan bisnis), pelibatan masyarakat, hingga pemanfaatan saranan teknologi informasi.
"Dari tiga aspek itu, Durian Garden lebih unggul dibandingkan dengan peserta lainnya," ujar Founder PT Pandawa Agri Industri tersebut.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani merasa bangga dengan para peserta Jagoan Tani. Menurutnya, hadirnya kalangan milenial dan anak muda lainnya terjun di dunia pertanian itu merupakan sesuatu yang luar biasa.
"Di tengah berkurangnya petani, anak-anak muda Banyuwangi, justru berinovasi untuk bisa meningkatkan produktifitas pertanian hingga memordenisasi pengelolaan hasil tani dan pemasarannya," terang Ipuk.
Ipuk berharap para peserta Jagoan Tani untuk tak berhenti mengembangkan usaha rintisannya hanya sekadar dalam kompetisi tersebut. Namun bisa dikembangkan lebih lanjut. "Ke depan, kami akan terus melakukan pendampingan agar nantinya bisa benar-benar mewujudkan produk unggulan dari dunia pertanian Banyuwangi," tegasnya.
Jagoan Tani kali ini memasuki pelaksanaan tahun kelima. Tak kurang dari 203 proposal yang terdaftar pada panitia. Dari sejumlah pendaftar itu akhirnya terseleksi menjadi 152 tim.
"Total semuanya ada 1015 peserta yang terlibat. Komposisinya, 52 persen laki-laki dan 48 persen perempuan," ujar Plt Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banyuwangi M. Khoiri.
Dari 152 tim yang lolos tahap administrasi itu dilakukan sejumlah tes lanjutan. Mulai dari interview, presentase produk hingga tahapan inkubasi bisnis. Dari berbagai tahapan tersebut, terseleksi 30 startup yang lolos ke babak final. "Hasil penilaian akhir inilah yang menjadi juaranya," pungkas Khoiri.
(dpe/iwd)