Mahalnya harga cabai di Jawa Timur terjadi karena beberapa faktor. Salah satunya efek cuaca ekstrem hingga petani yang enggan menanam cabai usai harga cabai turun pada hari raya Idul Fitri lalu. Sehingga, hasil panen di beberapa sentra tanaman cabai di Jatim ikut merosot.
Ketua Asosiasi Agrobis Cabai Indonesia (AACI) Jawa Timur, Nanang Triatmoko mengatakan, beberapa daerah yang dikenal sebagai sentra cabai mengalami penurunan hasil panen. Hal ini dikarenakan beberapa faktor.
"Kalau penurunan jumlah panen itu karena ada beberapa faktor. Diantaranya penurunan luasan tanam. Karena dari 10 petani yang kuat nanam hanya 5 karena tahun kemarin rugi saat pandemi COVID-19," ujarnya kepada detikJatim, Selasa (13/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat pandemi COVID-19, kata Nanang, harga cabai di angka Rp 10 ribu. Oleh karena itu, petani enggan menanam ataupun melanjutkan pertanian cabai yang sudah ditanamnya. Karena tanamannya tidak dirawat secara maksimal, akhirnya tanaman cabai terkena antraknosa dan cacar.
"Setelah dipetik tapi harga tidak maksimal, akhirnya dibiarkan sehingga rusak cabainya," tambahnya.
Namun ternyata, setelah hari raya Idul Fitri lalu, harga cabai mulai merangkak naik. Hingga akhirnya di pasaran mencapai Rp 100 ribu.
"Naik mulai habis Lebaran, tapi di sentra banyak yang rusak. Di daerah Kediri dan Blitar biasanya ada 75 ton per hari. Kini hanya tinggal 10 sampai 15 ton per hari," tambahnya.
Diakui Nanang, di Jawa Timur terdapat beberapa sentra tanaman cabai. Baik cabai merah besar maupun cabai rawit. Selain di Banyuwangi, juga ada di Blitar, Kediri, Lamongan, Tuban, Jember dan Bojonegoro. Namun sebagian besar di daerah itu mengalami gagal panen.
"Satu-satunya daerah di Indonesia cabai tidak putus total ya di Banyuwangi. Penanaman tidak kurang dari 4.000 hektare setiap bulan. Kalaupun tidak musim tanam rata-rata per bulan ada 1.000 hektar yang sudah ada," tambahnya.
Data dari AACI, rata-rata tanaman cabai di beberapa daerah sentra pemasok cabai antara 500 hingga 1.500 hektar. Diantaranya di Kabupaten Jember, pada musim tanam bulan April, Mei dan Juni sekitar 1.500 hektar. Kediri pada bulan September dan Oktober antara 700 hingga 1.000 hektar, Kabupaten Gresik pada bulan November dan Desember mencapai 700 sampai 1.000 hektar.
"Kalau Banyuwangi sepanjang tahun ya. Ada 1.000 hektar. Kalau yang hampir sama dengan Banyuwangi itu Bojonegoro. Tapi jumlah luasan tanaman antara 100 sampai 200 hektar," tegasnya.
Nanang memprediksi, melambungnya harga cabai di beberapa daerah di Jawa Timur itu bakal terjadi hingga Agustus mendatang. Karena pasokan di beberapa sentra tanaman cabai di Jawa Timur akan ada ada bulan tersebut.
"Harga nanti akan mulai stabil pada bulan Agustus. Stok kita di Jawa Timur sebenarnya banyak, namun kan kita juga memasok ke beberapa daerah lain. Seperti Bali, Kalimantan dan juga ke Jakarta dan Jawa Barat. Makanya harga juga terkerek tinggi di Jawa Timur," pungkasnya.
(hil/dte)