Solar Langka di Jatim, Anggota DPR: Memukul Ekonomi Rakyat

Solar Langka di Jatim, Anggota DPR: Memukul Ekonomi Rakyat

Tim detikJatim - detikJatim
Rabu, 06 Apr 2022 15:19 WIB
Antrean truk beli solar mengular
Antrean solar (Foto: Deny Prasetyo/detikJatim)
Surabaya - Solar langka terjadi di daerah-daerah dalam beberapa hari terakhir. Bahkan, pasokan Pertalite pun dijumpai terhambat di beberapa daerah.

Anggota Komisi VI DPR RI yang membidangi BUMN, Mufti Anam, menyoroti hal tersebut. Menurut dia, langkanya bahan bakar minyak tersebut telah memukul ekonomi rakyat yang kini tengah tertekan.

"Di Pasuruan, Probolinggo, dan berbagai daerah di Jatim bahkan merata ke berbagai provinsi, termasuk jalur pantura sebagai jantung arus distribusi barang, banyak terjadi kelangkaan solar. Banyak yang sambat ke saya. Mulai dari bahan makanannya menjadi busuk, hingga pengusaha logistik yang harus merugi karena waktu tempuh semakin panjang lantaran truk harus antre bahkan menginap di SPBU," ujar Mufti kepada wartawan, Rabu (6/4/2022).

"Teman-teman pengusaha SPBU juga kebingungan. Bahkan ada pengusaha SPBU di Pasuruan sudah empat hari tidak ada kiriman solar dari Pertaminna," ujarnya.

Mufti menyebut hal tersebut sebagai kegagalan Pertamina dalam melakukan manajemen suplai BBM. Seharusnya, Pertamina menggunakan basis data serta analisis yang tepat dalam memitigasi berbagai potensi yang bisa menyebabkan terhambatnya pasokan.

"Kami rapat beberapa hari lalu, laporannya stok BBM subsidi aman untuk 21 hari. Tetapi kenyataannya di mana-mana langka. Artinya ini kan urusann distribusi, kenapa lama dari Terminal BBM ke SPBU? Bagaimana optimalisasi mobil tangki? Masak Pertamina tidak punya mitigasi? Pertamina perusahaan migas besar, tapi akibat kesalahan manajemen suplai seperti ini telah memukul ekonomi masyarakat," jelas Mufti.

Mufti menyebut ada dua dampak fatal terkait masalah kelangkaan BBM ini. Pertama, memukul balik upaya pemulihan ekonomi yang kini sebenarnya mulai tampak. "Ini ibarat Presiden Jokowi menyuruh pacu pemulihan ekonomi, tapi Pertamina-nya malah tidak support, malah menghambat. Kementerian BUMN harus evaluasi total kinerja Pertamina, terutama terkait kisruh solar langka," jelasnya.

Kedua, menghambat distribusi barang. "Langkanya BBM membuat sistem logistik makin tidak efisien. Distribusi barang terhambat. Kalau sudah terhambat, cost membengkak. Ujungnya inflasi. Apalagi ini menjelang Lebaran. Jadi dampaknya luar biasa menekan kehidupan ekonomi rakyat," papar mantan ketua umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jatim tersebut.

Hambatan pada distribusi barang juga membuat para pengusaha merugi, baik pengusaha logistik maupun pengguna jasa logistik untuk pengiriman barang. "Mereka harus keluar cost tambahan," ujarnya.


(fat/fat)


Hide Ads