Kelangkaan solar bersubsidi memicu antrean di sejumlah SPBU di Jawa Timur. Seperti Jombang dan Probolinggo. Akibatnya, antrean panjang kendaraan di SPBU tak terhindarkan.
Antrean terlihat di SPBU Basuki Rahmat, Desa Tunggorono, Kecamatan Jombang. Kendaraan yang didominasi truk mengular sepanjang 50 meter dari pompa SPBU sampai ke jalan.
Sopir truk asal Diwek, Jombang, Suyono (31) mengaku harus mengantre sekitar 30 menit untuk membeli solar di SPBU Tunggorono. Sebab, dirinya tidak menemukan solar di SPBU lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di SPBU lain tidak ada, ini saya kirim pasir dari Kandangan ke Pandanwangi," kata Suyono kepada detikJatim, Rabu (30/3/2022).
Pengawas SPBU Tunggorono, Yeni Sulistya Ningsih menjelaskan, antrean di tempatnya terjadi selama 1 pekan terakhir. Karena stok solar di SPBU lainnya sedang kosong.
"Harganya tetap Rp 5.150 per liter. Tapi pembelian kami batasi maksimal 200 liter supaya dapat semua," jelas dia.
Menurut Yeni, stok solar yang tersisa di SPBU Tunggorono sekitar 15 kiloliter saja. Kelangkaan solar itu terjadi karena pembatasan pasokan yang diatur BPH Migas.
Sehingga, masing-masing SPBU harus mengatur penjualan agar cukup untuk satu bulan. Jika kurang dari sebulan kuota habis, pengelola SPBU harus menunggu jatah bulan berikutnya.
"Dari BPH Migas ada kuota atau dijatah. SPBU kami kuotanya per bulan 356 KL. Sedangkan tahun lalu sekitar 400 KL," ungkap dia.
Sementara itu, antrean panjang juga terjadi di SPBU Malasan Kulon, Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo. Salah satu sopir truk, Misnalam Hadi rela keliling mencari solar di sejumlah SPBU. Dia baru mendapatkannya di SPBU Malasan Kulon.
"Sejak pagi jam 10:00 WIB sudah keliling mencari solar, banyak SPBU tidak memiliki stok solar dan hanya SPBU Malasan Kulon yang punya," kata dia.
Pengawas lapangan SPBU Malasan Kulon, Edi Saiful mengatakan bahwa stok solar tidak langka. Namun, memang ada pembatasan pembelian dari Pertamina.
Setiap hari, SPBU hanya mendapat jatah 16 ton solar. Serta tiap truk hanya dijatah 38 liter atau Rp 200 ribu.
"Agar distribusi solar bisa merata, kami pakai alat EDC (Eletronik Data Capture). Fungsinya untuk mendata nomor polisi kendaraan dan nomer ponsel sopir serta identitasnya," papar dia.
Kelangkaan solar juga terlihat diMojokerto. Stok solar bersubsidi kosong di 6 SPBU. Yakni di SPBU Meri, Kranggan, Kota Mojokerto; SPBU Lengkong, Mojoanyar; SPBU Jampirogo, Sooko; SPBU Gemekan, Sooko; serta 2 SPBU di Desa Jatipasar, Trowulan, Mojokerto.
Pengawas SPBU Meri, Lilik Agustina menuturkan bahwa stok solar bersubsidi di tempatnya habis sejak pagi tadi sekitar pukul 05.00 WIB.
Padahal, kiriman dari Pertamina terakhir kali datang 16 kiloliter pada Selasa (29/3) sekitar pukul 22.00 WIB.
"Bahkan, sebelum kiriman datang, truk-truk sudah mengantre untuk menunggu, para sopir rela menunggu. Kiriman hari ini belum tahu jam berapa datangnya," tuturnya.
(hse/sun)