Kreatifitas tanpa batas mendatangkan keuntungan materi. Seperti dilakukan warga Blitar yang mengolah kayu limbah menjadi gamelan mainan. Selain dapat cuan, warga sekitar bisa diberdayakan.
Heri Gunawan (39), warga Desa Bumirejo Kecamatan Kesamben ini memutar otak. Dia melihat banyak kayu limbah mebel, menumpuk di sekitar rumahnya. Selama ini, kayu-kayu limbah itu hanya berakhir di tungku perapian.
Proses mencari ide dilakukan millenial ini dengan berselancar di dunia maya. Rupanya, Heri tertarik mempelajari tutorial membuat gamelan anak. Selain mainan ini sedang naik daun, ceruk pasar jalur buang mainan ini masih cukup lebar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Awalnya saya bikin kenong. Lalu saya tawarkan ke warga sekitar. Ternyata banyak yang suka. Saya bikin banyak, lalu saya posting online, semakin banyak pembelian dari luar daerah," tutur Heri kepada detikJatim, Jumat (18/2/2022).
Karena gamelan mainan produksi Heri dinilai bagus pasarnya, seorang pelanggan asal Bali meminta dibuatkan kendang. Heri pun kemudian mempekerjakan beberapa tetangganya ikut membantu pesanan kendang yang jumlahnya lumayan banyak saat itu.
"Setiap bulan saya kirim masing-masing 1.000 buah kendang dan kenong. Kirimannya ke Surabaya dan Bali paling banyak. Jadi saya bisa ajak kerja 10 tetangga di sini biar pesanan cepat selesai," tambahnya.
Untuk setiap gamelan mainan ini, Heri mematok harga Rp 5.000. Kelihatan murah memang. Namun jika dikalikan dengan kuantitas produksi per pekan 2.000 buah, maka dalam sebulan Heri bisa mengantongi cuan Rp 40 juta.
"Sejak ada Corona lalu PPKM, semua tempat wisata tutup.... itu ya kalang kabut. Dua tahun ini saya stok barang saja. Pekerja terpaksa saya kurangi. Mulai Januari ini sudah bisa kirim lagi walaupun tidak banyak. Semoga semua segera normal," pungkasnya.
(iwd/iwd)